Monday, December 27, 2010
Game While Looking For Money
Through this link, not just one or two games available. Various kinds of interesting games that can entertain are available here. One is the Age of War are reserved for game lovers of war. It does not require a long time to get into this game connection. Next, you can surf in a tense game in the world.
But, it turns out other advantages in addition to the many games available; the link on this one also provides compensation for people who help him. Like most people aim to have a blog, through this link we can also blogging for money. Of course this makes us more easily and quickly in making money than to find a job that seemed much more difficult.
Friday, December 24, 2010
It's Christmas Time
We wish you a merry Christmas ...
We wish you a merry Christmas ...
Akhirnya inilah yang dinanti-nantikan, sebuah hari tentang kelahiran Tuhan Yesus yang lebih dikenal sebagai hari Natal. Di penghujung tahun 2010, sebuah kedamaian baru telah datang bersama dengan hadirnya Yesus. Tak lengkaplah rasanya jika Natal tidak dilalui dengan misa di gereja lalu menjalaninya bersama orang terkasih (keluarga). Tapi, Natal kali ini saya tidak akan melaluinya bersama orangtua karena saya dan adik saya berada di Jogja sementara orangtua akan ber-Natalan di Jakarta sambil menunaikan tugas pelayanan mereka di gereja.
Jadi, long weekend liburan yang saya punya ini, saya habiskan di Jogja. Cuma 3 hari. Setelah itu saya akan kembali kerja seperti biasa. Tapi, nanti saya akan posting bagaimana liburan Natal saya di kota gudeg itu.
Selamat hari Natal, kawan (bagi yang merayakan). Semoga damai Natal selalu besertamu.
Selamat berliburan dan menikmati hari luangmu untuk bersenang-senang.
Tuhan Yesus memberkati ^^
Saturday, December 18, 2010
Taegukgi : The Brotherhood War
Kenapa harus ada perang?
Itu yang tercetus dalam benak saya sewaktu menonton film ini. Taegukgi, sebuah film Korea yang sebenarnya sudah beredar sangat lama, yaitu pada February 2004 dan kemudian muncul di USA pada bulan September di tahun yang sama. Sayangnya, saya baru bisa menonton film ini di penghujung tahun 2010 xD
Taegukgi merupakan film berlatarkan sejarah perang antara Korea Selatan dan Korea Utara. Melalui kisah ini, kita diajak masuk ke dua dimensi, yaitu tahun 2004 dan tahun 1950, dimana masa-masa itu masyarakat Korea Selatan (Seoul) dikejutkan dengan berita bahwa perang akan meledak.
Permulaan kisah dibuka dengan sebuah evakuasi jenazah tulang belulang oleh para tentara masa kini, yang menginginkan supaya jenazah tulang belulang tentara pada jaman perang meletus itu bisa disemayamkan dengan lebih pantas. Dari sana juga, tim evakuasi menemukan data bahwa seorang mantan tentara bernama Lee Jin Seok masih hidup. Dan, begitu dikonfirmasi, muncullah kakek tua yang memang mengaku bahwa dia benar-benar Lee Jin Seok. Dia masih hidup.
Lalu, scene berganti ke tahun 1950, Seoul. Diperlihatkan dua orang pria yang saling menyebutkan "semir sepatu" sebagai kode yang menunjukkan bahwa keduanya sangat akrab. Mereka adalah Lee Jin Tae (Jang Dong Gun) dan adiknya, Lee Ji Seok (Won Bin). Sampai suatu hari, Ji Seok datang ke tempat semir sepatu kakaknya itu dengan wajah cemas.
"Perang akan meletus." Begitulah berita yang dia bawa.
Masyarakat pun berbondong-bondong mengemasi barang masing-masing untuk mengungsi. Ji Seok dan Jin Tae pun tak ketinggalan. Bersama Ibu dan seorang tunangan Jin Tae yang bernama Young Shin, serta ketiga adiknya yang masih kecil-kecil, mereka segera mengungsi menuju daerah yang sekiranya aman. Tapi, di sana justru tentara Korea mengumbar pengumuman bahwa setiap pria yang berusia 18 - 30 tahun wajib bergabung untuk perang. Jin Seok yang masih berusia 18 tahun pun terpaksa ikut. Jin Tae yang tak suka adiknya ikut perang, berusaha melawan tentara itu, tetapi hasilnya nihil. Keduanya justru malah terjebak dan ikut ke dalam perang.
Pertumpahan darah, orang-orang mati dengan mudah, orang-orang sekarat, bom, kelaparan bahkan kehausan, langsung menjadi santapan Jin Seok dan Jin Tae sehari-hari selama di camp peperangan. Tapi, semangat Jin Tae untuk mengembalikan Jin Seok ke rumah dan sekolah lagi, tidak membuatnya gentar dan menyerah. Justru Jin Tae selalu berusaha menjadi tentara terbaik supaya bisa meminta kebebasan dari komandannya untuk memulangkan Jin Seok ke rumah. Sayangnya, Jin Seok sama sekali tidak menyukai ide Jin Tae. Dia ingin tetap bersama hyung-nya bahkan kalau memang mereka harus berada di camp peperangan terus. Semua itu membuat Jin Seok marah pada Jin Tae dan semakin membuat Jin Tae tak segan-segan mengambil resiko besar untuk menghancurkan lawan.
Tapi, larut dalam obsesinya untuk menjadi yang terbaik, membuat karakter Jin Tae yang penyayang itu perlahan berubah. Hingga Jin Seok sendiri menjadi benci dengan kakaknya itu.
Sampai suatu ketika Jin Seok ditahan dalam sebuah sel. Sementara Jin Tae terus berusaha membujuk komandannya untuk memulangkan Jin Seok. Ternyata saat itu musuh sudah semakin mendekat. Tiba-tiba bom meledak dan membakar hangus sel tempat Jin Seok dipenjara. Jin Tae pun tak peduli pada hujan peluru. Dia cuma mau menemukan Jin Seok dan menyelamatkan adiknya itu. Tapi, semua terlambat. Dia cuma bisa melihat api melahap habis sel tersebut. Dari sanalah, Jin Tae menduga Jin Seok telah mati. Dia pun marah pada sang komandan dan membunuh orang itu tanpa ampun.
Jin Tae tidak tahu kalau Jin Seok berhasil diselamatkan dan sedang menunggu kepulangannya ke rumah di sebuah pengungsian yang aman. Tapi, kemudian begitu dia mendengar berita bahwa Jin Tae tiba-tiba masuk ke dalam tim musuh, Jin Seok pun kembali ke medan perang guna bertemu dengan kakaknya.
Berhasilkah Jin Seok bertemu dengan Jin Tae?
Taegukgi ini merupakan salah satu film yang cukup sadis. Tidak. Bahkan sadis banget buat saya. Tak segan-segan diperlihatkannya gambar potongan tubuh yang pecah akibat bom meledak, orang yang bunuh diri dengan menembak kepala dan otaknya bercecer, lalu yang juga sadis banget adalah ketika Jin Tae membunuh si komandan.
Sedikit melirik, sebenarnya Taegukgi tak berbeda jauh dengan film punya Indonesia sendiri, yaitu Merah Putih. Sayangnya, apa yang saya lihat di Taegukgi tidak saya dapatkan di Merah Putih. Di sinilah perang itu sebenarnya tersaji dalam dimensi lain yang tak kita jangkau langsung. Dan, kalau nonton Taegukgi ini, siapin tissue aja. Kali-kali mendadak mata menjadi basah.
Monday, December 13, 2010
E.L.E.G.I H.A.T.I
Jujurnya, dia lelah.
Seluruh tubuhnya, setiap bagian dari organnya, bahkan utas-utas syaraf itu pun terasa lelah. Jika dia bisa, dia ingin memenuhi permintaan hati. Dia bilang, dia ingin manusia tahu bahwa keberadaannya tak layak dilirik. Cukup dirasakan. Namun, harapan itu hanya akan bias, sama seperti indera perasa yang tak akan mampu menyentuh permukaan hati seutuhnya.
Ketika lelah, seharusnya beristirahat.
Tapi, kelelahan itu justru membangkitkan monster yang selama ini tidur nyenyak di dalam gua tanpa raga itu. Dia berontak, kenapa tidak ada seorang pun yang membuatnya merasa nyaman di sana? Desakan-desakan itu seolah memaksakannya menjadi semakin liar, padahal monster itu ingin menjadi malaikat. Cetusan itu mengalir begitu jernih dan polos seperti anak kecil yang ingin menjadi dokter. Tanpa pernah tahu situasi apa yang menunggu di masa depannya.
Dia yang berkata sendiri. Dia yang melanggar sendiri.
Dan, dia cuma memohon pada situasi. Dia ingin berdamai dengannya. Tolong, jangan desak dia.
Saturday, December 11, 2010
Gemuruh Itu Bernama Amarah
Dan, gertakannya menggetarkan rongga dada. Hanya saja kamu terhalang oleh satu dan lain hal. Maka itu, matamu pun tertutup untuk bisa merasakan sinyal-sinyal yang ada. Tapi, tahukah kamu ketika gemuruh bernama amarah itu melanda, sekuat tenaga saya berlari.
Karena saya tidak ingin kehilangan kesempatan.
Friday, December 10, 2010
Rasa Itu Seperti Kopi Sore Hari
Lalu, inilah hasilnya. Beberapa jepretan hasil karya saya sendiri yang masih amatiran.
Thursday, December 9, 2010
Kehidupan Kota Tua
Dari dulu, salah satu tempat wisata andalan yang sangat Jakarta itu, selalu saja menjadi pusat perhatian. Baik dari angle para pembidik kamera, atau penikmat sesuatu yang vintage. Nuansanya yang kental dengan sesuatu yang berbau "jadul" seolah memiliki daya magis tersendiri yang membuat siapa pun betah berada di sana. Bahkan kemagisannya itu mampu menarik minat banyak orang untuk menjadikan Kota Tua sebagai "studio outdoor" untuk pemotretan. Entah oleh seorang profesional, amatir, atau hanya orang-orang yang ingin mejeng.
Rupanya, bukan hanya penikmat area wisata itu yang berkunjung ke sana, tetapi peluang itu telah mendatangkan banyak penjaja makanan untuk membuka usaha di sana. Kerak Telor selalu terkenal di sana. Belum lagi penjaja sepeda ontel sewaan yang bisa memuaskan rasa penasaran kita mengenai kendaraan bersejarah yang satu ini.
Sebagai salah satu warganya pun, saya selalu tertarik pada Kota Tua. Ya, candu itu seperti tak bisa berhenti. Kalau bukan masalah jarak, mungkin saya mau ke sana terus sampai mabok. Tapi, bepergian ke sana bukanlah tanpa tujuan. Hunting photo adalah salah satu motif saya harus menginjakkan kaki di daerah ujung kota Jakarta itu.
Dan, inilah beberapa poto yang saya pilih untuk dipajang di blog tercinta ini. Beberapa sudah dijamah melalui potosop, tetapi beberapa saya biarkan begitu saja hanya dengan penambahan tulisan hak cipta.
Wednesday, December 8, 2010
Rekoleksi Sekaligus Rekreasi (3)
Bus yang membawa rombongan kami pun tiba di Taman Bunga Nasional hanya dalam hitungan menit. Saya jadi ingat, terakhir kali saya menginjakkan kaki di sana adalah sewaktu masih duduk di bangku sekolah dasar. Rasanya banyak sekali yang berubah. Nyahahaah~
Begitu masuk ke dalam TBN, terasa sekali keindahan alamnya yang sejuk. Kami langsung disambut oleh hamparan padang bunga beraneka warna yang sangat cantik. Tak lupa, di depan pintu masuk itu kami juga berfoto-foto dulu. Setelahnya, barulah kami bersiap-siap untuk mengikuti acara selanjutnya, yaitu makan siang. Panitia mencari-cari tempat yang dikira nyaman untuk membagi-bagikan nasi bungkus, segelas air mineral dan sepotong semangka segar pada kami. Dapatlah di sebuah gazebo kosong, di bawah rimbunan pohon.
Jauh dari hingar bingar kota, melihat sesuatu yang hijau dan segar, ditambah udara yang sejuk, benar-benar membuat makan siang kali itu terasa nikmat. Meski saya nggak bisa menghabiskan makanannya karena kekenyangan setelah napsunya tinggi untuk jajan di Karmel tadi, tapi saya sangat menikmati pemandangan di TBN. Dan, begitu makan siang usai, kegiatan bermain pun kembali kami lakukan setelah sebelumnya mencari tempat lain yang juga dirasa enak untuk melakukan games tersebut. Sampailah kami pada lokasi di dekat-dekat tumbuhan labirin. Permainan dimulai dari sana. Pertama hanya sebuah pemanasan, bermain ular tangga atau apalah namanya. Setelah itu, barulah masuk pada permainan sebenarnya.
Permainannya mengandalkan kemampuan membuka kitab suci, lalu setelah itu harus buru-buru masuk ke labirin dan menemukan jalan keluarnya. Nyahahaha~ Saya agak lemah di sini. Tapi, untuk karena kami berkelompok, maka perkerjaan itu tidaklah sulit. Kelompok saya pintar-pintar rupanya. Semua ayat berhasil ditemukan dalam waktu singkat. Kami pun menjadi yang pertama masuk ke labirin. Satu-satunya cowok di kelompok kami yang menjadi pemimpin di dalam labirin. Dia yang bertanggung jawab supaya kami bisa keluar dari jebakan jalan tersebut. Tapi, ternyata kami malah tersesat. Beberapa kali terpentuk dengan jalan buntu. Terpaksa kami pun harus memutar jalan. Hingga akhirnya, belum juga sampai di ujung, hujan pun perlahan mulai turun. Kami langsung lari-lari. Panik. Nggak mau kena hujan. Tapi, jalan keluar belum ketemu. Untunglah labirin itu tidak tinggi. Jadi dari luar, beberapa teman kami menyoraki dan membantu memberi jalan. Puji Tuhan, akhirnya ujung jalan itu pun akhirnya tampak setelah berakali-kali mencari jalan dan hanya ketemu dengan jalan buntu.
Rupanya kelompok kami menjadi yang terakhir lolos dari labirin, padahal kami yang pertama masuk ke labirin. Hakakakaka~ Tapi, setidaknya lebih menyenangkan ada bagian tersesatnya daripada mulus-mulus saja. Namanya juga labirin. Harry Potter saja tersesat berkali-kali sebelum menemukan piala api aka Goblet of Fire-nya.
Usai permainan itu, kami kembali ke gazebo di pinggir danau angsa. Sambil menikmati angsa yang berenang, panitia membagi-bagikan hadiah pada kelompok-kelompok, sesuai dengan urutan pemenangnya. Kelompok saya mendapat juara ketiga karena keterlambatan keluar dari labirin. Tapi, tak masalah. Di sini bukan mencari juara. Di sini mencari kesenangan. Dan, kesenangan itu makin menjadi-jadi ketika hadiah itu dibuka. Isinya beraneka cokelat dan snack ringan lainnya!! Senangnya~~
Saya dan teman saya girangnya melebihi anak kecil yang mendapat cokelat. Entah kenapa rasanya jadi gembira begitu padahal cuma dapat snack ringan. Sampai temen saya bilang, "Kayak gini aja senengnya banget, ya, Clar. Gue udah nggak ngerti lagi, deh." Lalu kami tertawa-tawa. Sepertinya kebahagiaan kami bisa dibeli hanya dengan beberapa potong cokelat dan cemilan ringan lainnya.
Usai bagi-bagi hadiah, sesi foto pun berlanjut.
Lalu, dilanjutkan dengan jam bebas.
Saya dan beberapa teman tancap menuju Taman Jepang. Hmmmm, suasananya Jepang banget. Tenang, sepi, sederhana, dan natural sekali. Dan, memang begitulah Jepang. Selalu mengutamakan kesederhanaan. Di sana, foto-foto sebentar, baru kemudian melanjutkan perjalanan. Tanpa tau tujuan, niat kami dari awal memang mau naik wara-wiri pun akhirnya tersampaikan. Selesai dari Taman Jepang, kami melintas tempat wara wiri diparkir. Saya dan teman saya pun langsung membayar tiket dan berkeliling Taman Bunga dengan mobil wisata itu. Ada banyak sekali yang dilihat dari mobil itu. Taman Perancir, Taman Mediterania, Menara Pandang, Taman Bali, Danau Angsa, Taman Jepang, hmmmm... banyak deh pokoknya. Dan, dari mobil itu juga dijelaskan mengenai sejarah dari Taman Bunga itu sendiri.
Usai dari sana, kami langsung keluar karena teman-teman sudah menunggu untuk segera pulang ke Jakarta. Meski hujan mengguyur, tak sedikit pun rasa senang saya berkurang. Dan, perjalanan menuju Jakarta hanya diselingi dengan mampir di pasar untuk membeli ubi cilembu.
Selanjutnya, saya memilih tidur supaya tidak terlalu mengantuk ketika menyetir mobil menuju rumah sendiri.
Kebersamaan itu akhirnya harus berakhir.
Meski sebentar, tapi banyak hal yang saya dapatkan dari weekend kali ini.
Saya benar-benar tidak menyesal ikut acara ini.
God Bless Us, friends ^___________^
Monday, December 6, 2010
Rekoleksi Sekaligus Rekreasi (2)
Dan, perjalanan pun berlanjut menuju Gereja Karmel Santa Theresia yang terkenal itu.
Bus yang kami tumpangi sudah siap. Kami semua pun bergegas naik supaya tidak terlambat untuk Misa mingguan di Gereja. Puji Tuhan, memang sudah direncanakan dengan matang, kami pun tidak terlambat tiba di Karmel. Hanya butuh beberapa menit, dan bus pun masuk ke pekarangan Karmel. Tiba di sana, panitia membriefing sejenak dan memberi tahu kami untuk tidak mampir kemana-mana dulu, karena meski Misa baru akan dimulai satu jam lagi, tapi kami tidak ingin sampai kehabisan tempat duduk. Jadi, rombongan pun digiring langsung menuju ke dalam gedung gereja.
Ada beberapa hal yang unik yang saya temui di Gereja Karmel ini.
1. Rata-rata biawaran/wati di sana mengenakan seragam berwarna cokelat tua. Entah kenapa mengingatkan saya pada biarawan/wati di Negara belahan Eropa sana.
2. Ada patung Tuhan Yesus yang mirip seperti Rio De Jeneiro, Brazil, dalam skala yang lebih kecil. Keren sekali~
3. Ruang gerejanya yang juga tak seperti kebanyakan gereja yang saya jumpai. Biasanya gereja memiliki bangku-bangku kayu yang berjejer dengan dudukan di bagian bawah untuk berlutut. Tapi, di Karmel, ruang gerejanya seperti aula setengah lingkaran. Tempat duduknya bertanjak seperti di stadion sepak bola. Lalu, di bagian paling depan terhampar bantal-bantal seperti tatami yang bisa digunakan untuk duduk ala lesehan, sementara di samping kirinya ditempatkan kursi biasa yang mungkin digunakan untuk para orang tua lanjut usia yang sulit duduk lesehan atau duduk di tingkatan.
4. Puji-pujiannya berbeda dari Misa kebanyakan yang saya ikuti. Saya pun terhanyut dan tak sadar menitikkan air mata. Tentu saja karena saya sedih. Betapa saya ingat dosa saya, padahal Tuhan Yesus sudah begitu luar biasa baiknya berdiri atas hidup saya. Tapi, sebagai manusia saya bukannya bersyukur dan cuma bisa mengeluh.
Lagu berjudul "S'mua Baik" yang kami kidungkan di Misa tersebut, yang paling membuat saya bergetar.
S'MUA BAIK, S'MUA BAIKSebelum masuk ke gedung gerejanya, saya melihat ada meja besar yang seperti meja receptionist, yang dikerubuti banyak orang. Penasaran, saya pun melongokkan kepala. Rupa-rupanya, berjejer amplop untuk diisi dengan ujud doa atau permintaan kita. Ada yang untuk permasalahan keluarga, meminta kesembuhan penyakit, bahkan juga ada permohonan untuk menempuh kehidupan sehari-hari seperti dalam pekerjaan atau cita-cita.
APA YANG T'LAH KAU PERBUAT DI DALAM HIDUPKU
S'MUA BAIK, SUNGGUH TERAMAT BAIK
KAU JADIKAN HIDUPKU BERARTI
Mulanya saya ragu karena takut-takut kalau ujud doa itu akan dibacakan saat Misa (karena biasanya begitu), tapi ketika kakaknya teman saya memberitahu bahwa tidak mungkin semua amplop itu dibacakan dalam Misa, saya pun langsung bergegas mengambil satu amplop dan menuliskan ujud doa saya. Katanya, sih, para biarawati di sana akan membantu mendoakan ujud-ujud doa yang masuk selama seminggu penuh. Dan, saya percaya kalau Tuhan Yesus memang sudah berkehendak, maka semua ujud doa itu akan terjadi. Tanpa keraguan.
Setelah selesai mengisi dan mengembalikan amplop itu pada tempatnya, dimana saya mengambil dari keranjang yang dikhususkan untuk kehidupan sehari-hari (pekerjaan dan cita-cita), saya dan teman saya pun masuk ke dalam gereja.
Masih ada sisa waktu sebelum Misa dimulai. Kami pun berbincang-bincang sejenak untuk membunuh waktu--> hal yang tidak boleh dicontoh. Seharusnya kami larut dalam suasana hening, tapi namanya juga anak muda, mana bisa diam :P
Misa pun dimulai. Seperti yang sudah saya katakan bahwa Misa di Karmel ternyata berbeda dengan Misa di gereja tempat saya, mulanya saya sedikit kagok. Apalagi di akhir Misa, ternyata masih dilanjutkan dengan doa untuk kesembuhan berbagai penyakit yang diderita oleh banyak umat di sana. Memang bukan rahasia lagi kalau gereja di Karmel itu terkenal dengan berbagai kesaksian tentang kesembuhan seseorang dari penyakitnya.
Dan, saya pun salah satu diantara mereka. Datang untuk memohon kesembuhan dari penyakit hati yang saya derita. Iri dengki, egois, amarah, emosi dan segala keserakahan.
Sama seperti yang lain, saya pun percaya penyakit hati saya akan hilang dengan jamahan Tuhan Yesus serta keinginan kuat dari dalam diri.
Yang jelas, sungguh sebuah hal yang luar biasa bisa hadir di sana. Apalagi Minggu itu ternyata merupakan Adven pertama, dimana kami umat Katolik akan mempersiapkan diri sebelum mencapai hari Puncak, yaitu Natal. Saya tau ini semua tak lepas dari rencana Tuhan Yesus. Dia yang membisikkan saya untuk hadir di acaraNya yang megah itu melalui perantara teman saya. Saya benar-benar bersyukur bisa menjadi saksi dari turunnya kuasa Tuhan Yesus. Di depan mata saya. Hati saya terasa hangat waktu itu. Dan, saya percaya saat itulah pasti Tuhan Yesus sedang menjamah saya.
Kegiatan di Karmel tak berakhir dengan Misa saja. Masih ada Gua Bunda Maria dan air suci yang mengalir jernih. Berdoa sebentar, sambil cuci-cuci muka di air suci, kami lakukan. Selesai bersapaan dengan Bunda Maria, rombongan kami pun berfoto di depan patung Yesus (ada di atas). Dan, acara rohani berakhir di sana. Karena begitu tiba di ujung jalan Karmel, kami pun langsung mendapat godaan berat. Banyak tukang makanan berjejer menjajakan makanan!!
Perut saya langsung meronta-ronta.
Ada sate kelinci, sate ayam, risol, lumpia, wahhhhh~ benar-benar nggak nahan.
Saya dan teman saya langsung memesan sate kelinci. Baunya harum sekali. Tapi, tak hanya itu. Maruk saya kambuh. Saya kalap. Masih bergerak ke sana ke mari mencari jajajanan lainnya yang bisa masuk ke dalam perut. Saya pun membeli lumpia. Lalu, mencicipi somay yang dibeli teman saya, mencomot sate ayam milik pacarnya kakak teman saya, dan menyiduk sedikit es cendol dari salah seorang yang lain. Haeuhhhh~ rasanya nikmat sekali ketika si perut sudah terisi setengah.
Tanpa berakhir di sana, kegiatan pun berlanjut. Kali ini rombongan pun harus bergegas meninggalkan Karmel dan bergerak menuju TKP lainnya, yaitu Taman Bunga Nasional.
Bersambung.
Friday, December 3, 2010
My Girlfriend Is Gumiho!
Wah~ apa jadinya, ya, kalau punya pacar seekor rubah? Tapi, bukan cuma sekedar rubah, melainkan rubah berbuntut sembilan? Repot? Ngeri? Atau..., hmmm?
Tema inilah yang kemudian diangkat oleh Boo Song Chul, salah satu director milik Korea, menjadi sebuah kemasan drama seri yang menarik. Berdurasi satu jam untuk masing-masing episodenya yang secara keseluruhan ada 16 seri. Drama yang disiarkan melalui saluran SBS ini, ternyata memiliki alur cerita yang sangat sangat sangat memikat dan khas Korea sekali. Dengan memajang Lee Seung Gi dan Shin Min Ah sebagai pasangan inti dari cerita yang mengangkat unsur fantasy ini, tidak membuat saya berpikir bahwa drama ini "menjual" pemainnya. Karena memang drama yang mengasung genre fantasi, komedi dan romantis ini sangat layak untuk ditonton. Baik sebagai hiburan atau sarana untuk mengenal Korea lebih dalam lagi.
My Girlfriend Is Gumiho.
Begitulah judulnya. Kalau ada yang bertanya Gumiho itu apa, Gumiho adalah rubah berbuntut sembilan. Gumiho sering dikaitkan sebagai legenda masyarakat Korea yang mengatakan bahwa Gumiho akan mempertahankan hidupnya dengan menyantap hati manusia karena dianggap sebagai sumber dari jiwa seorang yang hidup. Di dalam drama ini, dikisahkan bahwa Gumiho ini sangat ingin menjadi manusia dan tinggal di dunia manusia. Tapi, ada syarat untuk memenuhi hal itu. Sang Gumiho harus menikah dengan seseorang yang benar-benar mencintainya. Gumiho pun mencari seorang kekasih dan menanti seorang suami sejak beratus-ratus tahun lalu, tapi tak seorang pun mau menjadi suaminya karena takut akan cerita-cerita mengerikan mengenai Gumiho. Dan, karena Gumiho tak kunjung mendapatkan suami, maka dia pun dikunci di dalam sebuah lukisan, oleh Three Mothers God.
Drama yang sering saya singkat dengan sebutan Gumiho ini, dibuka dengan adegan Cha Dae Woong (Lee Seung Gi) yang baru keluar dari kampusnya dan langsung ditemui oleh Mi Ho (Shin Min Ah). Berapa kali Dae Woong berusaha menghindar, Mi Ho terus saja nampak. Ya, karena Mi Ho adalah Gumiho yang sudah berhasil keluar dari lukisan berkat bantuan Cha Dae Woong sendiri. Lalu, scene pun mundur, menceritakan awal mula dan bagaimana Cha Dae Woong ini bisa bertemu dengan lukisan Gumiho dan mengeluarkannya dari sana.
Hutang budi pun berlanjut. Gumiho merasa memiliki kewajiban membalaskan kebaikan Cha Dae Woong dengan menolong cowok itu memberinya sebuah "kehidupan" melalui sebuah bead atau gusuri atau semacam kristal yang ada di dalam tubuh Gumiho, sewaktu Cha Dae Woong tergelincir dari tebing. Ajaib, Dae Woong pun tak merasakan sedikit pun rasa sakit meski jatuh dari bebatuan yang tinggi.
Dan, kisah pun terus bergulir. Dae Woong yang ketakutan dan merasa risih dengan kehadiran Gumiho, semula tidak percaya dengan semua kata-kata Gumiho tersebut. Dia pikir gadis itu gila menyebut dirinya dengan Gumiho. Tapi, ketika akhirnya Dae Woong melihat sendiri bagaimana gadis itu benar-benar memiliki bead dan bahkan 9 buntut, akhirnya dia percaya dan pasrah pada nasib yang membuatnya berada tak lebih satu meter pun dari Gumiho, yang kemudian diberi nama panggilan Mi Ho.
Tapi, justru bermula dari sana, perlahan perasaan Dae Woong berubah. Risih, marah, dan enggan yang semula bercokol berat di dadanya, perlahan pudar dan berganti dengan satu kata : cinta. Bahkan meski awalnya Dae Woong ingin memanfaatkan bead milik Mi Ho, pada akhirnya dia bisa berkata, "Aku tidak mencintaimu bukan karena tidak masalah untuk mencintaimu. Karena aku mencintaimu, segalanya jadi tidak masalah."
Dan, seperti kebanyakan drama lainnya, kisah cinta unik antara Dae Woong dan Mi Ho pun penuh intrik. Mulai dari kehadiran orang ketiga, hingga situasi dimana Mi Ho yang berusaha keras untuk bisa jadi manusia itu, ternyata harus berujung pada pengorbanan nyawa salah satu dari mereka. Semua itu seakan hadir untuk mencegah Mi Ho dan Dae Woong bersatu meraih kebahagiaan. Hingga akhirnya salah satu dari mereka pun harus siap menerima kenyataan bahwa akan ada yang "hilang" diantara keduanya.
Mi Ho atau Dae Woong yang harus mati?
Sedih, tangis, juga tawa heboh mengiringi saya saat menonton drama ini. Pemainnya berakting dengan emosi yang full sehingga saya bisa merasakan sakit dan bahagianya mereka. Alur ceritanya pun terasa padat, walau sedikit banyak saya merasa ada bagian yang terasa dipercepat, sementara yang lain seperti diperlambat. Pun, ada beberapa adegan yang agak maksa dan rasanya terlalu cepat untuk berganti ke adegan lain. Tapi, berkat emosi para tokoh, saya pun merasa sangat puas menonton drama ini. Ah iya, drama ini sangat kaya akan karakter. Bodoh, ceroboh, polos, egois, sombong, licik, ambisi, lebay dan rela berkorban digambarkan sangat detail di sini. Karakternya sangat manusiawi. Bahwa tak ada yang benar-benar jahat dan tak ada yang benar-benar baik.
My Girlfriend Is Gumiho memiliki rating yang cukup, tapi saya sungguh sangat menyukai setiap adegan di drama ini. Seperti tak ingin cepat-cepat menghabiskan seluruh serinya, tapi juga dikejar rasa penasaran. Bingung, ya, jadinya. Hakakakak~
Untuk mendownload keseluruh (16) episodenya bisa mencari di Indowebster.
Untuk mendownload ostnya bisa mencari di 4shared dan salah satunya adalah lagu yang berjudul Starting Now, I Love You yang dinyanyikan sendiri oleh pemainnya, Lee Seung Gi (Cha Dae Woong).
Jadi, ada yang mau coba pacaran sama rubah? Hihihihi~
Wednesday, December 1, 2010
Rekoleksi Sekaligus Rekreasi (1)
Rekoleksi dan Rekreasi, namanya. Bersama anak-anak dari lingkungan Yohanes Rasul gereja Andreas. Acara berlangsung hanya di weekend, yaitu sabtu minggu. Senang rasanya weekend bisa diisi dengan kegiatan bersama teman-teman seusia (meski nggak kenal, tapi sok kenal aja, deh xDD) dan tidak menghabiskan waktu dengan bersemedi di gua tercinta.
Jadi, hari Sabtu itu perjalanan dimulai dari rumah saya menuju ITC Permata Hijau. Bukan untuk berbelanja, tapi untuk bertemu teman saya yang rela menjemput saya untuk menjadi GPS menuju gereja Santo Andreas dimana gereja itu menjadi markas sebelum bergerak ke tempat tujuan (Cipanas). Tapi, rupa-rupanya macet menjadi keuntungan bagi kami berdua, karena berkat macet itu kami tiba bersamaan! Hakakaka~ untung banget. Jadi nggak ada yang perlu saling tunggu. Selanjutnya, mobil pinky saya langsung menuju gereja Santo Andreas, dengan guided oleh teman saya.
Jujur, saya sih deg-degan. Sebagai orang yang agak-agak malu bertemu dengan orang baru yang tak dikenal, saya termasuk orang yang akan sangat pendiam. Tapi, puji Tuhan, nggak ada diantara mereka yang sombong. Mereka sangat welcome dengan kehadiran saya. Senang rasanya bisa diterima seperti itu. Bahkan mereka cukup kaget begitu saya bilang saya datang dari paroki Barnabas yang notabene-nya jauh banget dari lokasi mereka.
Pukul satu siang, semua peserta digiring ke bus karena sudah waktunya untuk berangkat. Tapi, baru beberapa saat lepas landas, hujan deras langsung mengguyur Jakarta. Perjalanan pun dibalut dingin sesaat. Selesai dari hujan badai, begitu masuk daerah puncak, bus terpaksa berhenti selama satu jam lebih. Kenapa? Karena ternyata waktu one way sedang berlaku. Otomatis jalan naik ke puncak pun ditutup dan dipersilahkan bagi kendaraan yang turun untuk bergerak lebih luas dengan dua ruas jalan. Saat kosong itu pun kami gunakan untuk bercengkerama, foto-foto atau ke toilet. Untungnya bus berhenti dekat pom bensin, jadi bisa cepat mengakses kamar mandi.
Selesai waktu one way, bus pun kembali melanjutkan perjalanan. Hingga akhirnya hari pun sudah gelap saat kami tiba di vila tempat menginap, yaitu Tower of Blessing. Dengan pembagian kamar dan kelompok yang sudah dibacakan sebelumnya di dalam bus, kami pun langsung menuju kamar untuk berbersih diri sekaligus menikmati istirahat sebentar setelah menempuh perjalanan panjang. Selesai melakukan bersih-bersih, panitia menyuruh kami berkumpul di Aula untuk memulai kegiatan pertama.
Kegiatan yang pertama ini diisi dengan perkenalan. Meski rata-rata sudah saling mengenal, ternyata ada juga yang tidak saling mengenal. Alasannya bisa karena ada yang tidak aktif di lingkungan, atau juga ada yang berasal dari luar lingkungan.
Selesai berkenalan games pun dimulai. Entah apa namanya, yang jelas permainannya tentang tembak menembak. Hehehe~ satu anak ditembak, anak lain di kedua sisi anak tersebut harus saling menembak. Kalau terlambat, maka dia kalah. Lumayan, membuat saya jadi kembali seperti anak kecil, agak tegang-tegang gimana gitu karena nggak mau kalah.
Berikutnya, sesi pun berganti. Pertamanya kami dijelaskan mengenai seluk beluk lingkungan yang ada di Santo Andreas, yang dibimbing oleh salah satu sesepuh paroki (katanya begitu). Kemudian, kami diajak membentuk kelompok untuk memikirkan kegiatan apa yang menarik untuk mengajak anak-anak di lingkungan agar mau terlibat aktif sebagai mudika.
Kelompok saya menyebutkan beberapa kegiatan, diantaranya lomba mengkreasikan cokelat. Hihihi, lucu, kan? Meski saya bukan penggemar cokelat, tapi kalau disuruh icip-icip saya mau kok. Asal jangan suruh memasaknya. Saya malas xDD
Setelah kelompok selesai, kami lantas disuruh duduk di lingkaran bangku yang sudah disusun. Games berikutnya menanti. Simpel tapi seru. Aturannya, seseorang akan menghampir satu orang yang lain, lalu bertanya, "B, apakah kau mengasihiku?" kalau jawabannya iya, maka semua orang harus berpindah tempat duduk. Tapi, jika tidak, maka si penanya harus bertanya lagi, "lalu kamu mengasihi siapa?" dan di penjawab harus menjawab, "aku mengasihi orang yang memakai kacamata (menyebutkan ciri-ciri fisik yang tampak)" dengan demikian, orang-orang yang memakai kacamata saja yang harus pindah tempat duduk. Siapa yang tidak kebagian kursi sampai tiga kali, maka dia akan mendapat hukuman.
Teman saya mendapatkan hukumannya.
Nyahahaha~
Dia dan kedua orang lain yang juga bernasib sama itu harus berfashion show ala monyet. Teman saya ini sih agak-agak hiperaktif jadi dengan semangat empat lima pun dia mulai bolak-balik bergaya ala monyet. Nyahahaha~ saya tertawa heboh melihatnya. Sementara dua yang lain harus berbesar hati menerima hukuman tambahan karena tidak melakukan gaya monyet dengan serius. Maka mereka berdua disuruh melakukan joget jaipong! xDD
Selesai games, acara pun berganti dengan sesi api unggun. Bersama-sama kami membentuk lingkaran dan menyalakan api unggun. Hal ini sesuai dengan apa yang disabdakan oleh Tuhan sendiri, bahwa dua atau tiga orang berkumpul, maka di sana Tuhan pun hadir. Maka api unggun itu sendiri, kami dedikasikan untuk Tuhan Yesus.
Di api unggun itu sendiri, kami pun masih tetap bermain-main dan tertawa-tawa. Mulai dari games merangkai kata yang menghebohkan karena ada teman-teman yang selalu melakukan kesalahn hingga akhirnya dihukum, sampai games sambil melakukan gerakan pun kami lakukan di malam itu. Semangat banget rasanya. Hingga saya bisa melupakan sejenak masalah hingar bingar Jakarta dan segala kepenatan hidup.
Selesai games, acara pun disudahi. Tentunya kami butuh istirahat (tepatnya anak-anak yang masih kecil :P) untuk bisa melanjutkan aktifitas keesokan harinya. Bersama-sama kami berdoa di lingkaran api unggun, berterima kasih pada Tuhan Yesus karena sudah menjaga sepanjang hari dan juga memohon perlindungannya dalam tidur. Lingkaran pun bubar. Anak-anak mulai masuk ke kamar masing-masing yang sudah ditentukan. Tapi, rupanya hanya sebagian saja. Faktanya, saya dan teman saya serta beberapa anak yang lain, nggak mau masuk kamar untuk tidur. Kami cuma ganti baju, lalu keluar lagi untuk ngobrol ngalor ngidul di awal hari Minggu. Tawa sudah menjadi cemilan kami. Playstation aka plesetan sudah seperti minuman segar di malam hari. Dan, gombalan antara saya dan teman saya yang mengakrabkan diri dengan saling memanggil CINTA hingga dianggap pasangan lesbiola, juga menjadi celetukkan ringan. Meski saya banyak diam dan lebih menjadi pendengar dari gurauan mereka.
Hingga akhirnya satu orang pun gugur.
Maka, gerombolan itu pun perlahan mulai pecah. Saya ikut-ikutan masuk kamar. Teman saya pun. Kami berdalih mau beromansa sejenak. Dan, saat itu sudah pukul tiga subuh. Akhirnya kami semua masuk kamar masing-masing.
Sayangnya, di kamar saya dan teman saya tak langsung tidur. Seakan masih saja tersisa waktu, kami pun berbagi sedikit cerita dan pendapat. Sampai akhirnya mata saya benar-benar berat. Saya pun menyudahi celotehan kami berdua dan pergi tidur.
Cuma ingin lebih segar ketika hari Minggu harus pergi Misa di Gereja Santa Theresia, Lembah Karmel.
(bersambung)
Monday, November 29, 2010
Marathon : Kisah Seorang Penderita Autis
Penderita Autis bukanlah anak-anak tanpa bakat. Saya percaya bahwa mereka selalu punya 'sesuatu' yang bisa ditunjukkan pada banyak orang dari sekedar bahwa kenyataan mereka memiliki dunia sendiri yang berbeda dari kebanyakan orang.
Dan, lagi-lagi Korea menyentuh saya melalui karya mereka.
Sebuah film yang didistribusikan oleh cineline ini, mengangkat kisah nyata seorang penderita Autis bernama Bae-Hyong Jin. Kisah yang diceritakan secara visualisasi berdurasi 117 menit ini memberikan sebuah pelajaran tentang sisi dari seorang penderita Autis. Bukan untuk melecehkan, tetapi untuk memperlajari bagaimana sebenarnya penderita Autis itu. Dan, buat saya pribadi yang bisa dibilang awam dengan para penderita, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah ini. Ada hal yang semula tidak saya ketahui tentang Autis, kemudian saya pun menjadi paham bahwa anak Autis akan bersikap sebagaimana dia di didik. Mungkin, bisa dikatakan seperti itulah kurang lebihnya.
Film ini berjudul MARATHON.
Bercerita tentang seorang penderita Autis, bernama Cho Won, yang sangat menyukai berlari. Dia tinggal bersama Ibu dan seorang adik lelakinya yang normal. Semula, sang Ibu digambarkan pasrah dengan kondisi Cho Won yang lebih hiperaktif, cenderung sulit diatur dan senang dengan dunianya sendiri. Bahkan saking putus asanya, terutama ketika sang Ayah akhirnya meninggalkan keluarganya, Ibu Cho Won ini pun pernah melepaskan gandengan tangan Cho Won sewaktu di kebun binatang hingga Cho Won tersesat.
Tapi, seiring berjalannya waktu, sang Ibu pun berusaha tegar dan tetap mendidik Cho Won agar menjadi anak yang bisa dibanggakan. Salah satunya dengan mengikutsertakan Cho Won dalam kompetisi lari. Di sana, Cho Won merasa senang dan dia pun mendapatkan juara kedua. Sejak itulah, Cho Won pun dididik sang Ibu untuk mengikuti kompetisi marathon yang lebih besar dengan mencarikan seorang pelatih untuknya. Apalagi, Cho Won pun menyukai berlari. Setidaknya, setiap kali sang Ibu bertanya, "Cho Won, apa kamu suka berlari?" lalu Cho Won akan menjawab, "Iya, suka."
Dengan usaha keras sang Ibu mencarikan pelatih, akhirnya seorang mantan pelari pun mau mendidik Cho Won untuk siap terjun ke kompetisi marathon itu. Tapi, bermula dari sanalah, perlahan-lahan sang Ibu menyadari bahwa ada sedikit kesalahan dalam cara dia mengajar dan mendidik Cho Won. Bahwa ternyata, selama ini, dididikannya hanyalah untuk memuaskan keinginan sang Ibu, yaitu tidak malu memiliki anak meski dia seorang penderita Autis.
Meski pada akhirnya, sang Ibu pun benar-benar dibuat bangga oleh Cho Won karena prestasi berlarinya.
Kisah yang mengharu biru antara Ibu dan Anak ini bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk lebih mengetahui bahwa mendidik anak Autis bukan berarti harus memaksakan kehendak pribadi saja. Bahwa penderita Autis pun harus dididik untuk peka dengan hal-hal yang diluar dugaan supaya mereka bisa benar-benar melebur dengan masyarakat luas secara utuh. Bahwa bukan untuk memuaskan keinginan pribadi, lantas anak bisa dijadikan alat.
Mereka manusia. Bukan boneka. Bahkan penderita Autis pun yang lebih spesial ketimbang kita.
Film Marathon sangat layak ditonton meski agak menye-menye sedikit, karena banyak pelajaran yang bisa dipetik, juga motivasi untuk menghadapi hidup ini dengan lebih baik.
Dan, tentunya tak lupa mengajak kita untuk bersyukur atas apa yang sudah ada di hidup kita.
Friday, November 19, 2010
Lelaki Penari Balet
Hmmm..., sebaiknya jangan meniru adegan di bawah ini.
Kenapa? Karena kalau meniru, nanti mendapat malu.
Seperti saya.
Waktu itu, bersama beberapa rekan kantor yang berencana pergi ke luar kota, sedang berkumpul untuk mendiskusikan waktu keberangkatan dan segala tetek bengek yang ada. Dengan tujuan Anyer, jadwal keberangkatan akan dibagi menjadi dua tim. Tim pagi dan tim malam. Saya yang waktu itu cuma mendengarkan (karena sebenernya nggak pengin ikut T_T), akhirnya ditanya, "Clara mau ikut yang berangkat malam atau pagi?"
Lalu, saya pun bertanya, "Yang ikut malam siapa aja?"
Seorang teman menyebutkan beberapa nama. Dia juga menjelaskan kenapa mereka semua memilih untuk pergi sebagai tim malam. Ada yang harus begini atau begitu. Sampai berikutnya dia menyebutkan nama seseorang (sebut saja Z).
"Iya, si Z berangkat malem soalnya mau latihan balet dulu."
Tak ada yang aneh--seharusnya.
Tapi saya menganga heran. Pertama, Z yang disebutkan adalah seorang cowok. Kedua, saya jarang sekali mendengar ada cowok, terutama di lingkungan saya, yang mendalami seni tari balet. Oke, kalau modern dance. Saya punya kenalan. Atau anak band. Beberapa teman saya pun anak band. Rasanya hal-hal seperti itu wajar di telinga saya. Tapi, anak lelaki membalet? Saya baru akrab degan karakter seperti itu ketika menonton Step Up atau film yang berhubungan dengan balet.
Masalah pun selesai.
DAN, saya PERCAYA si Z adalah PENARI BALET.
Di kemudian hari, pembahasan mengenai kepergian ke luar kota itu kembali mencuat. Saya yang masih shock dengan pernyataan bahwa si Z penari balet, kontan ingin tau kelanjutan kisahnya. Kok, bisa-bisanya dia suka balet dan segala macamnya. Jadi, sekali lagi saya bertanya.
"Si Z beneran les balet??"
Lalu teman saya tertawa terbahak-bahak.
"Ya, jelas nggaklah!!"
Yak ampunnnnn..., lagi-lagi saya kena tipu >_<
Ini saya yang bodoh apa otak saya yang kenapa sih, kok begitu saja langsung percaya, ya.
Dan, tadi. Kembali acara diskusi itu berlangsung. Saya sengaja kabur untuk makan. Maksudnya biar nggak diajak gitu. Tapi, ternyata salah. Begitu saya kembali ke ruangan, rekan-rekan kantor saya masih asik berkumpul membicarakan masalah pergi itu. Tersangka Z itu pun hadir di acara diskusi tersebut. Mereka bertanya lagi, barangkali saya berubah pikiran, tapi saya masih keukeuh dengan jawaban nggak. Dan, karena saya masih keukeuh nggak mau ikut, si Z ini pun langsung bilang pada saya.
"Clar, kenapa nggak ikut? Katanya mau liat gue nari balet!"
JEGER! Malulah saya!
Saya kira dia nggak akan tau soal masalah balet itu.
T___________________T
Thursday, November 18, 2010
(Not) Chocolaters
Begitu kata sebagian orang yang saya jumpai. Rata-rata dari mereka tergila-gila pada makanan manis yang satu ini. Roti cokelat, es krim cokelat, atau apa pun berbahan dasar cokelat.
Saya sendiri? Hmmm, bukan penggila cokelat.
Justru lebih ke arah tidak suka. Bukan anti. Roti cokelat atau susu ultra cokelat yang dingin masih mau saya cicipi. Tapi, es krim cokelat, hot chocolate, kue cokelat, atau apa pun yang rasa cokelatnya terlalu kental, saya akan langsung menolak.
Saya sendiri juga nggak tau kenapa.
Tapi, rasanya mual sekali kalau harus makan yang banyak mengandung cokelatnya terlalu banyak. Apalagi yang hangat. Mending suguhi saya cappucino atau latte sekalian.
Banyak yang bilang cokelat kan semacam mood booster yang manjur. Tapi, saya memilih cara lain untuk saya jadikan mood booster. Ada banyak bahkan. Salah duanya adalah kopi (cappucino) dan musik. Dua hal ini sudah mampu membuat mood saya kembali menyala-nyala. Bahkan hingga sekarang, cuma dua hal ini yang saya andalkan untuk menjadi pasangan setia di kala saya menulis. Atau mungkin di kala suntuk dan sedih. Bahkan marah.
Musik tak melulu harus klasik. Apa pun selama saya suka. Dan, kopi tak melulu harus hot kadang yang dingin pun bisa menjadi penyejuk. Tergantung pada situasi cuaca hari itu.
Ah..., cokelat. Ternyata tak selamanya menjadi titik kebahagiaan. Ada orang-orang tertentu yang justru menghindarinya dan memilih jalan lain.
Jadi, teman-teman sendiri, apakah penyuka cokelat?
Tuesday, November 16, 2010
Telepon di Malam Hari
Kalau sehari saja tidak berceloteh atau tertawa ngakak sampai puas, rasanya bukan kantor saya. Terutama anak-anak di lorong ruangan edit. Ah~ saya bisa dianggap pasien rumah sakit jiwa kalau seharian benar-benar dikurung bersama mereka. Habis juga oksigen karena terlalu banyak tertawa, bahkan efeknya mungkin bisa membuat perut saya keram.
Kantor saya memang menyenangkan.
Kalau datang pagi sekitar pukul delapan, pasti akan terasa seperti datang ke kuburan. Tapi, tunggulah begitu matahari sudah berada di ubun-ubun, terutama lorong edit, pasti ramainya melebihi pasar. Kadang ada yang teriak-teriak, padahal telepon yang siap menghubungkan satu sama lain, tersedia di setiap bilik. Atau mungkin ada juga yang iseng, selalu memasang lagu yang lagi in dengan volume kencang hingga seperti di Ramayana.
Rasanya kantor itu jarang redup kehidupannya.
Begitu juga ketika hari sudah menyapa malam. Kegiatan seolah tak berhenti sampai di situ. Sampai kadang rasa lelah atau sakit yang membuat pembatas bagi mereka untuk beraktifitas lebih lama lagi (atau lebih gila). Kalau kerjaan sudah beres, mereka bahkan tak langsung pulang. Ada yang main sepak bola atau karaoke. Iya, karaoke! Di kantor! Ruangan khusus untuk merekam VO (yang biasanya bernarasi di sebuah program tayang), bisa disulap jadi tempat untuk karaoke. Menyenangkan sekali.
Dan, waktu itu tengah malam.
Kebetulan saya yang memang tak begitu suka ngumpul di tengah keramaian, memilih sibuk di ruangan sendiri. Kebetulan juga, memang masih ada kerjaan yang sedang saya preview. Lalu, tiba-tiba telepon di ruangan berdering nyaring. Membuat saya harus menghentikan sejenak kerjaan. Saya pun bergerak enggan mengangkat gagang telepon.
Kemudian terdengar suara.
"Halo, Clara?" Nadanya tegas dan agak terkesan galak. Saya stay cool saja.
"Iya, kenapa?"
"Ini, saya D. Itu program saya yang X, kenapa nggak tayang? Ada masalah apa sama program saya? Katanya si V kamu nggak meloloskan program saya untuk tayang?!"
Waduh. Saya langsung bingung. Seingat saya, ketika mem-preview program tersebut, semua sudah beres. Segala macam revisi sudah dikerjakan dengan benar. Dan, saya sudah meloloskan program itu untuk tayang, kok.
"Hah? Nggak, kok. Udah aku tanda tangan. Udah dicemplungin juga ke server bawah."
"Tapi, katanya nggak tayang. Ini gimana? Coba sini kamu. Saya ada di edit 2."
Waduh, waduh. Jantung saya langsung diterjang tsunami. Kenapa lagi ini?
Setelah menutup telepon, saya pun langsung keluar ruangan menyambangi si penelpon tadi. Saya melirik ruangan edit sebelah. Ada sekumpulan teman-teman sedang sibuk mengedit sebuah program. Serius banget. Lalu, saya melangkah terus. Saya pikir, mungkin beliau ada di meja paling depan. Tapi, sampai di ujung lorong dan melongok ke puluhan kubikel di ruang depan, tak ada satu pun tanda-tanda keberadaan si penelpon.
Dengan kebingungan saya pun berusaha acuh, kembali ke ruangan.
Tapi, begitu saya melewati ruang edit yang tadi, teman-teman saya keluar dari sana dan tertawa terbahak-bahak. Asli, puas banget.
"Clara, lo percaya banget, sih!!"
Begitu komentarnya.
"Ooo, jadi lo pada yang ngerjain gue?" saya pun bertanya begitu dengan muka bodoh.
Mereka mengangguk sambil masih tertawa heboh.
Jadi mereka yang mengerjai saya!!
Yak ampunnnnn~ saya udah dag dig duer, tapi rupanya mereka pura-pura serius untuk menutupi kejahatan yang sudah mereka lakukan pada saya.
Langsung saja saya ikut tertawa. Gemas. Dan, merasa tolol sekali.
Katanya muka saya udah tegang duluan.
Awas ya kalian, nanti xDD
Sunday, November 14, 2010
Mencintai Apa Yang Bisa Dicintai
Banyak orang yang sering mengeluh. Salah satunya saya. Kalau mood swing saya sedang jatuh ke titik terendah, ditambah lelah dan sikap negatif orang sekitar, saya pasti akan mengeluh. Beginilah, begitulah. Pada titik itu, semua hal yang buruk akan selalu tampak lebih jelas. Sejelas awan mendung yang menggelayuti pagi ini saat saya sedang menulis postingan. Entah kenapa. Mungkin otaknya sudah tertutup kabut. Sehingga sulit sekali meraba hal yang indahnya.
Mencintai apa yang bisa dicintai...
Bukan sebuah kepasrahan. Terkadang, mata kita hanya bias pada satu titik impian. Dan ego kita sudah tertancap di sana. Lalu, yang lebih parah karena kita tidak bisa melihat hal positif apa yang sudah kita dapat.
Mencintai apa yang bisa dicintai...
Mencoba bersyukur bukanlah hal buruk. Berusaha membuat diri nyaman dengan situasi yang memaksa menyingkirkan kita lebih jauh dari ujung mimpi, juga bukanlah kesalahan. Mengubah titik pandang bahwa selalu ada hal positif dari setiap terjebaknya kita pada berbagai hal.
Mencintai apa yang bisa dicintai...
Karena nantinya pasti akan sadar. Bahwa apa yang ada sekarang, justru adalah yang terbaik yang tak pernah bisa dibayangkan. Bukan detik ini, atau menit ini, jawaban atas semua kegalauan karena tak menyukai apa yang ada sekarang ini, bisa muncul seperti lagu yang ingin kamu dengarkan melalui i-pod. Mungkin ragu, mungkin gelisah, tapi bersyukurlah untuk perasaan itu. Artinya kita hidup! Dan, masih hidup. Rasa kita tak mati.
Mencintai apa yang bisa dicintai...
Sampai akhirnya tukang penjual makanan itu datang, menyelamatkan kita dari bahaya kelaparan. Pada waktunya, dia akan datang. Dan, akhirnya kita juga yang akan menikmati semua itu. Fokus dan jadikan mimpi sebagai sugesti kuat dalam diri. Pada akhirnya, kamu akan sangat sangat mencintai mimpimu yang tercapai. Dan, bukan lagi karena mencintai apa yang bisa dicintai....
Untuk siapa pun, kamu, kamu dan juga saya.
Thursday, November 11, 2010
Edisi, KAMU
Jadi, ini hanya tulisan-tulisan di kala saya ingin menyampah saja, loh. Hehehe~
"Mungkin istirahat akan menyembuhkan semuanya dan besok pagi Tuhan akan mengembalikan fokus saya. Pada satu titik seharusnya."
2nd tweet :
"Dan terima kasih untuk kamu. Hanya kamu. Maka saya sdh belajar banyak. Hei, koreng saya banyak, maaf."
3rd tweet :
"Ah, andai kamu tau. Iya, hanya seandainya saja. Atau mungkin...Nanti kutanyakan pada waktu."
4th tweet :
"Waktu terlalu sombong. Dia membiarkanku memutuskan sendiri. Lalu bagaimana? ..., hey, kamu."
5th tweet :
"Kenapa...?"
6th tweet :
"Hey, kamu. Sakit hati menimbulkan dendam, kalau rindu menimbulkan demam. Dan kamu pasti tau obatnya."
7th tweet :
"Waktu seperti tiba2. Aneh! Atau fokusku hilang? Karena kamu!"
8th tweet :
"Ada beberapa hal yang rasanya pantas untuk membuang waktu, ada yang tidak. Yaitu kamu dan terutama kamu."
9th :
"Hey, kamu. Waktu akhirnya menyerah. Dia mempersilahkan jawabannya menghampiriku. Terima kasih karena sudah bersabar, kamu...."
10th :
"Kamu masih ingin tau?"
11th :
"Ah..., kamu benar. Kamu tak akan pernah mau lagi menoleh ke belakang. Jadi biar kusimpan saja sebagai rahasia. Dari kamu."
Wednesday, November 10, 2010
Anjing Saya Ngetok Pintu
Saya ini termasuk orang yang pelupa. Cukup akut. Tapi, udah sadar diri dengan penyakit yang satu ini, saya masih tetap saja mbandel. Seringkali mengabaikan pekerjaan rumah cuma untuk menonton drama, performance atau sibuk dengan donlodan. Dan, kejadian itu lagi-lagi menimpa saya.
Si bodoh ini lupa kalau dia sedang masak makanan untuk anjing tercintanya.
Karena merasa malas untuk menunggu di dapur sambil bengong, saya lebih baik kembali ke depan komputer dan berkutat dengan beberapa tontonan yang belum saya tonton. Puter-puter lagi video klip atau video perform yang udah lama, sambil sibuk nyanyi-nyanyi sendiri. Lama-lama jadi ngerasa antara si pantat dengan dudukan kursi tidak bisa dipisahkan lagi. Sudah ketemu jodohnya, begitulah kira-kira.
Lalu, tiba-tiba...,
Ada suara gresek-gresek dari pintu luar. Saya langsung terlonjak kaget.
Berikutnya, saya melompat dari tempat duduk dan berlari kencang ke arah dapur.
Coba, dong, itu masakan udah angus!
Asepnya ngepul memenuhi dapur.
Airnya habis dan meninggalkan noda hitam gosong di dalam pancinya.
Huaaa..., lagi-lagi saya yang menyebabkan noda hitam pada panci yang sama.
Hadeuh, untung banget ada suara gresek-gresek dari luar pintu itu.
Dan, sumber suara itu ternyata berasal dari anjing saya yang menggesek-gesek pintu karena bau hangusnya yang tercium sampai ke luar rumah. Mungkin si anjing pengin ngingetin saya kalau makanan untuk mereka nyaris saya buat sia-sia. Begitu bau hangusnya hilang, suara gresek-greseknya pun hilang.
Ternyata anjing saya yang bodoh itu bisa jadi pintar juga ya kalau sudah menyangkut makanan untuk dirinya sendiri. Fiuh....
Maaf, ya, dogy-dogy..., saya membuat makanan agak pahit untuk kalian, di malam itu
Monday, November 8, 2010
Dilarang Menyetir Ketika Ngantuk
Mobilnya nabrak pohon karena menyetir dalam keadaan mengantuk.
Hmm..., ini bukan postingan tentang gosip. Meski beritanya saya comot dari infotainment, tapi saya tidak ingin membahas soal gosipnya. Saya hanya ingin membahas soal menyetir mobil. Tentunya menyetir mobil yang aman dan nyaman.
Sebagai salah satu cewek yang juga bepergian mengandalkan si pingky cantik nan jelita, Karimun Estillo, saya tau benar gimana capeknya mengendarai mobil. Kebetulan mobil saya nggak matic dan saya juga nggak mau matic. Apalagi kalau menghadapi kemacetan yang memang sudah langganan di Jakarta. Jangan ditanya capeknya. Pengin nangis uring-uringan dan segera berniat punya sopir. Tapi, langsung waras begitu inget kondisi keuangan. Untunglah saat ini jam kerja saya berlawanan dengan kehidupan normal. Jadi, saya masih bisa terhindar dari yang namanya MACET.
Tapi, pulang tengah malam yang sudah menjadi langganan bagi saya ini, tentunya cukup membuat beberapa teman bertanya-tanya khawatir.
Cewek? Pulang sendiri jam 11 atau 12? Nggak ngantuk? Nggak takut?
Pertanyaan itu seperti sudah biasa dan cuma saya tepis dengan tawa. "Udah biasa...."
Awalnya, jelas saya takut, ngeri, was-was, obsesi, hot, insert, silet, ... (mulai ngawur). Tapi, rutinitas yang sama dan tidak bisa saya ganti itu akhirnya menumbuhkan rasa berani dalam diri saya. Sekarang, saya sudah tidak takut lagi kalau harus pulang jam segitu. Hanya saja terkadang saya sulit menghilangkan kantuk yang menyerang. Sehingga beberapa tips pun akhirnya berhasil saya terapkan demi mengusir paksa si kantuk ini.
1. Cekoki diri Anda dengan sebotol kopi.
Suka tidak suka, paksa diri Anda minum kopi. Seperti waktu bayi, ketika Anda sulit minum obat, orangtua Anda dengan terpaksa akan mencekoki Anda dengan obat itu. Yang penting mata bisa melek selama jam menyetir. Korbankan indera perasa Anda demi keselamatan.
2. Pasang lagu up beat tempo and do dance.
Cara ini biasanya cukup berhasil. Lagu apa saja yang Anda sukai. Asal bertempo cepat, putarlah di tape mobil Anda. Semisalnya Keong Racun atau Cinta Satu Malam. Bolehlah~ Apa pun! Dan jangan lupa latihlah gerakannya terlebih dahulu di rumah, sehingga ketika di dalam mobil dan Anda mulai diserang kantuk, Anda bisa langsung mempraktekkan gerakan tari dari lagu tersebut di dalam mobil. Nyetir sambil joget? Siapa takut?! Paling cuma diplototin sama orang yang melihat Anda.
3. Nyanyi!
Wow, ini tips paling mujarab. Nyanyi. Pasang Keong Racun. Joget. Lalu keluarkan suara Anda sampai otot-otot lehernya terlihat seperti orang ngotot. Nyanyi sekenceng-kencengnya. Teriak sekeras-kerasnya. Pakai perasaan dan anggap Anda seperti sedang melakukan mobile concert. Jurinya adalah orang yang melirik Anda dari balik kaca.
4. Makan.
Ngemil itu bukan lagi pasangan dalam nonton film. Ngemil sudah mulai selingkuh menjadi pasangan orang menyetir. Hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa kantuk yang ada. Sediakan cemilan di kursi sebelah (kalau kosong, kalau ada orangnya, suruh pegangin aja. atau suapin biar lebih mesra). Dan, ketika mulai ngantuk, ambil cemilan dengan meraupnya pakai tangan lalu masukan semuanya ke mulut. Kunyah pelan-pelan.
5. Minum.
Selama bukan minum minuman keras, silahkan saja. Bukan apa-apa, soalnya sudah ada aturan : Don`t Drive Drunk! Ini larangan keras. Sekeras minumannya. Jadi, jangan melanggar. Lebih baik minum kopi daripada minum yang lain.
Baiklah. Kira-kira begitulah tips dari saya bagi kaum-kaum penyetir. Semuanya sudah lolos quality controlnya oleh saya sendiri. Serius. Saya melakukan lima hal di atas kalau ngantuk pas lagi nyetir. Hanya saja ada hal yang belum pernah saya coba padahal ingin sekali mencobanya. Yaitu : Tidur.
Yang satu ini belum saya lakukan. Saya belum menemukan cara untuk tidur sambil nyetir.
Selamat mencoba dan tetap hati-hati pada sekeliling Anda!
Drive savely guys!
Saturday, November 6, 2010
Coffee House : Kisah Si Penulis, Calon Penulis, dan Pemilik Penerbit
Wah, sudah lama sekali saya nggak membuat review soal drama yang saya tonton, ya?! Memang sejak ngantor, pekerjaan yang satu ini sedikit saya tinggalkan. Yah, tapi barang satu atau dua jam saya selalu mencoba untuk mencuri waktu supaya bisa menonton. Hehehe~
Dan, kali ini saya datang membawa review-an sebuah drama Korea yang berjudul Coffee House. Drama bergenre romantic comedy ini berhasil membuat saya cukup betah dalam menikmati alur ceritanya yang agak panjang dan lama, tapi harus muat untuk pengemasan 18 episode saja. Alasan pertama adalah pemainnya. Hehehe~ Ehhhh..., bukan si cowok--yang entahlah siapa itu, tapi sebut saja namanya adalah Eun Jong--seorang member dan ex-leader dari idol group berjudul T-ara.
Jadi, kisah Coffee House ini berkisah seputar kehidupan penulis, Lee Jin Soo (Kang Ji Hwan), yang membawa Kang Seung Yeon (Eun Jong) menjadi seorang sekretarisnya. Si Penulis perfeksionis ini mempunya kebiasaan-kebiasaan khusus yang sulit sekali dilakukan oleh Kang Seung Yeon sebagai sekretaris yang belum berpengalaman. Sementara itu Lee Jin Soo yang menjadi penulis pada sebuah penerbitan bernama GO Publishing ini, memiliki hubungan dekat dengan pemilik penerbitan itu, bernama Seo Eun Young (Park Si Yeon). Sampai suatu ketika, mantan tunangan Seo Eun Young, Han Ji Won (JunG Woon In) ini kembali hadir dalam kehidupannya.
Begitulah kira-kira basic dari kisah Coffee House yang ditayangkan melalui channel SBS ini.
Selanjutnya bisa ditebak kira-kira kemana cerita akan bergerak.
Cinta segiempat antara Lee Jin Soo, Seo Eun Young, Kang Seung Yon dan Han Ji Won mewarnai keseluruhan episode yang ada. Diselingi dengan adegan-adegan lucu dari Han Ji Won yang agak aneh, ada juga tingkah yang diluar nalar dari seorang Lee Jin Soo yang berlabel seorang penulis misteri terkenal di Korea. Semuanya mengisi kepadatan dari cerita Coffee House dengan satu benang merah yang ada : kopi.
Tapi sayangnya, tak ada resep membuat kopi enak yang bisa di sharing pada setiap episodenya. Cuma gambaran bahwa kopi yang diminum si tokoh itu terlihat enak sekali.
Dan, sebenarnya, kalau mau dipreteli, Coffee House memiliki jalinan cerita yang cukup rumit. Satu dan lain hal saling berhubungan tapi membuat cerita terasa lebih menarik kita ke dalam kehidupan komplikasi para tokohnya.
Hanya saja banyak yang tidak begitu suka dengan drama ini.
Oke, saya akui, kesan saya tidak begitu dalam terhadap ending ceritanya yang 'hanya begitu saja' tapi cukup banyak dijumpai di beberapa drama Korea yang saya tonton. Namun, bagi saya yang penikmat drama, rasanya Coffee House bisa menjadi alternatif hiburan yang menyenangkan. Dan, saya suka akting Eun Jung yang terlihat natural. Ini pertama kalinya doi main drama, kan? Hehehe~ Saya acungi jempol buat ex-leader yang satu ini.
Jadi, bagi teman-teman yang sedang seacrhing tontonan akhir pekan, mungkin Coffee House bisa masuk menjadi salah satu must watch drama list.
Wednesday, November 3, 2010
Short Message to BoA!
For the happiest day for your life, onnie, I wanna give some short message to tell you how I do appreciate you as a singer and a dancer. It`s little bit embarrasing but this is what I feel.
Dear BoA onnie,
Wow! God is really good. He added one more year age to you.
Onnie, how have you been? How do you feel on your 24?
It's not just about the number. It's about what you've already achieved.
You also have a lot to work hard for your career and also the fans-Jumping BoA.
I really appreciate it, onnie. I know it was not easy. God knows how many tears do you dribble when tired. Do not complain, onnie. We are here to support and always encourage you.
Hope you'll always be blessed and keep fighting.
Haapy Birthday!
big hug =3
Tentang Harapan Untuk November
Banyak hal yang saya pikirkan.
Tentang masa lalu, sikap, perbuatan, pencapaian, kawan, keluarga, uhhh, terlalu banyak untuk diutarakan. Banyak hal yang terjadi, banyak hal yang lewat, tapi banyak hal juga yang menunggu.
*garuk-garuk kepala*
Apa sih yang mau saya tulis?
Keadaan kantor yang lagi sepi saat ini membuat saya tergerak begitu saja untuk merangkai kata-kata yang entah apa ini jadinya? Lanturankah? *ketawa garing*
Yah, jangan terlalu dianggap penting postingan ini. Memang tidak penting, soalnya.
Dan, tentang November ini, semoga akan banyak hal baik yang Tuhan berikan untuk kita semua. Tapi, tentang harapan, saya hanya ingin menjadi lebih dewasa lagi dalam menjalani hidup. Well, it's not just about my mood swing habits but also other things in my life.
Selamat Ulang Tahun
Saturday, October 30, 2010
Adaptasi Seperti Bunglon
Saya bukan orang yang mendapat anugerah untuk cepat dalam beradaptasi. Saya membutuhkan waktu bahkan lebih dari seminggu untuk merasa nyaman dengan tempat atau pergaulan yang baru. Saya perlu mengamati bagaimana lingkungan baru saya, apa kesukaan mereka, bagaimana cara mereka bercanda, dan lainnya. Tentu saja saya merasa perlu melakukan pengamatan itu supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam beberapa hal terutama bercanda. Kadang ada lingkungan yang terbiasa dengan candaan yang cukup kasar, tapi ada juga yang bisa tersinggung dengan satu kata 'bodoh' saja.
Tapi, sekarang saya merasa diri saya seperti terbagi dalam beberapa warna. Ya, mungkin seperti bunglon. Di satu sisi, saya merasakan sebuah kenikmatan dalam sebuah hidup. Hakakak~ lebayyyy, tapi itu kenyataan. Beraneka ragam lingkungan yang saya masuki sehingga saya merasa bertemu dengan banyak karakter yang bisa saya pelajari. Toh, intinya saya hanya harus membuat diri saya merasa nyaman dan tidak mengubah apa pun dari saya. Meskipun saya harus mengubah beberapa sikap karena tak semua lingkungan akan bisa menerima sebagian sikap saya. Hanya sekedar penyesuaian kecil.
Jadi, saya pikir tak ada salahnya kita menjadi seperti bunglon yang suka berubah-ubah tergantung lingkungan dia berada. Selama tidak mengubah kepribadian, bukankah sah-sah saja menyesuaikan diri pada lingkungan tertentu?
Bagaimana dengan teman-teman?
Wednesday, October 27, 2010
Pray For Indonesia (dedikasi untuk korban bencana)
Bencana. Lagi-lagi Indonesia harus tertimpa bencana alam. Setelah cuaca yang tak menentu telah mengirim paket berupa banjir di beberapa daerah (terutama Wasior hingga menelan korban yang banyak), kini Indonesia kembali diguncang duka mendalam atas bencana besar dalam satu hari yang datang tak diduga secara hampir bersamaan. Tsunami di Mentawai dan Meletusnya Gunung Merapi di Ja-Teng.
Ya, Indonesia sekarang sedang berduka. Sangat.
Rasanya, negri ini seperti bersahabat dengan duka. Ngilu membayangkan betapa banyaknya kejadian menyedihkan yang terjadi belakangan ini. Korban yang kehilangan nyawa, tempat tinggal, harta, keluarga, belum lagi ditambah luka trauma yang akan membekas di hati mereka. Dan, sekarang hidup mereka terlunta-lunta di tempat pengungsian. Jauh dari rasa aman dan nyaman. Jauh dari kecukupan pangan serta kebutuhan lainnya. Betapa miris jika harus melihat itu semua. Adakah hati kawan tergerak untuk membantu meski berbatasan dengan jarak?
Via twitter, saya menemukan ini :
Donasi Bencana Umum 3 BCA KCU Sudirman, no rekening 035.311223.3 a/n KAntor Pusat PMI
Via fiksiminijogja.blogspot.com :
Rek BCA a/n DOLOREA DANIEL DIAN PRASATYO -
456 0722 384
Rek MANDIRI a/n ANGELIA PRAVITA -
131 00 07791512
Mari sama-sama ikut membantu, kawan!
#PrayForIndonesia
Easy Math
Math? Oh no, this one lesson as a frightening specter for students. It difficult to memorize formulas, counting, adding the numbers until the multiplication is the reason so many students complained about the math. There are ways for parents to make her son did not have any difficulty learning mathematics in school. For example, giving their children to school tuition or find a private teacher who can help their children solve math problems. But, not to be outdone by the sophistication of technology, now without the help of the tutor or tutoring, your child's math problems will be solved. With the help of math problem solver, math difficulties faced by your child will definitely be reduced. It does not taking the time to go to the guidance. No need to spend lots of money for the cost of the tutor.
Difficult math will be fun for your child. This also applies when doing their homework. Mathematics must be one of the homework that will be difficult for your child. Maybe you did not have much time to help your child's homework. But, development era has created a math homework help that will help your child homework. Math homework help is an online tutorial that will educate your children only through the Internet. This course will provide convenience for the child.
Even for today, not only in writing an online service that can be relied upon by your child's math learning difficulties. If your child wants to ask, then this internet media also provide services to learn orally. Your child can be asked verbally by math word problems. All questions received will be directly answered quickly and your child will get a solution to the problem of mathematics.
Tuesday, October 26, 2010
Keylogger For Your Computer
Wide computer network, it will be difficult to keep track of points separate the problem. All users of this advanced technology will certainly try my best to provide protection on their own computers. Seeing this, the computer security always used to protect your pet from unwanted damage.
A variety of tools created to support the safety of your computer. Now this Brick House comes with a variety of shaped products such as USB devices to your computer comfort. It’s small and simple to facilitate users in operation.
Sunday, October 24, 2010
Jamur di Jakarta??
Macet, kendaraan yang semakin hari semakin berjubel, transportasi umum yang seenak jidatnya, orang-orang yang berlalu-lalang tanpa kenal trotoar, belum lagi banyak berdirinya bangunan-bangunan tinggi seperti sebuah trend legging yang masuk ke dunia fashion. Bangunan? Hmmm..., pembangunan apa? Dari apa yang saya lihat dan dengar belakangan, Jakarta sedang hot-hot-nya membangun mall atau apartemen. Yap, belum lama sebuah mall jadi dan diresmikan di daerah Gandaria. Tapi, di tempat lain, beberapa bangunan yang konon katanya akan menambah jumlah deretan mall pun sedang dalam proses. Tentu saja hal ini membuat saya menjuluki bahwa ada jamur di Jakarta yaitu : mall.
Saya pribadi bukan mahluk mall, meski dekat kantor saya ada tiga macam mall yang berdiri tegak (hehehe~ dari kantor ke mall tinggal buka pintu). Belum lagi jalan sedikit lagi, sudah ketemu lagi yang namanya mall. Pilihannya sih jadi banyak, tapi jadi pusing juga kalau melihat begitu banyak gedung tinggi yang kalau saya sendiri akan berpikir, buat apa?
Tujuan saya ke mall cuma terdiri atas : toko buku, bioskop atau food court. Tak lebih tak kurang. Tapi, kadang kala saya juga harus keluar masuk toko baju untuk menemani teman berbelanja. Saya sendiri? Cuci mata aja, deh. Duit saya nggak berjodoh dengan Top Shop, Debenhams atau pun Zara. Jangan ditanya harganya berapa. Yang jelas, satu kaos bisa seharga lima sampai delapan komik normal.
Mengerikan >_<
Sekarang, setiap kali berkeliling Jakarta, rasanya saya hanya berpapasan dengan gedung-gedung tinggi saja. Penuh, sesak, padat. Dan, saya mulai jengah dengan semuanya. Pusing. Saya mau lihat sawah. Saya mau lihat bebek satu genk berkeliaran. Saya mau main di sungai. Saya mau udara segar.
Saya..., kangen kampung eyang saya.
Bagaimana dengan teman-teman sendiri, apakah juga senang bergaul di mall? Atau justru memilih diam di rumah saja?
Sunday, October 17, 2010
Hi, Where Are You? Here, On Twitter.
Belakangan ini, entah kenapa jejaring sosial semakin marak saja. Friendster (yang sudah mulai ditinggalkan), Facebook, tumblr., dan yang sekarang pun heboh, Twitter. Jejaring sosial yang mengandalkan lambang burung biru ini ternyata menjadi sangat mewabah selayaknya virus yang menyerang ke semua kalangan, meski ada 1 : 1000 yang mungkin tidak memiliki akun di Twitter. Hanya dengan 140 kata, kita bisa bebas mengekspresikan perasaan, berbagi informasi atau bahkan menyampah yang tidak penting, hanya untuk sekedar eksis atau terlihat 'ada'.
Berbondong-bondong orang akan mencari follower sekaligus mem-following siapa pun melalui media dunia virtual. Bahkan bagi orang-orang pecinta dunia foto (kalau tak ingin dikatakan narsis), dengan sangat mudah mereka bisa memajang foto hasil jepretan saat itu kepada ribuan orang--tergantung berapa jumlah followers-nya. Hanya hitungan detik dan, tara~ semua pun bisa tau keberadaan, kondisi, perasaan, lokasi dan segala hal yang berhubungan dengan pribadi.
Kiprah jejaring sosial Twitter rupanya telah membuat sebagian besar masyarakat seperti sedang mencandu. Jalan ke sebuah tempat, laporan. Lagi sedih, laporan. Lagi pengin gila, laporan. Dan, mungkin lagi cari jodoh pun, laporan (hehehehe~). Rasanya tangan ini dilatih untuk tetap berjabatan dengan si tuit ini. Ponsel seperti sudah dipasang rantai dengan tangan, seperti borgol. Jika sehari saja tidak menuliskan status, mungkin rasanya seperti seharian tidak minum air putih #lebay~~
Bagi saya, kondisi seperti ini seperti menggambarkan bahwa kita hidup dalam Twitter. Dan, tak apa juga jika saya katakan "ya, saya ada di Twitter" seperti judul di atas.
Lalu salahkah jika kita mengandalkan dan hidup di Twitter??
Saya pribadi tidak pernah memandang jejaring sosial sebagai wadah yang merugikan. Yah, katakan saja seperti yin dan yang bahwa setiap hal pasti ada baik dan buruk, untung dan rugi. Tentu saya tidak membela Twitter. Tapi, tak saya pungkiri bahwa banyak informasi yang bisa saya peroleh dari jejaring yang satu ini. Informasi yang simpel, padat dan jelas karena hanya memuat 140 kata sehingga setiap orang akan dipaksa berpikir untuk memakai kata yang singkat tapi bermakna.
Melalui kotak 140 kata ini juga, saya bisa tetap berinteraksi dengan teman-teman tanpa dituntut harus me-reply dengan cepat. Apalagi koneksi Twitter sudah bisa menggunakan beberapa media seperti Echofon (yang saya pakai di komputer rumah), TweetDeck, dan media lainnya yang jauh lebih ringan daripada harus melalui web asli. Sehingga hal seperti ini cukup memudahkan orang yang mendapat siksaan dari koneksi internet yang mungkin lambat.
Sayangnya, terkadang Twitter membuat orang tidak peduli dengan sekitar. Terkadang juga dinilai seperti membuang-buang waktu atau tidak ada kerjaan karena harus "laporan" itu tadi. "Buat apa punya twitter?" Mungkin akan banyak yang berpikir seperti itu.
Sementara saya sendiri, merasa cukup berguna bisa mengandalkan Twitter, bagaimana dengan teman-teman yang juga mempunya akun Twitter?
Masalah untung dan rugi, saya rasa semuanya kembali pada diri masing-masing. Bagaimana 'dia' memanfaatkan 'hal' itu sehingga tidak menjadi sia-sia. Dan, yang terakhir, jangan lupa follow saya : @kura_jjang xDD *tetep promosiiiiii~*