Saturday, October 30, 2010
Adaptasi Seperti Bunglon
Saya bukan orang yang mendapat anugerah untuk cepat dalam beradaptasi. Saya membutuhkan waktu bahkan lebih dari seminggu untuk merasa nyaman dengan tempat atau pergaulan yang baru. Saya perlu mengamati bagaimana lingkungan baru saya, apa kesukaan mereka, bagaimana cara mereka bercanda, dan lainnya. Tentu saja saya merasa perlu melakukan pengamatan itu supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam beberapa hal terutama bercanda. Kadang ada lingkungan yang terbiasa dengan candaan yang cukup kasar, tapi ada juga yang bisa tersinggung dengan satu kata 'bodoh' saja.
Tapi, sekarang saya merasa diri saya seperti terbagi dalam beberapa warna. Ya, mungkin seperti bunglon. Di satu sisi, saya merasakan sebuah kenikmatan dalam sebuah hidup. Hakakak~ lebayyyy, tapi itu kenyataan. Beraneka ragam lingkungan yang saya masuki sehingga saya merasa bertemu dengan banyak karakter yang bisa saya pelajari. Toh, intinya saya hanya harus membuat diri saya merasa nyaman dan tidak mengubah apa pun dari saya. Meskipun saya harus mengubah beberapa sikap karena tak semua lingkungan akan bisa menerima sebagian sikap saya. Hanya sekedar penyesuaian kecil.
Jadi, saya pikir tak ada salahnya kita menjadi seperti bunglon yang suka berubah-ubah tergantung lingkungan dia berada. Selama tidak mengubah kepribadian, bukankah sah-sah saja menyesuaikan diri pada lingkungan tertentu?
Bagaimana dengan teman-teman?
Wednesday, October 27, 2010
Pray For Indonesia (dedikasi untuk korban bencana)
Bencana. Lagi-lagi Indonesia harus tertimpa bencana alam. Setelah cuaca yang tak menentu telah mengirim paket berupa banjir di beberapa daerah (terutama Wasior hingga menelan korban yang banyak), kini Indonesia kembali diguncang duka mendalam atas bencana besar dalam satu hari yang datang tak diduga secara hampir bersamaan. Tsunami di Mentawai dan Meletusnya Gunung Merapi di Ja-Teng.
Ya, Indonesia sekarang sedang berduka. Sangat.
Rasanya, negri ini seperti bersahabat dengan duka. Ngilu membayangkan betapa banyaknya kejadian menyedihkan yang terjadi belakangan ini. Korban yang kehilangan nyawa, tempat tinggal, harta, keluarga, belum lagi ditambah luka trauma yang akan membekas di hati mereka. Dan, sekarang hidup mereka terlunta-lunta di tempat pengungsian. Jauh dari rasa aman dan nyaman. Jauh dari kecukupan pangan serta kebutuhan lainnya. Betapa miris jika harus melihat itu semua. Adakah hati kawan tergerak untuk membantu meski berbatasan dengan jarak?
Via twitter, saya menemukan ini :
Donasi Bencana Umum 3 BCA KCU Sudirman, no rekening 035.311223.3 a/n KAntor Pusat PMI
Via fiksiminijogja.blogspot.com :
Rek BCA a/n DOLOREA DANIEL DIAN PRASATYO -
456 0722 384
Rek MANDIRI a/n ANGELIA PRAVITA -
131 00 07791512
Mari sama-sama ikut membantu, kawan!
#PrayForIndonesia
Easy Math
Math? Oh no, this one lesson as a frightening specter for students. It difficult to memorize formulas, counting, adding the numbers until the multiplication is the reason so many students complained about the math. There are ways for parents to make her son did not have any difficulty learning mathematics in school. For example, giving their children to school tuition or find a private teacher who can help their children solve math problems. But, not to be outdone by the sophistication of technology, now without the help of the tutor or tutoring, your child's math problems will be solved. With the help of math problem solver, math difficulties faced by your child will definitely be reduced. It does not taking the time to go to the guidance. No need to spend lots of money for the cost of the tutor.
Difficult math will be fun for your child. This also applies when doing their homework. Mathematics must be one of the homework that will be difficult for your child. Maybe you did not have much time to help your child's homework. But, development era has created a math homework help that will help your child homework. Math homework help is an online tutorial that will educate your children only through the Internet. This course will provide convenience for the child.
Even for today, not only in writing an online service that can be relied upon by your child's math learning difficulties. If your child wants to ask, then this internet media also provide services to learn orally. Your child can be asked verbally by math word problems. All questions received will be directly answered quickly and your child will get a solution to the problem of mathematics.
Tuesday, October 26, 2010
Keylogger For Your Computer
Wide computer network, it will be difficult to keep track of points separate the problem. All users of this advanced technology will certainly try my best to provide protection on their own computers. Seeing this, the computer security always used to protect your pet from unwanted damage.
A variety of tools created to support the safety of your computer. Now this Brick House comes with a variety of shaped products such as USB devices to your computer comfort. It’s small and simple to facilitate users in operation.
Sunday, October 24, 2010
Jamur di Jakarta??
Macet, kendaraan yang semakin hari semakin berjubel, transportasi umum yang seenak jidatnya, orang-orang yang berlalu-lalang tanpa kenal trotoar, belum lagi banyak berdirinya bangunan-bangunan tinggi seperti sebuah trend legging yang masuk ke dunia fashion. Bangunan? Hmmm..., pembangunan apa? Dari apa yang saya lihat dan dengar belakangan, Jakarta sedang hot-hot-nya membangun mall atau apartemen. Yap, belum lama sebuah mall jadi dan diresmikan di daerah Gandaria. Tapi, di tempat lain, beberapa bangunan yang konon katanya akan menambah jumlah deretan mall pun sedang dalam proses. Tentu saja hal ini membuat saya menjuluki bahwa ada jamur di Jakarta yaitu : mall.
Saya pribadi bukan mahluk mall, meski dekat kantor saya ada tiga macam mall yang berdiri tegak (hehehe~ dari kantor ke mall tinggal buka pintu). Belum lagi jalan sedikit lagi, sudah ketemu lagi yang namanya mall. Pilihannya sih jadi banyak, tapi jadi pusing juga kalau melihat begitu banyak gedung tinggi yang kalau saya sendiri akan berpikir, buat apa?
Tujuan saya ke mall cuma terdiri atas : toko buku, bioskop atau food court. Tak lebih tak kurang. Tapi, kadang kala saya juga harus keluar masuk toko baju untuk menemani teman berbelanja. Saya sendiri? Cuci mata aja, deh. Duit saya nggak berjodoh dengan Top Shop, Debenhams atau pun Zara. Jangan ditanya harganya berapa. Yang jelas, satu kaos bisa seharga lima sampai delapan komik normal.
Mengerikan >_<
Sekarang, setiap kali berkeliling Jakarta, rasanya saya hanya berpapasan dengan gedung-gedung tinggi saja. Penuh, sesak, padat. Dan, saya mulai jengah dengan semuanya. Pusing. Saya mau lihat sawah. Saya mau lihat bebek satu genk berkeliaran. Saya mau main di sungai. Saya mau udara segar.
Saya..., kangen kampung eyang saya.
Bagaimana dengan teman-teman sendiri, apakah juga senang bergaul di mall? Atau justru memilih diam di rumah saja?
Sunday, October 17, 2010
Hi, Where Are You? Here, On Twitter.
Belakangan ini, entah kenapa jejaring sosial semakin marak saja. Friendster (yang sudah mulai ditinggalkan), Facebook, tumblr., dan yang sekarang pun heboh, Twitter. Jejaring sosial yang mengandalkan lambang burung biru ini ternyata menjadi sangat mewabah selayaknya virus yang menyerang ke semua kalangan, meski ada 1 : 1000 yang mungkin tidak memiliki akun di Twitter. Hanya dengan 140 kata, kita bisa bebas mengekspresikan perasaan, berbagi informasi atau bahkan menyampah yang tidak penting, hanya untuk sekedar eksis atau terlihat 'ada'.
Berbondong-bondong orang akan mencari follower sekaligus mem-following siapa pun melalui media dunia virtual. Bahkan bagi orang-orang pecinta dunia foto (kalau tak ingin dikatakan narsis), dengan sangat mudah mereka bisa memajang foto hasil jepretan saat itu kepada ribuan orang--tergantung berapa jumlah followers-nya. Hanya hitungan detik dan, tara~ semua pun bisa tau keberadaan, kondisi, perasaan, lokasi dan segala hal yang berhubungan dengan pribadi.
Kiprah jejaring sosial Twitter rupanya telah membuat sebagian besar masyarakat seperti sedang mencandu. Jalan ke sebuah tempat, laporan. Lagi sedih, laporan. Lagi pengin gila, laporan. Dan, mungkin lagi cari jodoh pun, laporan (hehehehe~). Rasanya tangan ini dilatih untuk tetap berjabatan dengan si tuit ini. Ponsel seperti sudah dipasang rantai dengan tangan, seperti borgol. Jika sehari saja tidak menuliskan status, mungkin rasanya seperti seharian tidak minum air putih #lebay~~
Bagi saya, kondisi seperti ini seperti menggambarkan bahwa kita hidup dalam Twitter. Dan, tak apa juga jika saya katakan "ya, saya ada di Twitter" seperti judul di atas.
Lalu salahkah jika kita mengandalkan dan hidup di Twitter??
Saya pribadi tidak pernah memandang jejaring sosial sebagai wadah yang merugikan. Yah, katakan saja seperti yin dan yang bahwa setiap hal pasti ada baik dan buruk, untung dan rugi. Tentu saya tidak membela Twitter. Tapi, tak saya pungkiri bahwa banyak informasi yang bisa saya peroleh dari jejaring yang satu ini. Informasi yang simpel, padat dan jelas karena hanya memuat 140 kata sehingga setiap orang akan dipaksa berpikir untuk memakai kata yang singkat tapi bermakna.
Melalui kotak 140 kata ini juga, saya bisa tetap berinteraksi dengan teman-teman tanpa dituntut harus me-reply dengan cepat. Apalagi koneksi Twitter sudah bisa menggunakan beberapa media seperti Echofon (yang saya pakai di komputer rumah), TweetDeck, dan media lainnya yang jauh lebih ringan daripada harus melalui web asli. Sehingga hal seperti ini cukup memudahkan orang yang mendapat siksaan dari koneksi internet yang mungkin lambat.
Sayangnya, terkadang Twitter membuat orang tidak peduli dengan sekitar. Terkadang juga dinilai seperti membuang-buang waktu atau tidak ada kerjaan karena harus "laporan" itu tadi. "Buat apa punya twitter?" Mungkin akan banyak yang berpikir seperti itu.
Sementara saya sendiri, merasa cukup berguna bisa mengandalkan Twitter, bagaimana dengan teman-teman yang juga mempunya akun Twitter?
Masalah untung dan rugi, saya rasa semuanya kembali pada diri masing-masing. Bagaimana 'dia' memanfaatkan 'hal' itu sehingga tidak menjadi sia-sia. Dan, yang terakhir, jangan lupa follow saya : @kura_jjang xDD *tetep promosiiiiii~*
Thursday, October 14, 2010
Journey To Your Future
"Setelah lulus, ada rencana bekerja dimana?"
Pernah berhadapan dengan pertanyaan semacam ini? Apa jawaban kalian?
Pertanyaan-pertanyaan semacam itu kerap kali muncul begitu saja dari bibir orang lain atau keluarga sendiri. Pertanyaan yang bisa dikategorikan basa-basi, tapi juga bisa menjebak kita ke dalam poros bernama bingung. Pertanyaan yang pada akhirnya menjadi salah satu lompatan dalam perjalanan menuju masa depan kita sendiri.
Menentukan masa depan adalah hal tersulit yang sampai sekarang pun belum bisa saya putuskan. Mungkin juga orang kebanyakan. Mau jadi apa? Mungkin ketika masih kecil, akan banyak sekali jawaban yang bisa keluar. Mau jadi dokter, astronot, presiden. Tapi faktanya, ketika semakin bertumbuh dan menemui kehidupan nyata yang cukup kejam, semua jawaban sewaktu kecil seakan hanya jadi kenangan di masa kanak-kanak.
Perjalanan menuju masa depan seperti perjalanan sehari-harimu, ketika akhirnya di tengah jalan kamu bertemu dengan sebuah tempat yang tampak menyenangkan dan kamu memutuskan untuk 'mampir' dulu di tempat tersebut. Semua itu tergantung keputusanmu. Mau berapa lama mampir, atau tetap fokus ke depan dengan ancaman macet luar biasa. Terlalu banyak hal menarik yang kamu jumpai dalam perjalananmu, tentu akan membuat fokusmu terpecah. Itu yang saya sadari sekarang ini. Katakan saja, saya maruk. Terlalu banyak hal yang ingin saya tekuni, tapi konsentrasi yang tak bisa fokus pada satu hal ini, membuat saya oleng. Seperti diguncang ombak, saya bingung mau bertahan di sisi mana.
Di sinilah saya semakin merasakan, membuat keputusan untuk masa depan itu sangat sulit.
Tantangan berat, pengorbanan besar, seperti bermain judi dengan situasi.
Hanya ada satu jalan terakhir yang bisa saya pilih. Kembali lagi pada Tuhan dan pasrah. Saya hanya berani membuat banyak rencana. Plan A, plan B hingga plan Z. Lalu biarkan Sang Penguasa hidup saya yang menentukan plan apa yang memang baik untuk saya.
Mungkin sebagai manusia, kita hanya cukup menikmati kisah perjalanan kita masing-masing sambil memikirkan tujuan terdekat selanjutnya yang sekiranya bisa kita tempuh. Tapi, semoga saja tidak terlena dengan pemandangan yang indah. Sehingga tidak lupa, kalau ada yang menunggu kita. Masa Depan.
Jadi, bagaimana dengan perjalanan menuju masa depan kalian?
Tuesday, October 12, 2010
The Djakarta Event (Plus Plus) 2010 : Now Korean Week!
Hmmm..., belakangan ini saya seringkali mendengar berbagai event yang diselenggarakan di Jakarta, seolah tidak ada matinya kota metropolitan ini menghadirkan sebuah ajang bagi komunitas-komunitas tertentu. Saya sampai berpikir, Jakarta benar-benar terasa 'hidup' dengan berbagai ragam acara yang tumpah ruah hingga memuaskan hati masyarakatnya. Yah, walau tak dipungkiri dampak negatifnya tentu saja ada : macet. Tapi, macet di sini sudah merupakan santapan harian bagi orang-orang yang memiliki keperluan di seputaran Ibu Kota.
Mari dirunut apa saja yang sudah terjadi di Jakarta. Saya pun tak terlalu ingat, tapi sekiranya beberapa event ini memang saya ketahui keberadaannya. Dimulai dari midnight sale yang pernah diadakan di Senayan City. Hmmm, lalu kemarin ini Jakarta Japan Matsuri, berikutnya Indonesia Book Fair yang cukup ramai dan memang setiap tahun selalu diadakan. Di hari yang sama dan tempat yang sama dengan hari pertama Book Fair di Istora Senayan, pun digelar acara malam bagi pecinta dunia gemerlap dan musik yang mengejutkan bernama Playground, acara musik yang sudah empat tahun terakhir digelar. Tak selang berapa lama, Ancol pun diramaikan dengan event berjudul Java Rockin' Land yang menggelar puluhan band beraliran rock dengan tiket per harinya bisa mencapai Rp 300.ooo-an, sementara total rangkaian acara mencapai 3 hari (Jumat, Sabtu dan Minggu). Belum lagi sebuah pergelaran seni yang diadakan oleh CFF atau lembaga bahasa Perancis yang banyak menampilkan pemutaran film.
Dan, yang sekarang sedang berlangsung yaitu, Korean Indonesian Friendship Festival atau yang lebih dikenal dengan Korean Week yang turut meramaikan kota Jakarta dengan memboyong grup idola yang masih muda belia (adik-adik saya) : SHInee *mupenggggg*
Wow! Saya sampai terkagum-kagum dengan runtutan acara yang seakan tiada habisnya. Jakarta benar-benar hidup. Entah darimana energi manusia yang hidup di kota besar ini bisa terus dihasilkan. Entah juga darimana kreatifitas para panitia yang bekerja keras menyelenggarakan event itu berasal. Saya salut pada orang-orang dibalik semua acara tersebut. Two thumbs up! Yey.
Saya sendiri tidak menghadiri semua event yang ada. Bukan saya jika berada di Playground atau Java Rockin' Land. Tapi, sebisa mungkin saya mau berpartisipasi dalam event lain yang akan digelar : Korean Week! xD
Sebagai salah satu warga Jakarta, saya sama sekali tidak protes dengan berbagai acara yang digelar. Saya malah bangga dan takjub dengan semuanya. Saya juga berharap kalau acara-acara lainnya bisa menambah deretan hiburan bagi kehidupan di Jakarta. Sementara kegiatan yang sudah ada, sebaiknya terus diulang setiap tahun dengan target pengunjung semakin padat dan juga sistem pengendalian kelangsungan acara yang semakin baik ( misal : untuk acara SHInee nggak usah pake tiket dan semua orang bisa masuk untuk menonton *tuntutan dari lubuk hati yang paling dalam tanpa pikir hal lain* ).
Ahhh..., dan hari inilah tepat SHInee akan mengguncang Jakarta. Betapa irinya saya ingin bisa berjumpa dengan para dongsaeng (adik) yang masih lucu-lucu itu. Betapa irinya saya sama Gita Gutawa yang bisa tampil di panggung yang sama dengan SHInee hingga rasanya pengin saya culik dan saya gantikan *mulai psycho*. Rasanya kedekatan yang hanya tinggal menghitung jarak itu semakin membuat saya merana karena ternyata tidak bisa berjumpa dengan mereka, meski harus melihat menggunakan teropong sekali pun.
Ironis sekali T_______T *garuk-garuk jalanan aspal*
Semoga saja SHInee bisa tampil maksimal dan nggak kepanasan selama berada di Jakarta. Oh ya, mungkin adik-adik SHInee mau ikutan seperti para pemain Uruguay yang berbelanja ke Senayan City sebelum bertanding? Nunna pasti akan menyerbu kalian di sana! *mulai sarap*
Sukses untuk semua event, sukses untuk Jakarta, sukses untuk SHInee!
Sunday, October 10, 2010
Dunia Kecil Dalam Amplop : Surat Untuk Sahabat
Buat apa, sih, menulis surat? Jaman sudah canggih begini! E-mail, SMS, BBM, chatting hingga ke social networking macam twitter atau facebook pun bisa dilakukan dalam kurun waktu hitungan menit saja.
Tapi, menulis surat itu berbeda, kawan.
Dulu, ketika saya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, saya mempunyai seorang pen-pal alias sahabat pena. Saya masih ingat benar meski namanya sudah terlupakan. Yang jelas, dia anak Sastra Jepang di UGM (Universitas Gajah Mada). Seorang yang pernah membuat saya berpikir untuk menimba ilmu di kampus yang sama dengan jurusan yang sama.
Apa spesialnya?
Tidak ada.
Hanya cerita-cerita tak penting yang kami bagi dalam tiap lembar kertas. Impian, harapan, kekesalan, cerita lucu. Apa pun. Kami berbagi rahasia. Paling tidak saat itu, di mata saya yang masih berusia belasan, orang itu terasa seperti seorang kakak bagi saya. Dia bahkan mengajari saya beberapa kosa kata dalam bahasa Jepang.
Ah, kawan..., sekarang entah dimana keberadaanmu dan bagaimana keadaannmu. Saya tidak pernah lagi mengetahui tiap detail kisahmu dalam sepotong dunia kecil di dalam amplop. Semuanya terhenti begitu saja, sejak saya mulai mengenakan seragam abu-abu. Entah apa alasannya, saya juga tidak begitu ingat. Yang saya sadari, tak ada lagi rangkaian tulisannya yang bercerita. Yang tertinggal kini, hanya sebuah kenangan.
Bahkan, saya sudah tak ingat lagi dimana semua potongan surat itu berada.
Tapi, kawan..., dimana pun kamu berada, saya senang pernah punya sahabat pena sepertimu. Terima kasih karena pernah mau berbagi pada saya. Terima kasih pernah mau mengajari sedikit tentang Jepang pada saya. Dan, terima kasih pernah memberi dunia tersendiri yang kini muncul kembali di ingatan saya kala melihat sebuah gambar mengenai sepucuk surat.
Suratmu mungkin hilang, tapi kenangan itu tidak akan pernah bisa saya buang dari lemari kepala saya.
Genki dashite kudasai ^___^
Picture taken from : Pink Sherbet Photography
Friday, October 8, 2010
Maaf Untuk Ketidaknyamanan Anda : Sedang Melakukan Penyesuaian Interior
Setelah lama tidak bersapaan dengan si blog ini, ketika saya membuka si blog, ternyata muncul begitu banyak entah kolom apa. Dikster apalah itu. Bertanya pada Mocca Chi pun dia tidak tau apa itu si Dikster. Saya juga tidak mengerti. Dan, jujur saja saya merasa terganggu. Akhirnya saya pun memutuskan untuk mengubah 'interior'nya.
Total.
Tapi, ternyata saya masih belum menemukan interior yang benar-benar pas.
Sudah beberapa kali mengganti tampilan, tapi terkadang terantuk masalah yang bagian gadget-nya tidak keluar atau ternyata mengalami loading yang cukup lama. Jadi, saya mohon maaf atas ketidaknyamanan ini.
Kira-kira, apa ada keluhan yang ingin dimuntahkan di kolom komentar ketika menemukan sesuatu yang mengganggu dalam proses loading di blog ini? Silahkannnn~~
Thursday, October 7, 2010
Jakarta - Japan Matsuri 2010
Sayangnya, saya sendiri justru tidak benar-benar mengikuti seluruh rangkaian acara yang diadakan sejak tanggal 23 September 2010 hingga 3 Oktober 2010. Mulai dari upacara pembukaannya yang diadakan di Hotel Nikko hingga penutupan yang diselenggarakan di Monas. Sebenarnya, niatan ke Monas sudah ada. Saya juga pernah mampir ke acara yang sama sekitar setahun lalu. Dan, berharap memang bisa mampir lagi di tahun ini. Tapi, sayang dalam perjalanan hujan lebat mengguyur, sehingga saya memutuskan untuk stay di Grand Indonesia dengan mengiktui hari terakhir dari Pekan Animasi yang juga merupakan bagian dari acara Jakarta Japan Matsuri itu sendiri.
Rangkaian Pekan Animasi ini bertempat di Blitz Megaplex GI. Panitia menyediakan tiga macam film yang bisa dinikmati para pecinta anime, yaitu : Doraemon, 5 cm Per Second, dan The Promises Land (yang ini judulnya tak terlalu yakin). Untuk Doraemon, penonton tidak perlu membayar tiket alias free, sementara untuk dua film yang lain, penonton diwajibkan membayar tiket sebesar Rp 30.000 saja. Dan, saya sendiri memilih 5 cm Per Second sebagai tontonan di hari Minggu itu.
Kisahnya terbagi menjadi 3 bagian dan masing-masing saling berkaitan. Namun, secara inti besarnya 5 cm Per Second menceritakan tentang dua orang sahabat, Akari dan Takaki yang sudah bersahabat sejak kecil dan saling jatuh cinta tapi takdir tidak membiarkan mereka bersama-sama.
Saya pribadi sangat senang dengan adanya acara Pekan Animasi semacam ini. Kapan lagi bisa menonton anime di bioskop dengan suasana yang jauh berbeda jika menontonnya dari DVD atau VCD. Sebagai salah satu masyarakat Jakarta yang juga menyukai kebudayaan Jepang, saya sangat berharap acara semacam ini akan bisa diadakan lagi di lain waktu. Dengan anime yang lebih banyak lagi pilihan, tentunya.
Hiks, sayang Jakarta turun hujan angin kemarin minggu. Kalau tidak, saya kan bisa datang ke Monas dan menyaksikan bon odori serta berbagai macam budaya lain dan tak lupa membeli makanan di stand-stand makanan Jepang T____T
NOTE : http://www.id.emb-japan.go.jp/matsuri/acara_id.html
Tuesday, October 5, 2010
The Type Directors Club (TDC56)
Is the leading international organization whose purpose is to support excellence in typography, both in print and on screen. Founded in 1946, TDC representes the best of type design and type use.
Sewaktu berkunjung ke Grand Indonesia pada Minggu untuk menyaksikan Pekan Animasi, saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke Alun-Alun Indonesia di lantai 3 mall tersebut. Dan secara spontan, saya langsung menjumpai sebuah pameran mengenai TDC56 ini. Beragam jenis tulisan dipajang dan tak membuat para pengunjung hanya berdiam diri memandangi hasil art tersebut. Rata-rata pasti mengeluarkan kamera untuk sekedar mengabadikan karya-karya unik tersebut. Malah ada yang sampe bawa SLR segala! Tapi, kalau saya, sih, mengandalkan kecanggihan ponsel saja-lah. Toh, sudah diberikan kemudahan dengan adanya kamera di dalam ponsel kekekeke~
Dan, berikut beberapa karya yang berhasil saya abadikan ke dalam kamera.
NOTE :
all picture taken from TDC56 exhibition at Grand Indonesia, Alun-Alun Indonesia 3rd floor
for more information please click http://tdc.org/
Saturday, October 2, 2010
Hati-hati : Modus Penipuan
Entah kenapa rasanya selalu saja ada terselip ketidakamanan ketika harus berkeliaran seorang diri di kota besar ini. Melirik tayangan televisi, setiap hari selalu saja disuguhkan pemberitaan yang tak jauh-jauh dari sekedar perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan per- pe- lainnya yang kalau mendengarnya pun bikin diri kita semakin was-was. Salah satu modus kejahatan yang juga bikin kita harus ekstra menambah tingkat kewaspadaan adalah penipuan!
Penipuan, berasal dari kata TIPU. Yang artinya membohongi atau memanipulasi sebuah fakta yang ada. Penipuan berarti telak merugikan kita sebagai pihak korban. Dan, semakin berkembangnya jaman, bukan saja teknologi yang semakin canggih tetapi juga orang-orangnya pun semakin kreatif dalam memainkan manipulasi kata.
Kemarin-kemarin saya mendapat broadcast message kalau modus penipuan yang lagi hits a.k.a trendy di jaman sekarang adalah penipuan berkedok SMS dari Mama. Pengirim sms akan mengirimi Anda sebuah pesan singkat yang isinya meminta dibelikan pulsa dan mencatumkan nama MAMA sebagai pengirimnya. Tapi, sampai sekarang saya belum pernah menjadi korbannya (amit-amit jabang baby). Hanya saja, selintingan kabar yang saya dengar dari teman-teman, rata-rata mereka tak menggubrisnya, atau sekedar membalas keisengan dengan me-reply sms tersebut dengan kata-kata (salah satunya) : "Ma, aku juga lagi nggak punya pulsa, nih. Baru mau minta Mama beliin." Tapi, ternyata ada juga yang terkena jebakan batman ini dan berinisiatif mengirimi pulsa.
Lalu, selain sms dari Mama, penipuan jaman sekarang juga bisa dibalut dengan satu akting paling mujarab kebanggan warga Indonesia : tampang memelas!
Saya sendiri juga tidak begitu pasti apakah saya memang menjadi korban atau orang itu benar-benar membutuhkan uang untuk bisa kembali ke rumahnya. Tapi, beberapa kali kejadian seperti ini terjadi pada saya. Dan, yang paling gress alias masih fresh from the oven adalah semalam. Ketika saya pulang kantor.
Saat itu sudah pukul setengah 12 malam. Saya yang agak ngantuk menyetir sendiri, akhirnya mampir dulu ke Circle K untuk sekedar membeli minum. Baru saja saya selesai memarkir mobil dan keluar dari sana, tiba-tiba seorang ibu-ibu tua sudah ada di sebelah saya (entah kapan datangnya, kok, bisa gesit banget kayak hantu). Dengan wajah dipasang memelas mungkin, dia berkata, "Dik, boleh minta uang? Ibu mau balik nggak ada ongkos. Nungguin orang yang mau jemput nggak dateng juga. Bingung udah malem."
Saya bingung juga. Makanya saya sempat ragu untuk mengeluarkan selembar uang dari dompet yang sudah ada di tangan saya. Kenapa dia minta ke saya? Sementara Circle K kan penuh dengan anak muda yang lagi pada nongkrong. Apa semua orang di sana udah dia mintain uang? Saya nggak bisa menemukan alasan yang tepat. Tapi, melihat ibu itu tampak kebingungan, saya pun lantas teringat dengan teman saya yang memang pernah kehilangan dompet di tengah jalan dan tidak punya ongkos untuk pulang. Dia bilang, kalau dia pun akhirnya terpaksa meminta bantuan orang-orang di sepanjang jalan yang sama sekali tidak dia kenal. Ketika otak saya memutar cerita dari teman saya, mendadak saya pun membuka dompet dan akhirnya melayangkan selembar uang saya ke Ibu itu.
Berikutnya saya segera masuk ke Circle K dan membeli minuman yang saya mau.
Tak lama kemudian, saya pun kembali ke mobil. Di dalam mobil saya memperhatikan melalui kaca spion kalau ibu tadi masih ada di sana. Dia berdiri, entah menunggu apa. Dan saat itu tengah malam. Apa yang dilakukannya di sana?
Seorang cewek melintas dan bergegas menuju taksi, di dalam pengamatan saya yang sok detektif itu. Tapi, belum sempat si cewek itu masuk ke dalam taksinya, saya melihat dia memberikan sejumlah uang pada si Ibu yang tadi juga menghampiri saya.
Hmmm..., semoga, sih, kecurigaan saya salah.
Tapi, dulu saya pernah berpapasan dengan ibu yang juga meminta uang untuk pulang. Ketika itu saya tidak memberikannya karena sedang tergesa-gesa menuju kampus dan dengan berusaha tetap bersikap sopan saya menghindari ibu itu. Yang ada saya malah mendapat makian kata-kata kasar.
Entahlah, apa pun motif di balik semua itu, hanya dia (si pelaku) dan Tuhan saja yang tahu. Tapi, tak ada salahnya juga jika kita selalu bersikap tetap waspada supaya tidak menjadi korban yang dirugikan terlalu banyak.