Apa yang kamu lakukan kalo lagi bete? Mau ngerjain sesuatu, tapi nggak ada semangat sama sekali?
Saya pernah diperkenalkan pada sebuah permainan untuk mengisi waktu luang kalau bete. Sempat lupa, dan kembali diingatkan oleh seorang teman di kantor. Katanya, kalau lagi nggak ada kerjaan main ini aja. Permainan atau semacam kuis yang mengasah otak sekaligus bikin jengkel dan gemes juga kalau ternyata jawabannya nggak sesuai dengan dugaan kita.
Nama kuisnya Parampaa. Pasti sudah banyak yang tahu.
Kuis atau permainan yang sudah cukup terkenal ini, iseng saya tulis di blog xD
Ada yang bilang kalau kuis ini semacam kuis untuk asah otak atau tes IQ, tapi ada juga yang bilang kalau kuis ini cuma untuk have fun saja. Buat saya, kuis ini sih bisa untuk keduanya. Mengasah otak dan mengisi waktu.
Cara ikutan kuis ini mudah, kok. Tinggal masuk ke situsnya di sini (http://www.parampaa.net/index.html) lalu mulai pilih mau mulai main dari yang mana. Sama seperti game kebanyakan, makin tinggi level, tentu permainan akan semakin sulit. Tapi, harus diingat untuk bersabar dan terus berusaha menemukan jawabannya sebelum berpikir untuk mencontek kunci jawaban yang bisa ditemukan di om gugel.
Saya sendiri nggak bergitu keranjingan dengan game ini. Tipe pemalas seperti saya suka nggak sabar untuk menemukan jawabannya, tapi sekalinya ketemu ada perasaan lega yang luar biasa (ahakakaka~ lebay mode on). Jadi, sesekali bolehlah main Parampaa ini. Menyenangkan, kok, sekaligus terkadang juga pengen nonjok komputer.
Tuesday, June 29, 2010
Monday, June 28, 2010
Mau Berbagi Twitter
Kali ini update nggak terlalu penting, tapi saya mau berbagi twitter yang saya punya. Jika ada teman-teman yang berminat mem-follow saya di twitter, silahkan follow di @kura_jjang. Hahahaha~ entah kenapa saya mendadak jadi pengen punya follower yang banyak.
Jadi, marilah kita saling berbagi status via twitter~
Ayo, di follow yak :P
Jadi, marilah kita saling berbagi status via twitter~
Ayo, di follow yak :P
Sunday, June 27, 2010
Tukang Jahit Versus Tukang Politik
"Kalau saya terpilih jadi walikota, saya akan membuka lapangan kerja yang luas sehingga tidak ada satu pun pengangguran di Jakarta."
Penggalan kalimat penuh kata-kata manis yang menjilat itu mungkin hanya salah satu kalimat yang dikeluarkan oleh orang-orang politik di negri kita supaya mereka bisa menduduki posisi tertentu. Selanjutnya, setelah terpilih, masalah kata-kata itu terealisasi atau tidak bukan urusannya lagi. Dan, berikutnya kata-kata itu hanya tinggal janji si manis jembatan ancol yang menghilang begitu saja di balik kepulan asap.
Sebenernya, kata-kata manis bukan saja milik petinggi-petinggi politik. Orang-orang bawahnya pun juga seringkali begitu, mengumbar janji tanpa bisa memegangnya dengan pasti. Yang penting bicara dulu, urusan dipenuhi atau tidak, lihat saja nanti~ tergantung mood.
Hal ini baru saja saya alami. Dan, jujur saya bisa marah sekali.
Waktu itu hari jumat saya mendatangi sebuah tempat jahit di kawasan rumah saya. Tujuannya tentu saja bukan mencari masalah atau menagih hutang, tapi untuk mempermak seragam kerja saya yang agak-agak kegombrongan kalau dipakai. Maklum anak cewek, maunya yang agak ngepas badan meski tau badan saya kerempeng. Jadilah saya melakukan negosiasi untuk mencapai mufakat atas dua helai seragam yang mau saya kecilin ukurannya itu. Hasil negosiasi adalah harga permak yang 35 ribu plus bisa diselesaikan pada hari Minggu pagi, jam setengah 10. Beberapa kali saya mewanti-wanti si tukang jahit supaya mampu menyelesaikan tepat waktu karena hari Senin seragam itu harus dipakai. Si tukang jahit pun mengiyakan pesanan saya sambil tersenyum. Saya pun meninggalkan tempat tukang jahit dengan perasaan riang menuju kantor.
Hari Minggu-nya...,
Sesuai janji, pukul setengah 10 pun saya datangi tempat tukang jahit itu. Dan, tahukah apa yang terjadi? Tokonya masih TUTUP! Argggghhh...betapa kesalnya saya saat itu. Tapi, kemudian saya pikir, mungkin dia buka agak siangan kali. Toh, kan hari Minggu memang waktu untuk bermalas-malasan. Meski saya sudah mulai keki karena kata-kata si tukang jahit sudah tidak bisa diandalkan, saya mencoba menerimanya dan kembali lagi ke toko pada sore hari.
Tapi, ternyata tokonya masih juga TUTUP! @#$%^&*&^$##$% (sensor mode on).
Kesel setengah mati. Mana saya nggak punya nomor teleponnya lagi!
Besok Senin kan seragam itu mau saya pakai, kalau memang nggak bisa diselesaikan tepat waktu, kenapa nggak ngomong sih?
Saya bukannya mendoakan atau menyumpah serapah, tapi gimana usaha mereka mau berkembang dan laris kalau janji saja nggak bisa dipenuhi. Pantesan aja, cuma jadi tukang jahit! (sori, tak ada maksud merendahkan para tukang jahit yang lain karena saya percaya pasti masih ada banyak tukang jahit yang jauh lebih hebat) Oh ya, untuk sekedar memberi warning kalau ada yang tahu tukang jahit ini, nama tokonya AIRO, SEBAIKNYA CARI TUKANG JAHIT LAIN KETIMBANG PERGI KE TUKANG JAHIT AIRO!
Jadi, sebaiknya jika teman-teman mau mempermak pakaian atau apa pun, lebih baik cari tukang jahit yang sudah dikenal atau telah mendapat rekomen dari kerabat. Jangan sampai kejadian seperti ini terjadi pada teman-teman sekalian. Bete totallllll~
Penggalan kalimat penuh kata-kata manis yang menjilat itu mungkin hanya salah satu kalimat yang dikeluarkan oleh orang-orang politik di negri kita supaya mereka bisa menduduki posisi tertentu. Selanjutnya, setelah terpilih, masalah kata-kata itu terealisasi atau tidak bukan urusannya lagi. Dan, berikutnya kata-kata itu hanya tinggal janji si manis jembatan ancol yang menghilang begitu saja di balik kepulan asap.
Sebenernya, kata-kata manis bukan saja milik petinggi-petinggi politik. Orang-orang bawahnya pun juga seringkali begitu, mengumbar janji tanpa bisa memegangnya dengan pasti. Yang penting bicara dulu, urusan dipenuhi atau tidak, lihat saja nanti~ tergantung mood.
Hal ini baru saja saya alami. Dan, jujur saya bisa marah sekali.
Waktu itu hari jumat saya mendatangi sebuah tempat jahit di kawasan rumah saya. Tujuannya tentu saja bukan mencari masalah atau menagih hutang, tapi untuk mempermak seragam kerja saya yang agak-agak kegombrongan kalau dipakai. Maklum anak cewek, maunya yang agak ngepas badan meski tau badan saya kerempeng. Jadilah saya melakukan negosiasi untuk mencapai mufakat atas dua helai seragam yang mau saya kecilin ukurannya itu. Hasil negosiasi adalah harga permak yang 35 ribu plus bisa diselesaikan pada hari Minggu pagi, jam setengah 10. Beberapa kali saya mewanti-wanti si tukang jahit supaya mampu menyelesaikan tepat waktu karena hari Senin seragam itu harus dipakai. Si tukang jahit pun mengiyakan pesanan saya sambil tersenyum. Saya pun meninggalkan tempat tukang jahit dengan perasaan riang menuju kantor.
Hari Minggu-nya...,
Sesuai janji, pukul setengah 10 pun saya datangi tempat tukang jahit itu. Dan, tahukah apa yang terjadi? Tokonya masih TUTUP! Argggghhh...betapa kesalnya saya saat itu. Tapi, kemudian saya pikir, mungkin dia buka agak siangan kali. Toh, kan hari Minggu memang waktu untuk bermalas-malasan. Meski saya sudah mulai keki karena kata-kata si tukang jahit sudah tidak bisa diandalkan, saya mencoba menerimanya dan kembali lagi ke toko pada sore hari.
Tapi, ternyata tokonya masih juga TUTUP! @#$%^&*&^$##$% (sensor mode on).
Kesel setengah mati. Mana saya nggak punya nomor teleponnya lagi!
Besok Senin kan seragam itu mau saya pakai, kalau memang nggak bisa diselesaikan tepat waktu, kenapa nggak ngomong sih?
Saya bukannya mendoakan atau menyumpah serapah, tapi gimana usaha mereka mau berkembang dan laris kalau janji saja nggak bisa dipenuhi. Pantesan aja, cuma jadi tukang jahit! (sori, tak ada maksud merendahkan para tukang jahit yang lain karena saya percaya pasti masih ada banyak tukang jahit yang jauh lebih hebat) Oh ya, untuk sekedar memberi warning kalau ada yang tahu tukang jahit ini, nama tokonya AIRO, SEBAIKNYA CARI TUKANG JAHIT LAIN KETIMBANG PERGI KE TUKANG JAHIT AIRO!
Jadi, sebaiknya jika teman-teman mau mempermak pakaian atau apa pun, lebih baik cari tukang jahit yang sudah dikenal atau telah mendapat rekomen dari kerabat. Jangan sampai kejadian seperti ini terjadi pada teman-teman sekalian. Bete totallllll~
Wednesday, June 23, 2010
Sepatu dan Cairan Pembersih Kaca
Hayo, siapa yang setahun belum pernah cuci sepatu? *sayaangkattangan*
Dari dulu, saya paling males kalau disuruh nyuci sepatu. Mama mau teriak-teriak, kek, kalau malaikat kebersihan belum ngerasuki saya, pasti saya akan acuhkan. Biar aja, deh, sepatu kotor kan makin keren. Dengan begitu ada kisahnya sendiri, seperti kata iklan, "kalau nggak kotor, nggak belajar." Tapi, semua itu hanya alibi untuk menutupi alasan klise yang sebenarnya : malas.
Sampai waktu itu, saya sampe frustasi melihat sepatu saya yang dekilnya minta ampun. Tapi, tetep aja males buat nyuci. Ditambah lagi, saya memang mau pergi dengan menggunakan sepatu tersebut. Lalu, entah pencerahan darimana, mata saya menangkap cairan pembersih kaca yang biasa mama saya pakai untuk mengelap meja makan. Dengan jeniusnya, saya ambil cairan di dalam botol itu dan saya semprotkan ke pinggiran sepatu dekil saya. Lalu, tinggal saya sikat seperti biasa kalau sedang mencuci sepatu secara manual. Dan, hasilnya..., cling..., bersih seperti habis di cuci! xD
Sayangnya, sampai sejauh ini cara yang biasa saya lakukan hanya bisa digunakan untuk sepatu dengan kondisi sebagai berikut:
1. Sepatu hanya terbuat dari bahan karet seperti bahan pinggiran dari sepatu converse.
2. Kotoran yang bisa dihilangkan hanya yang ringan. Kalau ada tanah-tanahan, mending dicuci pake air dan sabun.
3. Belum mencoba pada sepatu kulit.
Tips tambahan dari saya untuk sepatu yang seperti converse atau yang berbahan kain, bisa juga dibersihkan dengan cara paling praktis : masukkan ke dalam mesin cuci satu pintu dan hasilnya..., jangan ditanya. Bersih dan kinclong abis!
Selamat mencoba ^^
Dari dulu, saya paling males kalau disuruh nyuci sepatu. Mama mau teriak-teriak, kek, kalau malaikat kebersihan belum ngerasuki saya, pasti saya akan acuhkan. Biar aja, deh, sepatu kotor kan makin keren. Dengan begitu ada kisahnya sendiri, seperti kata iklan, "kalau nggak kotor, nggak belajar." Tapi, semua itu hanya alibi untuk menutupi alasan klise yang sebenarnya : malas.
Sampai waktu itu, saya sampe frustasi melihat sepatu saya yang dekilnya minta ampun. Tapi, tetep aja males buat nyuci. Ditambah lagi, saya memang mau pergi dengan menggunakan sepatu tersebut. Lalu, entah pencerahan darimana, mata saya menangkap cairan pembersih kaca yang biasa mama saya pakai untuk mengelap meja makan. Dengan jeniusnya, saya ambil cairan di dalam botol itu dan saya semprotkan ke pinggiran sepatu dekil saya. Lalu, tinggal saya sikat seperti biasa kalau sedang mencuci sepatu secara manual. Dan, hasilnya..., cling..., bersih seperti habis di cuci! xD
Sayangnya, sampai sejauh ini cara yang biasa saya lakukan hanya bisa digunakan untuk sepatu dengan kondisi sebagai berikut:
1. Sepatu hanya terbuat dari bahan karet seperti bahan pinggiran dari sepatu converse.
2. Kotoran yang bisa dihilangkan hanya yang ringan. Kalau ada tanah-tanahan, mending dicuci pake air dan sabun.
3. Belum mencoba pada sepatu kulit.
Tips tambahan dari saya untuk sepatu yang seperti converse atau yang berbahan kain, bisa juga dibersihkan dengan cara paling praktis : masukkan ke dalam mesin cuci satu pintu dan hasilnya..., jangan ditanya. Bersih dan kinclong abis!
Selamat mencoba ^^
Monday, June 21, 2010
Aku Cinta Rupiah
Gara-gara tadi siang, lagi naik bus dan duduk di belakang Pak Kenek yang lagi menghitung lembaran uang kertas yang sudah dia kumpulkan, maka otak saya pun berpikir, "kenapa, ya, duit udah jelek, buluk, kumel dan kotor masih aja digunakan?"
Saya ingat, sewaktu kuliah ada seorang teman yang memamerkan lembaran uang dolar Singapura. Lembaran uang kertas bernilai errr... kalau tak salah 10 dolar itu terlihat begitu mulus. Bukan karena teman saya yang telaten menyimpannya hingga rasanya tak ada satu pun lipatan, tapi dikarenakan bahan uang kertasnya itu sendiri yang SULIT untuk dilipat. Kertas dari uang tersebut seperti berlapis plastik sehingga jika berniat merobeknya dengan tangan akan kesulitan.
Lantas pikiran saya kembali pada uang kertas Rupiah di tangan si Pak Kenek. "Coba Rupiah juga dibuat sedemikian rupa, sehingga nggak ada uang yang lecek," pikir saya saat itu.
Memang sih katanya kalau uang sudah sangatttt lusuh, bisa ditukar dengan yang baru jika pergi ke Bank. Tapi, siapa sih yang mau rajin-rajin pergi ke Bank hanya untuk menukarkan selembar ribuan yang buruk rupa? Pasti kan males rasanya.
Saya pribadi juga nggak begitu senang menyimpan uang yang sudah buluk. Makanya uang yang buluk yang saya terima dari tukang-tukang bus atau semacamnya, biasanya saya akan gunakan untuk membayar tukang parkir.
Bukan saja buluk yang menjadi masalah. Terkadang uang kertas bisa dijadikan memo untuk mencatat nomor telpon atau alamat seseorang. ihhh, suka males deh dapet uang yang udah ada tulisannya begitu. Bagi saya, hal ini sangat disayangkan. Padahal uang merupakan alat tukar yang penting. Seharusnya jangan diperlakukan semena-mena.
Saya ingat, sewaktu kuliah ada seorang teman yang memamerkan lembaran uang dolar Singapura. Lembaran uang kertas bernilai errr... kalau tak salah 10 dolar itu terlihat begitu mulus. Bukan karena teman saya yang telaten menyimpannya hingga rasanya tak ada satu pun lipatan, tapi dikarenakan bahan uang kertasnya itu sendiri yang SULIT untuk dilipat. Kertas dari uang tersebut seperti berlapis plastik sehingga jika berniat merobeknya dengan tangan akan kesulitan.
Lantas pikiran saya kembali pada uang kertas Rupiah di tangan si Pak Kenek. "Coba Rupiah juga dibuat sedemikian rupa, sehingga nggak ada uang yang lecek," pikir saya saat itu.
Memang sih katanya kalau uang sudah sangatttt lusuh, bisa ditukar dengan yang baru jika pergi ke Bank. Tapi, siapa sih yang mau rajin-rajin pergi ke Bank hanya untuk menukarkan selembar ribuan yang buruk rupa? Pasti kan males rasanya.
Saya pribadi juga nggak begitu senang menyimpan uang yang sudah buluk. Makanya uang yang buluk yang saya terima dari tukang-tukang bus atau semacamnya, biasanya saya akan gunakan untuk membayar tukang parkir.
Bukan saja buluk yang menjadi masalah. Terkadang uang kertas bisa dijadikan memo untuk mencatat nomor telpon atau alamat seseorang. ihhh, suka males deh dapet uang yang udah ada tulisannya begitu. Bagi saya, hal ini sangat disayangkan. Padahal uang merupakan alat tukar yang penting. Seharusnya jangan diperlakukan semena-mena.
Saturday, June 19, 2010
Tema Pernikahan
Judul di atas bukan berarti saya mau nikah, loh. Boro-boro nikah, pasangan aja lebih memilih karirnya di korea dan bergabung dengan Super Junior (red : Kyuhyun) #dilemparsandal.
Besok, adalah hari pernikahan salah satu tetangga saya. Dan memikirkan soal pernikahannya, saya terbayang kira-kira tema yang diambil pasangan itu seperti apa, ya? Bermula dari sana, akhirnya malah saya yang berandai-andai membuat tema pernikahan kalau-kalau nanti ada pesta pernikahan dengan bintang utamanya adalah saya XD
Kira-kira inilah tema-tema yang terpikir oleh saya. Dan, karena saya yang berandai-andai, maka sisi egois saya yang akan mendominan di sini.
1. Berdasarkan hobi kokoreaan saya, maka saya pernah memimpikan tema yang berbau kokoreaan, yaitu nuansa yang penuh dengan warna merah, biru dan putih. Lalu mungkin saya akan mengenakan hanbok (pakaian adat korea) yang didesign khusus untuk saya. Nanti, ketika pengantin masuk ke dalam gedung, maka solois di panggung akan menyanyikan lagu You And I dari Park Boom, Wedding Dress dari Tae Yang, 7 Years of Love Song dari Kyuhyun atau mungkin Haengbok-nya Super Junior. Rasanya pastiiiii romantis... *dalam bayangan orang yang masih awam soal beginian*
2. Saya juga membayangkan nuansa pernikahannya mau dibuat seperti di atas bulan, dimana saya akan berpakaian dan menjadi Serenity sementara prianya akan menjadi Tuxedo Bertopeng yang sedang menggigit bunga mawar merah.
3. Yang ini agak sulit. Saya berpikiran mau membuat tema cosplay. Tapi, ya itu dia, sulit. Masa semua orang yang dateng kudu jadi sesuatu? Tapi, serunya, saya pasti seneng kalo di pernikahan saya bisa dihadiri oleh para member Tokusatsu seperti ultraman atau kamen rider.
4. Yang berikutnya, yang paling normal--mungkin. Saya mau bertemakan desa. Jadi akan ada sawah dan padi, ada gubuk atau juga jalan setapak. Tapi, saya nggak tau gimana buatnya kalau ini bisa diwujudkan. Yang pasti cukup ribet.
5. Dan, terakhir. Saya merasa kebanyakan mimpi, jadi ya sudahlah. Lihat saja nanti. Paling ujung-ujungnya cuma pake gaun putih dengan panggung yang biasa, tamu yang biasa, dandanan yang biasa, makanan dengan rasa yang biasa dan gedung yang biasa. Semoga terealisasi.
Note: Dari kemaren saya kena flu. Badan meriang. Otak menggigil sampai tak bisa berpikir. Hidung mampet dan tenggorokan gatal. Sudah minum obat tapi nggak kunjung sembuh. Padahal nggak lucu kalau datang ke pernikahan dengan hidung meler. Takutnya acara makan gratis saya terganggu T_T
Note 2: Tadi pagi sudah mengirimkan "Rain Affair" ke para pemenang yang beruntung. Semoga nyampe dan nggak nyangkut apalagi nyasar. Lalu, saya mau mengucapkan..., selamat membacaaaaaa~
Besok, adalah hari pernikahan salah satu tetangga saya. Dan memikirkan soal pernikahannya, saya terbayang kira-kira tema yang diambil pasangan itu seperti apa, ya? Bermula dari sana, akhirnya malah saya yang berandai-andai membuat tema pernikahan kalau-kalau nanti ada pesta pernikahan dengan bintang utamanya adalah saya XD
Kira-kira inilah tema-tema yang terpikir oleh saya. Dan, karena saya yang berandai-andai, maka sisi egois saya yang akan mendominan di sini.
1. Berdasarkan hobi kokoreaan saya, maka saya pernah memimpikan tema yang berbau kokoreaan, yaitu nuansa yang penuh dengan warna merah, biru dan putih. Lalu mungkin saya akan mengenakan hanbok (pakaian adat korea) yang didesign khusus untuk saya. Nanti, ketika pengantin masuk ke dalam gedung, maka solois di panggung akan menyanyikan lagu You And I dari Park Boom, Wedding Dress dari Tae Yang, 7 Years of Love Song dari Kyuhyun atau mungkin Haengbok-nya Super Junior. Rasanya pastiiiii romantis... *dalam bayangan orang yang masih awam soal beginian*
2. Saya juga membayangkan nuansa pernikahannya mau dibuat seperti di atas bulan, dimana saya akan berpakaian dan menjadi Serenity sementara prianya akan menjadi Tuxedo Bertopeng yang sedang menggigit bunga mawar merah.
3. Yang ini agak sulit. Saya berpikiran mau membuat tema cosplay. Tapi, ya itu dia, sulit. Masa semua orang yang dateng kudu jadi sesuatu? Tapi, serunya, saya pasti seneng kalo di pernikahan saya bisa dihadiri oleh para member Tokusatsu seperti ultraman atau kamen rider.
4. Yang berikutnya, yang paling normal--mungkin. Saya mau bertemakan desa. Jadi akan ada sawah dan padi, ada gubuk atau juga jalan setapak. Tapi, saya nggak tau gimana buatnya kalau ini bisa diwujudkan. Yang pasti cukup ribet.
5. Dan, terakhir. Saya merasa kebanyakan mimpi, jadi ya sudahlah. Lihat saja nanti. Paling ujung-ujungnya cuma pake gaun putih dengan panggung yang biasa, tamu yang biasa, dandanan yang biasa, makanan dengan rasa yang biasa dan gedung yang biasa. Semoga terealisasi.
Note: Dari kemaren saya kena flu. Badan meriang. Otak menggigil sampai tak bisa berpikir. Hidung mampet dan tenggorokan gatal. Sudah minum obat tapi nggak kunjung sembuh. Padahal nggak lucu kalau datang ke pernikahan dengan hidung meler. Takutnya acara makan gratis saya terganggu T_T
Note 2: Tadi pagi sudah mengirimkan "Rain Affair" ke para pemenang yang beruntung. Semoga nyampe dan nggak nyangkut apalagi nyasar. Lalu, saya mau mengucapkan..., selamat membacaaaaaa~
Wednesday, June 16, 2010
Kondisi Terkini Kamar Si Pemalas
Ada yang bilang, kamar cewek itu harus rapih, bersih dan wangi. Semua barang harus ditata rapih di tempat masing-masing. Lantainya harus kinclong. Seprainya nggak boleh ada lipetan sedikit pun. Hehehe..., hayooo, siapa yang kamarnya sekinclong itu?
Yang jelas gambaran di atas jauh dari kondisi asli kamar saya.
Serius. Sungguh. Buat Orizuka yang pernah nginep di tempat saya, pasti tau benar betapa berantakannya kamar saya...ahakakaka~ (buka aib sendiri). Sebenernya saya suka kok dengan kerapihan. Saya nggak anti dengan kebersihan. Tapi, hanya satu kendala untuk membuat kamar saya selalu tampil konclong : males.
Seprai bisa ganti sebulan sekali. Atau lebih, tergantung tingkat kekotoran si sprei.
Korden, baru dicuci satu kali setelah sekian tahun mejeng di jendela.
Kolong meja, penuh dengan kertas-kertas (udah nggak tau mana yang penting dan tidak) yang saya jejalkan dengan paksa.
Dinding dan lemari, penuh dengan potosaya artis.
Rak buku, sedikit tertutup debu.
Mama saya sudah terlalu sering ngoceh dengan kamar putrinya yang jauh dari kata rapih ini. "Kamar kok penuh barang," katanya. Tapi itulah saya. Suka sekali dengan sesuatu yang terlihat 'penuh'. Justru dengan sesuatu yang lowong akan terasa kosong. Saya pun teringat dengan sebuah buku interior yang isinya adalah foto-foto interior kamar di Jepang. Tidak satu pun saya temukan kamar yang rapih jali. Semuanya tampak penuh dengan barang dan berantakan. Tapi..., kondisi seperti itu bisa masuk ke dalam kumpulan foto interior.
Jadi, saya menyimpulkan, berantakan sama dengan art.
Gimana dengan kamar teman-teman sekalian?
Yang jelas gambaran di atas jauh dari kondisi asli kamar saya.
Serius. Sungguh. Buat Orizuka yang pernah nginep di tempat saya, pasti tau benar betapa berantakannya kamar saya...ahakakaka~ (buka aib sendiri). Sebenernya saya suka kok dengan kerapihan. Saya nggak anti dengan kebersihan. Tapi, hanya satu kendala untuk membuat kamar saya selalu tampil konclong : males.
Seprai bisa ganti sebulan sekali. Atau lebih, tergantung tingkat kekotoran si sprei.
Korden, baru dicuci satu kali setelah sekian tahun mejeng di jendela.
Kolong meja, penuh dengan kertas-kertas (udah nggak tau mana yang penting dan tidak) yang saya jejalkan dengan paksa.
Dinding dan lemari, penuh dengan poto
Rak buku, sedikit tertutup debu.
Mama saya sudah terlalu sering ngoceh dengan kamar putrinya yang jauh dari kata rapih ini. "Kamar kok penuh barang," katanya. Tapi itulah saya. Suka sekali dengan sesuatu yang terlihat 'penuh'. Justru dengan sesuatu yang lowong akan terasa kosong. Saya pun teringat dengan sebuah buku interior yang isinya adalah foto-foto interior kamar di Jepang. Tidak satu pun saya temukan kamar yang rapih jali. Semuanya tampak penuh dengan barang dan berantakan. Tapi..., kondisi seperti itu bisa masuk ke dalam kumpulan foto interior.
Jadi, saya menyimpulkan, berantakan sama dengan art.
Gimana dengan kamar teman-teman sekalian?
Saturday, June 12, 2010
Pojok Aduan Masyarakat (Jakarta)
Setiap pulang kantor [XD] saya selalu menggunakan sebuah bus kuning yang sudah peot-peot di sana-sini dengan suara yang sukses bikin kuping keram saking berisiknya, berjudul Kopaja 102. Biasanya saya naik dari sekitaran Senayan karena memang bus itu melintas di jalan tersebut. Dan, sebisa mungkin harus naik di depan Plaza Senayan untuk menghindari yang namanya "bus penuh karena sopirnya ulangtahun."
Hari itu saya pun sudah lari-lari ke arah Plaza Senayan untuk bisa mendapatkan tempat VIP aka tempat duduk di dalam bus. Beruntung masih ada satu dua bangku yang kosong sehingga saya bisa duduk sambil menikmati cemilan gorengan yang saya beli untuk mengganjal perut. Soalnya, tak berapa lama setelah lepas dari pinggiran Plaza Senayan [bus di Jakarta sangat jarang berhenti di depan halte] bus 102 langsung dikerubungi fans-fansnya yang membuat bus yang sudah peyot itu penuh sesak dengan orang-orang. Meski udah penuh, si kenek akan berteriak, "Ayo, Mas, Mbak, geser..., masih kosong itu di tengah," atau juga, "ayo, mbak, mas..., nggak ada mobil lagi. Udah malem. Terakhir, nih!" Lalu tak berapala lama, bus 102 yang lain melintas di belakang... ~___~"
Kenapa, sih, orang-orang harus didesak di dalam bus kalau memang sudah penuh?
Kemudian, perjalanan masih terus melewati daerah Radio Dalam. Bus 102 yang saya tumpangi bergerak dengan kecepatan kencang di jalur yang bukan seharusnya karena memang jalur yang ada sedang macet. Padahal macetnya pun karena lampu merah, tapi si sopir yang nggak sabaran, tetap saja memacu kencang busnya tanpa peduli kalau ada mobil dari arah sebaliknya. Untungggg, dia nggak nerobos lampu merah. Saya pikir begitu semula. Tapi, saya salah. Ketika hanya sedikit mobil dari arah lain sedang melintas karena lampu di jalur mereka sedang berwarna hijau, si bus pun main tancap aja! Intinya, dia tetap menerobos lampu merah!!
Betapa bahayanya....
Dan, yang lebih membuat kami para penumpang ini sebal adalah begitu sampai di dekat-dekat komplek perumahan Angkatan Laut [atau udara, saya lupa] bus 102 berhenti di depan bus 102 yang lain dan si sopir berkata, "Ayo, Pak, Bu, pindah...pindah.... Mau pulang saya."
Wow!! Ini bukan satu dua kali bus 102 melakukan hal serupa. Sudah sangat sering terutama ketika malam hari.
Penumpang pun sontak protes! Tapi si abang sopir itu tetap menyuruh kami pindah ke bus 102 yang lain, hanya karena dia mau pulang!! Hei, kami juga mau pulang, kaliiiiiiiiii *on fire* Dengan penuh gerutuan dan makian [dalam hati] saya bersama penumpang yang lain pun terpaksa hijrah ke bus 102 yang ada di belakang. Tapi, sungguh. Rasanya kesal sekali. Penumpang busnya banyak, tapi kenapa harus dipindahkan ke bus lain???!! Keterlaluan sekali. Belum lagi, kami para penumpang yang hendak pulang, pasti capek sekali karena aktifitas masing-masing. Sementara si sopir seenaknya menyuruh kami pindah!!
Jujur saja, saya marah. Bukan satu kali, loh!
Mau ngadu kemana pun saya juga nggak ngerti. Jadi, terpaksa saya ngadu di blog. Kali aja ada abang sopir bus 102 yang sedikit canggih dengan baca-baca blog lalu nyasar ke blog saya. Ah, tapi saya tak yakin.
Hari itu saya pun sudah lari-lari ke arah Plaza Senayan untuk bisa mendapatkan tempat VIP aka tempat duduk di dalam bus. Beruntung masih ada satu dua bangku yang kosong sehingga saya bisa duduk sambil menikmati cemilan gorengan yang saya beli untuk mengganjal perut. Soalnya, tak berapa lama setelah lepas dari pinggiran Plaza Senayan [bus di Jakarta sangat jarang berhenti di depan halte] bus 102 langsung dikerubungi fans-fansnya yang membuat bus yang sudah peyot itu penuh sesak dengan orang-orang. Meski udah penuh, si kenek akan berteriak, "Ayo, Mas, Mbak, geser..., masih kosong itu di tengah," atau juga, "ayo, mbak, mas..., nggak ada mobil lagi. Udah malem. Terakhir, nih!" Lalu tak berapala lama, bus 102 yang lain melintas di belakang... ~___~"
Kenapa, sih, orang-orang harus didesak di dalam bus kalau memang sudah penuh?
Kemudian, perjalanan masih terus melewati daerah Radio Dalam. Bus 102 yang saya tumpangi bergerak dengan kecepatan kencang di jalur yang bukan seharusnya karena memang jalur yang ada sedang macet. Padahal macetnya pun karena lampu merah, tapi si sopir yang nggak sabaran, tetap saja memacu kencang busnya tanpa peduli kalau ada mobil dari arah sebaliknya. Untungggg, dia nggak nerobos lampu merah. Saya pikir begitu semula. Tapi, saya salah. Ketika hanya sedikit mobil dari arah lain sedang melintas karena lampu di jalur mereka sedang berwarna hijau, si bus pun main tancap aja! Intinya, dia tetap menerobos lampu merah!!
Betapa bahayanya....
Dan, yang lebih membuat kami para penumpang ini sebal adalah begitu sampai di dekat-dekat komplek perumahan Angkatan Laut [atau udara, saya lupa] bus 102 berhenti di depan bus 102 yang lain dan si sopir berkata, "Ayo, Pak, Bu, pindah...pindah.... Mau pulang saya."
Wow!! Ini bukan satu dua kali bus 102 melakukan hal serupa. Sudah sangat sering terutama ketika malam hari.
Penumpang pun sontak protes! Tapi si abang sopir itu tetap menyuruh kami pindah ke bus 102 yang lain, hanya karena dia mau pulang!! Hei, kami juga mau pulang, kaliiiiiiiiii *on fire* Dengan penuh gerutuan dan makian [dalam hati] saya bersama penumpang yang lain pun terpaksa hijrah ke bus 102 yang ada di belakang. Tapi, sungguh. Rasanya kesal sekali. Penumpang busnya banyak, tapi kenapa harus dipindahkan ke bus lain???!! Keterlaluan sekali. Belum lagi, kami para penumpang yang hendak pulang, pasti capek sekali karena aktifitas masing-masing. Sementara si sopir seenaknya menyuruh kami pindah!!
Jujur saja, saya marah. Bukan satu kali, loh!
Mau ngadu kemana pun saya juga nggak ngerti. Jadi, terpaksa saya ngadu di blog. Kali aja ada abang sopir bus 102 yang sedikit canggih dengan baca-baca blog lalu nyasar ke blog saya. Ah, tapi saya tak yakin.
Wednesday, June 9, 2010
Kembali Posting
Aduh..., akhirnya saya posting lagi.
Juni ini, saya memasuki babak baru \(^o^)/ dan memiliki kegiatan yang pasti akan menyita waktu. Jadi, memang belakangan belum sempat posting. Tapi, curi-curi waktu untuk kunjungan sih udah sering XD
Hmmm..., urusan kontes Rain Affair pun sempat keteteran karena jadwal meeting layar 14 inchi dengan Mocca Chi, selalu nggak cocok. Pas saya melek, dia ngantuk. Pas saya ngantuk, dia melek ahakakaka... #ngarangmodeon. Intinya waktunya udah nggak sama lagi kayak dulu. Tapi, tetep akan saya usahakan. Hiks, maapkan saya atas ketidaknyamanan ini, teman-teman *bow* saya akan berusaha sebaik mungkin. Minggu ini sih udah pasti akan diumumkan, nggak molor sampai minggu depan.
Oh, ya, sekedar iseng. Kemarin waktu di jalan, saya denger di sebuah radio (MotionFM, Jakarta) mengenai cerita pengalaman orang dengan kendaraan umum. Lalu, ada seseorang yang bercerita seperti ini dan saya ngakak :
Katanya, waktu itu ada bus yang sedang dipadati penumpang melintas di depan seorang ibu-ibu. Dengan keisengannya, ibu itu bertanya kepada sang kenek, "Bang, kok bus-nya rame banget?" Lalu sang kenek pun menjawab, "Iya, Bu. Sopirnya lagi ulang tahun!"
Ahakakakaka..., dimana-mana yang namanya bus, ya, rame!
Mau sopirnya ulang tahun, kek, atau keneknya, kek, ya tetep aja rame. Silahkan menilai, siapa yang sebenarnya memang benar-benar iseng? XD
Juni ini, saya memasuki babak baru \(^o^)/ dan memiliki kegiatan yang pasti akan menyita waktu. Jadi, memang belakangan belum sempat posting. Tapi, curi-curi waktu untuk kunjungan sih udah sering XD
Hmmm..., urusan kontes Rain Affair pun sempat keteteran karena jadwal meeting layar 14 inchi dengan Mocca Chi, selalu nggak cocok. Pas saya melek, dia ngantuk. Pas saya ngantuk, dia melek ahakakaka... #ngarangmodeon. Intinya waktunya udah nggak sama lagi kayak dulu. Tapi, tetep akan saya usahakan. Hiks, maapkan saya atas ketidaknyamanan ini, teman-teman *bow* saya akan berusaha sebaik mungkin. Minggu ini sih udah pasti akan diumumkan, nggak molor sampai minggu depan.
Oh, ya, sekedar iseng. Kemarin waktu di jalan, saya denger di sebuah radio (MotionFM, Jakarta) mengenai cerita pengalaman orang dengan kendaraan umum. Lalu, ada seseorang yang bercerita seperti ini dan saya ngakak :
Katanya, waktu itu ada bus yang sedang dipadati penumpang melintas di depan seorang ibu-ibu. Dengan keisengannya, ibu itu bertanya kepada sang kenek, "Bang, kok bus-nya rame banget?" Lalu sang kenek pun menjawab, "Iya, Bu. Sopirnya lagi ulang tahun!"
Ahakakakaka..., dimana-mana yang namanya bus, ya, rame!
Mau sopirnya ulang tahun, kek, atau keneknya, kek, ya tetep aja rame. Silahkan menilai, siapa yang sebenarnya memang benar-benar iseng? XD
Subscribe to:
Posts (Atom)