At the present time, investment is one thing that can bring its own benefits. There are many different ways of investment made by many people to gain advantage in the future. One is to invest via gold bullion. Gold is a profitable form of investment because it can survive throughout the year and the selling point was almost never experienced a drastic decline. In contrast, gold has increased even more selling points are not small. You do not need to rush to sell gold bars you have. Keep it until you are sure that the selling point was in accordance with your needs.
Buying gold or silver in significant amounts can also be one way to invest your money. You can also buy bullion in the form of gold coins with various options. There is American Buffalo 24-karat gold or the Australian Gold Nugget from Western Australia and became one of the most popular gold in its place.
It is different if you want to buy gold bullion. Although not much different from the coin, but gold bars also have a high selling value. Buying gold bullion will not harm your future. Gold bullion can also be one way you invest the money you have. Saving money in the bank is more secure, but in the end results may not be proportional to save money in the form of gold.
Monday, July 26, 2010
Sunday, July 25, 2010
Pasrah Samakah Dengan Menyerah?
Ketika mimpimu yg begitu indah,
tak pernah terwujud..ya sudahlah
Saat kau berlari mengejar anganmu,
dan tak pernah sampai.... ya sudahlah
*reff:
Apapun yg terjadi, ku kan slalu ada untukmu
Janganlah kau bersedih..coz everything's gonna be OKAY
Sekelibat bait dari sebuah lagu berjudul Yah Sudahlah yang dibawakan oleh Bondan feat Fade 2 Black, membuat saya merenung. Kalau diperhatikan, maksud dari lagu yang sederhana dan dibawakan dengan sangat ringan oleh dua musisi Indonesia itu seperti bermakna pasrah. Tapi, setelah saya mencoba mendengarkannya secara continue, saya tak merasa bahwa lagu ini penuh kepasrahan. Justru sebaliknya. Bagi saya lagu ini seperti memberi satu tenaga baru bagi orang-orang yang mungkin sudah kehilangan harapan.
Jadi, kenapa tiba-tiba Clara jadi suka mendengarkan lagu Indonesia? Hakakaka, kalau bukan karena tuntutan kerjaan, saya sih pasti masih menjadi salah satu orang yang tidak mau ambil pusing soal lagu-lagu Indonesia. Tapi, ketika bersapaan dengan lagu dari Bondan ini, saya sungguh jatuh hati pada lagu sederhana ini.
Kalau ada yang belum dengar lagunya, saya posting juga di sibi MV-nya.
Dan, bicara soal kata pasrah. Ada salah seorang teman saya yang selalu menjadi musuh dari kata 'pasrah' ini. Lalu, entah kenapa saya sedikit tidak setuju dengannya.
Bagi beberapa orang, mendengar kata pasrah mungkin akan berpikir kalau seseorang itu tidak berusaha dan menyerah di tengah jalan--atau lebih parah, malah tidak berusaha sama sekali. Tapi mana kita pernah tahu? Di bagian inilah saya memang setuju dengannya. Kita tidak boleh pasrah dengan keadaan begitu saja. Atau dengan kata lain menyerah dengan keadaan.
Namun, ketika kita melihat dari kaca mata lain, pasrah bukan berarti seseorang itu akan menyerah begitu saja dengan keadaan.
Pasrah hanya sebuah keputusan ketika usaha sudah dikerahkan sedemikian tinggi hingga mencapai titik penghabisan tenaga dan segala kemampuan. Pasrah hanya sebuah keputusan untuk mencoba bersahabat dengan keadaan yang ada. Tidak ngotot, tidak memaksakan kehendak, tidak melawan batas-batas hidup sebagai seorang manusia yang tak bisa berbuat lebih banyak daripada Tuhan. Dan disinilah saya berpikir bahwa pasrah itu bukan sebuah kesalahan.
Yah Sudahlah....,
Kadang memang kata-kata itu harus kita keluarkan. Sudahlah, karena memang apa yang telah terjadi tidak akan bisa dikembalikan. Sudahlah, karena pada harinya nanti, apa yang kamu butuhkan akan diberikan oleh-Nya tanpa pernah kamu sadari kalau kamu membutuhkannya.
NOTE:
Ternyata sudah seminggu nggak posting. Idenya nggak ada. Jadi saya mengabaikan si blog tercinta. Dan sekalinya posting pun, rasanya kok kacau. Tapi, tetep aja pengen posting.
Hari Minggu 25 Juli 2010, saya mendapat sebuah kesempatan untuk hadir dalam sebuah acara pro resensi RAIN AFFAIR yang disiarkan melalui radio RI. Untuk selengkapnya, akan saya update melalui blog : rainaffair.blogspot.com.
tak pernah terwujud..ya sudahlah
Saat kau berlari mengejar anganmu,
dan tak pernah sampai.... ya sudahlah
*reff:
Apapun yg terjadi, ku kan slalu ada untukmu
Janganlah kau bersedih..coz everything's gonna be OKAY
Sekelibat bait dari sebuah lagu berjudul Yah Sudahlah yang dibawakan oleh Bondan feat Fade 2 Black, membuat saya merenung. Kalau diperhatikan, maksud dari lagu yang sederhana dan dibawakan dengan sangat ringan oleh dua musisi Indonesia itu seperti bermakna pasrah. Tapi, setelah saya mencoba mendengarkannya secara continue, saya tak merasa bahwa lagu ini penuh kepasrahan. Justru sebaliknya. Bagi saya lagu ini seperti memberi satu tenaga baru bagi orang-orang yang mungkin sudah kehilangan harapan.
Jadi, kenapa tiba-tiba Clara jadi suka mendengarkan lagu Indonesia? Hakakaka, kalau bukan karena tuntutan kerjaan, saya sih pasti masih menjadi salah satu orang yang tidak mau ambil pusing soal lagu-lagu Indonesia. Tapi, ketika bersapaan dengan lagu dari Bondan ini, saya sungguh jatuh hati pada lagu sederhana ini.
Kalau ada yang belum dengar lagunya, saya posting juga di sibi MV-nya.
Dan, bicara soal kata pasrah. Ada salah seorang teman saya yang selalu menjadi musuh dari kata 'pasrah' ini. Lalu, entah kenapa saya sedikit tidak setuju dengannya.
Bagi beberapa orang, mendengar kata pasrah mungkin akan berpikir kalau seseorang itu tidak berusaha dan menyerah di tengah jalan--atau lebih parah, malah tidak berusaha sama sekali. Tapi mana kita pernah tahu? Di bagian inilah saya memang setuju dengannya. Kita tidak boleh pasrah dengan keadaan begitu saja. Atau dengan kata lain menyerah dengan keadaan.
Namun, ketika kita melihat dari kaca mata lain, pasrah bukan berarti seseorang itu akan menyerah begitu saja dengan keadaan.
Pasrah hanya sebuah keputusan ketika usaha sudah dikerahkan sedemikian tinggi hingga mencapai titik penghabisan tenaga dan segala kemampuan. Pasrah hanya sebuah keputusan untuk mencoba bersahabat dengan keadaan yang ada. Tidak ngotot, tidak memaksakan kehendak, tidak melawan batas-batas hidup sebagai seorang manusia yang tak bisa berbuat lebih banyak daripada Tuhan. Dan disinilah saya berpikir bahwa pasrah itu bukan sebuah kesalahan.
Yah Sudahlah....,
Kadang memang kata-kata itu harus kita keluarkan. Sudahlah, karena memang apa yang telah terjadi tidak akan bisa dikembalikan. Sudahlah, karena pada harinya nanti, apa yang kamu butuhkan akan diberikan oleh-Nya tanpa pernah kamu sadari kalau kamu membutuhkannya.
NOTE:
Ternyata sudah seminggu nggak posting. Idenya nggak ada. Jadi saya mengabaikan si blog tercinta. Dan sekalinya posting pun, rasanya kok kacau. Tapi, tetep aja pengen posting.
Hari Minggu 25 Juli 2010, saya mendapat sebuah kesempatan untuk hadir dalam sebuah acara pro resensi RAIN AFFAIR yang disiarkan melalui radio RI. Untuk selengkapnya, akan saya update melalui blog : rainaffair.blogspot.com.
Sunday, July 18, 2010
Silent Sigh
Malam minggu, malam yang pendek!
Malam dimana saya kecemplung lagi ke dunia lain yang tak pernah saya kira bahwa saya bisa kecebur di dalamnya. Tak ada kesengajaan, sungguh.
Hari Sabtu itu saya janjian dengan Berlian, sobat kental saya. Sekedar pengen ngobrol ngalur-ngidul saja mengingat masing-masing sudah punya kesibukkan pribadi. Saling berkeluh kesah dan bercerita soal kerjaan yang dijalankan. Juga saling..., curcol aka curhat colongan xD Semula pengen makan di Sushi Tei. Kebayang sudah salmon maki yang pengen saya pesan. Tapi, ternyata berakhir di Mcd Kemang.
Dan, semuanya bukan tanpa alasan.
Berlian suka sekali dengan musik-musik indie. Apa sih musik indie itu? Musik indie itu musik yang independent. Tidak terkait dengan sebuah label perusahaan rekaman yang ternama. Dan, melalui informasi dari mulut ke mulut, malam itu salah satu band kesukaannya bernama Sajamacut akan manggung. Saya tau band itu. Sudah cukup lama exist di dunia per-indie-an dan tetap bertahan seperti itu. Lagu-lagunya easy listening sekali. Mengingat semua kriteria itu, saya pun memutuskan untuk ikut menonton Sajamacut manggung di sebuah tempat di Kemang.
Dari informasi via twitter, Sajamacut manggung pukul delapan malam di acara Silent Sigh. Jadilah kami datang ke tempat itu pukul setengah delapan karena tak ingin terlewat satu pun lagu yang akan dinyanyikannya. Setelah membayar tiket masuk seharga Rp 15.000 kami pun mencari tempat duduk. Santai, mengobrol sambil menunggu giliran Sajamacut tampil. Tapi ternyata hingga pukul sepuluh pun, Sajamacut belum juga tampil. Ngantuk, sedikit. Pantat pegel, itu yang sulit dicegah. Pulang, jelas bukan pilihan yang terbaik karena kita sudah berada satu lokasi dengan band idola itu. Dan, akhirnya memilih bertahan dengan menunggu.
Untunglah, sekitar pukul setengah sebelas, akhirnya band yang paling kami tunggu mulai tampak sibuk check sound. Lima menit kemudian, mereka mulai menyapa para pengunjung dan akhirnya menyanyikan lagu pertama yang-entah-apa-judulnya. Tapi, enak. Saya suka. Meski satu lagu yang saya tunggu-tunggu berjudul Paintings Paintings tidak dinyanyikan, setidaknya ada satu lagu lain berjudul-entah-apa-juga yang saya suka dan mereka nyanyikan.
Bagi saya yang sangat jarang menyukai lagu dari musisi negri sendiri, pengalaman kecemplung di komunitas para indie ini merupakan pengalaman yang seru. Kalau biasanya saya bergaul dengan orang-orang yang mungkin akan berteriak "Sarangheyo Choi Kyu Hyun" malam ini justru sangat berbeda. Tak ada teriakan heboh. Semuanya seakan kyusuk mendengarkan sang vokalis melantunkan bait-bait lagunya dengan penuh penjiwaan. Dari sini pula, saya bisa melihat perbedaan masing-masing sebuah komunitas.
Ini pengalaman yang menyenangkan. Rasa lelah karena menunggu lama terbayarkan sudah oleh penampilan Sajamacut yang keren dan menghibur. Sayang formasinya sedang tidak komplit. Ada salah satu gitarisnya yang tak bisa datang karena sedang sakit. Tapi, tak apalah. Tak mengurangi antusias kita yang nonton, sih. Maka itu saya bisa bilang, malam minggu malam yang pendek karena rasanya begitu cepat berlalu. Tahu-tahu acara itu sudah selesai saja.
Dan, bagi yang ada di Jakarta dan penasaran dengan band satu ini, yukkk...dateng aja ke Teras Kota nanti tanggal 7 Agustus. Konon kabarnya mereka akan manggung lagi di sana. Atau silahkan saja follow twitter mereka di @Sajama_Cut.
Ini beberapa foto yang bisa saya ambil dari tempat acara.
Malam dimana saya kecemplung lagi ke dunia lain yang tak pernah saya kira bahwa saya bisa kecebur di dalamnya. Tak ada kesengajaan, sungguh.
Hari Sabtu itu saya janjian dengan Berlian, sobat kental saya. Sekedar pengen ngobrol ngalur-ngidul saja mengingat masing-masing sudah punya kesibukkan pribadi. Saling berkeluh kesah dan bercerita soal kerjaan yang dijalankan. Juga saling..., curcol aka curhat colongan xD Semula pengen makan di Sushi Tei. Kebayang sudah salmon maki yang pengen saya pesan. Tapi, ternyata berakhir di Mcd Kemang.
Dan, semuanya bukan tanpa alasan.
Berlian suka sekali dengan musik-musik indie. Apa sih musik indie itu? Musik indie itu musik yang independent. Tidak terkait dengan sebuah label perusahaan rekaman yang ternama. Dan, melalui informasi dari mulut ke mulut, malam itu salah satu band kesukaannya bernama Sajamacut akan manggung. Saya tau band itu. Sudah cukup lama exist di dunia per-indie-an dan tetap bertahan seperti itu. Lagu-lagunya easy listening sekali. Mengingat semua kriteria itu, saya pun memutuskan untuk ikut menonton Sajamacut manggung di sebuah tempat di Kemang.
Dari informasi via twitter, Sajamacut manggung pukul delapan malam di acara Silent Sigh. Jadilah kami datang ke tempat itu pukul setengah delapan karena tak ingin terlewat satu pun lagu yang akan dinyanyikannya. Setelah membayar tiket masuk seharga Rp 15.000 kami pun mencari tempat duduk. Santai, mengobrol sambil menunggu giliran Sajamacut tampil. Tapi ternyata hingga pukul sepuluh pun, Sajamacut belum juga tampil. Ngantuk, sedikit. Pantat pegel, itu yang sulit dicegah. Pulang, jelas bukan pilihan yang terbaik karena kita sudah berada satu lokasi dengan band idola itu. Dan, akhirnya memilih bertahan dengan menunggu.
Untunglah, sekitar pukul setengah sebelas, akhirnya band yang paling kami tunggu mulai tampak sibuk check sound. Lima menit kemudian, mereka mulai menyapa para pengunjung dan akhirnya menyanyikan lagu pertama yang-entah-apa-judulnya. Tapi, enak. Saya suka. Meski satu lagu yang saya tunggu-tunggu berjudul Paintings Paintings tidak dinyanyikan, setidaknya ada satu lagu lain berjudul-entah-apa-juga yang saya suka dan mereka nyanyikan.
Bagi saya yang sangat jarang menyukai lagu dari musisi negri sendiri, pengalaman kecemplung di komunitas para indie ini merupakan pengalaman yang seru. Kalau biasanya saya bergaul dengan orang-orang yang mungkin akan berteriak "Sarangheyo Choi Kyu Hyun" malam ini justru sangat berbeda. Tak ada teriakan heboh. Semuanya seakan kyusuk mendengarkan sang vokalis melantunkan bait-bait lagunya dengan penuh penjiwaan. Dari sini pula, saya bisa melihat perbedaan masing-masing sebuah komunitas.
Ini pengalaman yang menyenangkan. Rasa lelah karena menunggu lama terbayarkan sudah oleh penampilan Sajamacut yang keren dan menghibur. Sayang formasinya sedang tidak komplit. Ada salah satu gitarisnya yang tak bisa datang karena sedang sakit. Tapi, tak apalah. Tak mengurangi antusias kita yang nonton, sih. Maka itu saya bisa bilang, malam minggu malam yang pendek karena rasanya begitu cepat berlalu. Tahu-tahu acara itu sudah selesai saja.
Dan, bagi yang ada di Jakarta dan penasaran dengan band satu ini, yukkk...dateng aja ke Teras Kota nanti tanggal 7 Agustus. Konon kabarnya mereka akan manggung lagi di sana. Atau silahkan saja follow twitter mereka di @Sajama_Cut.
Ini beberapa foto yang bisa saya ambil dari tempat acara.
Friday, July 16, 2010
Kisah Bayangan
Bayangan pernah berkata pada Cahaya , "Jangan pergi, aku membutuhkanmu. Aku tak ada apa-apanya tanpamu." Tapi, Cahaya tetap pergi. Dan kini Bayangan telah mati tertutup Kegelapan.
Sunday, July 11, 2010
Orang Lain Sebagai Cerminan
Kita tidak pernah tahu apa rencana Tuhan. Dia membumbukan serbuk bernama rahasia ke dalam setiap hasil karyaNya yang ramuannya hanya Dia yang tahu. Sementara kita sebagai manusia hanya bisa berusaha sebatas kemampuan saja, memanfaatkan segala kekurangan dan kelebihan yang telah dianugerahkan. Semuanya, kembali kepada kuasa Tuhan itu sendiri.
Dan, semua itu bisa saya lihat melalui sebuah keluarga kecil kenalan orangtua saya.
Mereka hanyalah keluarga kecil. Sang suami pandai bermain piano, sementara istrinya memiliki suara yang sangat merdu. Pas sekali. Dengan seorang anak yang baru berusia kira-kira baru menginjak beberapa bulan. Atau mungkin sudah setahun. Tapi, dibalik itu semua, mereka adalah penyandang cacat--tuna netra. Ya, pasangan suami istri itu tidak bisa melihat. Sementara anak mereka, meski normal atau bisa melihat, tetapi memiliki sedikit kekurangan di bagian tubuhnya. Bagian tangan kanan balita lucu berkulit putih itu ternyata mengalami bengkok tulang. Semua keadaan itu masih ditambah dengan kondisi ekonomi yang tak terlalu memadai mengingat mereka penyandang cacat dimana tak banyak penyandang cacat yang bisa bekerja selayaknya orang normal.
Pernah mama saya mencoba bertanya, 'anaknya dikasih makan apa?' lalu orang itu hanya menjawab, 'dengan orak-arik telur yang saya buat. Tapi itu pun anak saya nggak mau makan. Katanya nggak enak'.
Miris sekali mendengar ceritanya.
Rumah mereka yang sekarang masih mengontrak. Tetapi, sudah habis masa kontraknya dan akan segera keluar dari sana. Mau tak mau mereka pun sudah menyiapkan rumah. Dengan dana seadanya ditambah hasil pinjaman sana-sini, mereka akhirnya bisa membangun rumah di atas tanah yang diberikan orangtua mereka. Bukan di kawasan perumahan yang nyaman. Hanya di sebuah gang kecil, yang suasananya tak senyaman di kompleks, ditambah lagi rumahnya pun harus berdempetan dengan rumah yang lain. Kecil dan hanya beratapkan asbes. Bukan lingkungan yang sangat baik untuk perkembangan seorang anak kecil. Begitulah menurut saya.
Tapi, di balik segala kekurangannya itu, kedua suami istri ini masih sangat aktif untuk beberapa kegiatan gereja dan terutama dalam hal bermusik. Hanya dengan modal musik itulah, mereka berjuang keras, untuk mendapat sedikit penghasilan yang bisa digunakan sebagai penunjang kehidupan rumah tangga kecil itu.
Meski tak bisa melihat, mereka masih mengandalkan angkutan umum untuk 'mobile' dan tak tergantung pada siapapun. Mereka juga masih mau berusaha untuk mendapatkan sedikit uang. Ditambah lagi, mereka masih mau membantu tanpa dibayar ketika mama saya meminta bantuan kemampuan memainkan tuts-tuts piano dari tangan si kepala rumah tangga itu untuk mengiringi koor di gereja.
Ah~ semangat seperti itu terkadang tidak pernah ada di dalam diri kita yang normal. Tuhan sudah memberi segala kemudahan dalam panca indera, tetapi karena kita 'memiliki' maka seringkali kita tidak memanfaatkannya dengan maksimal. Saya tak menyindir siapa pun, justru diri saya sendiri masih seringkali seperti itu. Hanya saja, melalui kenyataan yang ada di hadapan saya, melalui orang-orang tadi sebagai salah satunya, saya merasa malu. Mereka yang kekurangan bisa bersyukur dan kerap kali mengatakan 'Puji Tuhan' tetapi saya yang 'memiliki semuanya' terkadang lupa dengan dua kata tadi.
Dan, semua itu bisa saya lihat melalui sebuah keluarga kecil kenalan orangtua saya.
Mereka hanyalah keluarga kecil. Sang suami pandai bermain piano, sementara istrinya memiliki suara yang sangat merdu. Pas sekali. Dengan seorang anak yang baru berusia kira-kira baru menginjak beberapa bulan. Atau mungkin sudah setahun. Tapi, dibalik itu semua, mereka adalah penyandang cacat--tuna netra. Ya, pasangan suami istri itu tidak bisa melihat. Sementara anak mereka, meski normal atau bisa melihat, tetapi memiliki sedikit kekurangan di bagian tubuhnya. Bagian tangan kanan balita lucu berkulit putih itu ternyata mengalami bengkok tulang. Semua keadaan itu masih ditambah dengan kondisi ekonomi yang tak terlalu memadai mengingat mereka penyandang cacat dimana tak banyak penyandang cacat yang bisa bekerja selayaknya orang normal.
Pernah mama saya mencoba bertanya, 'anaknya dikasih makan apa?' lalu orang itu hanya menjawab, 'dengan orak-arik telur yang saya buat. Tapi itu pun anak saya nggak mau makan. Katanya nggak enak'.
Miris sekali mendengar ceritanya.
Rumah mereka yang sekarang masih mengontrak. Tetapi, sudah habis masa kontraknya dan akan segera keluar dari sana. Mau tak mau mereka pun sudah menyiapkan rumah. Dengan dana seadanya ditambah hasil pinjaman sana-sini, mereka akhirnya bisa membangun rumah di atas tanah yang diberikan orangtua mereka. Bukan di kawasan perumahan yang nyaman. Hanya di sebuah gang kecil, yang suasananya tak senyaman di kompleks, ditambah lagi rumahnya pun harus berdempetan dengan rumah yang lain. Kecil dan hanya beratapkan asbes. Bukan lingkungan yang sangat baik untuk perkembangan seorang anak kecil. Begitulah menurut saya.
Tapi, di balik segala kekurangannya itu, kedua suami istri ini masih sangat aktif untuk beberapa kegiatan gereja dan terutama dalam hal bermusik. Hanya dengan modal musik itulah, mereka berjuang keras, untuk mendapat sedikit penghasilan yang bisa digunakan sebagai penunjang kehidupan rumah tangga kecil itu.
Meski tak bisa melihat, mereka masih mengandalkan angkutan umum untuk 'mobile' dan tak tergantung pada siapapun. Mereka juga masih mau berusaha untuk mendapatkan sedikit uang. Ditambah lagi, mereka masih mau membantu tanpa dibayar ketika mama saya meminta bantuan kemampuan memainkan tuts-tuts piano dari tangan si kepala rumah tangga itu untuk mengiringi koor di gereja.
Ah~ semangat seperti itu terkadang tidak pernah ada di dalam diri kita yang normal. Tuhan sudah memberi segala kemudahan dalam panca indera, tetapi karena kita 'memiliki' maka seringkali kita tidak memanfaatkannya dengan maksimal. Saya tak menyindir siapa pun, justru diri saya sendiri masih seringkali seperti itu. Hanya saja, melalui kenyataan yang ada di hadapan saya, melalui orang-orang tadi sebagai salah satunya, saya merasa malu. Mereka yang kekurangan bisa bersyukur dan kerap kali mengatakan 'Puji Tuhan' tetapi saya yang 'memiliki semuanya' terkadang lupa dengan dua kata tadi.
Wednesday, July 7, 2010
Kafeinholic
Berapa kali Anda mengkonsumsi kafein dalam sehari? Seminggu? Atau sebulan?
Jujur, saya sangat sangat membutuhkan yang namanya kafein. Istilahnya tiada hari tanpa kafein. Hanya beberapa hari dalam seminggu yang saya paksakan untuk tidak mengkonsumsi senyawa alkolid xantina berbentuk kristal ini. Efeknya sungguh mengecewakan. Ketergantungan telah menggiring saya pada taraf 'harus memakai' dan jika tidak dampaknya adalah saya akan mengantuk lebih parah dibanding ketika tidak mengkonsumsi. Semuanya memecut saya untuk memberikan rasa terima kasih untuk Friedrich Ferdinand yang telah menemukan kafein ini.
Biasanya dalam satu hari saya akan meneguk sekaleng atau segelas kopi instant. Seperti sebuah undang-undang, hal meminum kopi rasanya sudah seperti aturan yang wajib dilakukan. Seperti orang yang membutuhkan koin lima ratus perak untuk bisa menggunakan fasilitas telepon umum. Selayaknya bayi mungil yang wajib mengisi perutnya dengan air susu dari sang Ibu. Kira-kira selebay itulah saya menggambarkannya. Bagi saya, minum kopi memang sudah keterbiasaan, yang jika absen dilakukan rasanya ada yang terlewatkan dalam hari itu.
Atau jika bukan kopi, kegemaran meminum teh juga membantu memperkaya kafein dalam tubuh saya. Es teh tawar atau teh hangat. Daun teh yang mengandung kafein dan menjadi bahan utama untuk membuat segelas minuman favorit saya itu, sama-sama memberikan sensasi berbeda ketika saya menikmatinya. Meski memiliki kasiat yang berbeda pada tubuh saya, tetapi keduanya memiliki senyawa kimia yang sama. Dengan zat psikoaktif yang ada, maka saya merasakan manfaat yang cukup besar. Paling tidak saya bisa lebih bersemangat dalam melalui satu hari penuh. Dan, bahkan bisa dari pagi ketemu subuh. Tanpa efek kepala pusing. Hanya badan sedikit pegal-pegal seperti nenek tua yang bisa hilang jika saya tidur dengan sebelumnya mengusapkan minyak angin pada tubuh.
Hari ini, entah salah satu keberhasilan yang lain atau tidak, tapi saya mampu menahan diri untuk tidak mengkonsumsi kopi. Oh, oke. Sebelum postingan ini ditulis, saya baru saja memesan es teh tawar sebagai teman makan malam (ayam bakar) saya di kantor. Tapi, tidak dengan kopi. Seharian ini tak satu teguk pun cairan coklat itu mengalir di tenggorokkan saya. Efeknya memang tak terlalu bagus. Saya diserang ngantuk yang cukup kuat selama seharian di kantor. Disamping mata yang lelah karena harus melakukan preview yang lebih banyak dari biasanya karena teman saya ijin tak masuk.
Mata saya lelah, meski sebenarnya tubuh saya tak begitu letih.
Dan, disela-sela semua itu, saya menyempatkan diri untuk posting.
Jujur, saya sangat sangat membutuhkan yang namanya kafein. Istilahnya tiada hari tanpa kafein. Hanya beberapa hari dalam seminggu yang saya paksakan untuk tidak mengkonsumsi senyawa alkolid xantina berbentuk kristal ini. Efeknya sungguh mengecewakan. Ketergantungan telah menggiring saya pada taraf 'harus memakai' dan jika tidak dampaknya adalah saya akan mengantuk lebih parah dibanding ketika tidak mengkonsumsi. Semuanya memecut saya untuk memberikan rasa terima kasih untuk Friedrich Ferdinand yang telah menemukan kafein ini.
Biasanya dalam satu hari saya akan meneguk sekaleng atau segelas kopi instant. Seperti sebuah undang-undang, hal meminum kopi rasanya sudah seperti aturan yang wajib dilakukan. Seperti orang yang membutuhkan koin lima ratus perak untuk bisa menggunakan fasilitas telepon umum. Selayaknya bayi mungil yang wajib mengisi perutnya dengan air susu dari sang Ibu. Kira-kira selebay itulah saya menggambarkannya. Bagi saya, minum kopi memang sudah keterbiasaan, yang jika absen dilakukan rasanya ada yang terlewatkan dalam hari itu.
Atau jika bukan kopi, kegemaran meminum teh juga membantu memperkaya kafein dalam tubuh saya. Es teh tawar atau teh hangat. Daun teh yang mengandung kafein dan menjadi bahan utama untuk membuat segelas minuman favorit saya itu, sama-sama memberikan sensasi berbeda ketika saya menikmatinya. Meski memiliki kasiat yang berbeda pada tubuh saya, tetapi keduanya memiliki senyawa kimia yang sama. Dengan zat psikoaktif yang ada, maka saya merasakan manfaat yang cukup besar. Paling tidak saya bisa lebih bersemangat dalam melalui satu hari penuh. Dan, bahkan bisa dari pagi ketemu subuh. Tanpa efek kepala pusing. Hanya badan sedikit pegal-pegal seperti nenek tua yang bisa hilang jika saya tidur dengan sebelumnya mengusapkan minyak angin pada tubuh.
Hari ini, entah salah satu keberhasilan yang lain atau tidak, tapi saya mampu menahan diri untuk tidak mengkonsumsi kopi. Oh, oke. Sebelum postingan ini ditulis, saya baru saja memesan es teh tawar sebagai teman makan malam (ayam bakar) saya di kantor. Tapi, tidak dengan kopi. Seharian ini tak satu teguk pun cairan coklat itu mengalir di tenggorokkan saya. Efeknya memang tak terlalu bagus. Saya diserang ngantuk yang cukup kuat selama seharian di kantor. Disamping mata yang lelah karena harus melakukan preview yang lebih banyak dari biasanya karena teman saya ijin tak masuk.
Mata saya lelah, meski sebenarnya tubuh saya tak begitu letih.
Dan, disela-sela semua itu, saya menyempatkan diri untuk posting.
Friday, July 2, 2010
Fangirling for Girlband
Pernah punya pengalaman seperti ini. Awalnya saya bilang nggak suka, tapi seiring berjalannya waktu diikuti perubahan-perubahan yang ada, akhirnya saya meralat kata-kata saya. Dan, sekarang saya bisa bilang, saya suka! ^___^
Hal ini saya alami bukan cuma sekali. Tapi, ini untuk kesekian kalinya.
Akhirnya saya bisa bilang bahwa saya suka dengan salah satu grup cewek-cewek asal Korea bernama : 4minute! yey!
Pertama mereka muncul dengan single Hot Issue. Waktu itu saya nggak begitu suka meski lagunya enak. Soalnya style mereka tampak seperti menjiplak girlband yang lain. Tapi..., begitu sekarang muncul dengan single kesekian (nggak ngikutin jadi nggak tau, deh) dan berkat rekomendasi dari Orizuka, saya jadi jatuh hati sama single terbaru mereka berjudul "Huh" xD
4minute seperti sudah mulai memiliki gaya sendiri. Ditambah lagi koreo dance mereka membuat mereka makin terlihat seksi. Sekarang "Huh" telah menjadi salah satu lagu yang wajib masuk playlist saya.
Berturut-turut, berikut adalah nama para personil yang muncul di akhir MV :
Ga Yoon, Ji Hyun, So Hyun, Ji Yoon, Hyun Ah. Dan entah kenapa, saya tertarik sama si mbak Ga Yoon. Badannya terlihat seksi sekali xD
Sekian fangirling dari saya kali ini.
Hal ini saya alami bukan cuma sekali. Tapi, ini untuk kesekian kalinya.
Akhirnya saya bisa bilang bahwa saya suka dengan salah satu grup cewek-cewek asal Korea bernama : 4minute! yey!
Pertama mereka muncul dengan single Hot Issue. Waktu itu saya nggak begitu suka meski lagunya enak. Soalnya style mereka tampak seperti menjiplak girlband yang lain. Tapi..., begitu sekarang muncul dengan single kesekian (nggak ngikutin jadi nggak tau, deh) dan berkat rekomendasi dari Orizuka, saya jadi jatuh hati sama single terbaru mereka berjudul "Huh" xD
4minute seperti sudah mulai memiliki gaya sendiri. Ditambah lagi koreo dance mereka membuat mereka makin terlihat seksi. Sekarang "Huh" telah menjadi salah satu lagu yang wajib masuk playlist saya.
Berturut-turut, berikut adalah nama para personil yang muncul di akhir MV :
Ga Yoon, Ji Hyun, So Hyun, Ji Yoon, Hyun Ah. Dan entah kenapa, saya tertarik sama si mbak Ga Yoon. Badannya terlihat seksi sekali xD
Sekian fangirling dari saya kali ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)