Di rumah, saya memiliki sebuah pohon jambu air. Tidak tau asa muala pohon itu bisa tumbuh, yang jelas dan yang saya tau, sejak kecil pohon itu sudah hidup di salah satu sisi rumah saya. Batangnya yang kokoh membuat saya senang menyalurkan hobi panjat saya pada pohon tersebut. Tentu saja hal itu hanya saya lakukan ketika masih kecil. Sekarang, rasanya sudah bukan usia yang pantas dilihat orang sedang manjat pohon. Mungkin lebih keren kalau panjat tebing atau wall climbing, bahasa kerennya.
Dan pohon jambu itu, mengikuti musim (mungkin) selalu berbuah lebat tiap tahun. Begitu pula dengan tahun ini. Biasanya, kalau pohon jambu itu berbuah lebat, akan banyak tetangga atau orang luar komplek yang iri karena melihat matangnya buah jambu di pohon itu. Tidak seperti pohon jambu di rumah lain. Hal itu, mengundang beberapa anak-anak kampung sekitar, pemulung yang melintas atau orang yang tidak saya kenal, tergiur ingin mencicipi. Tak jarang banyak yang tidak permisi mengmbil buah ranum itu dari pohon dalam rumah saya. Kebetulan sekali ranting pohon itu menjulur ke luar pagar.
Hingga suatu hari, ketika saya melihat dua orang anak sedang berusaha memetik buah jambu dengan gigih tanpa permisi, timbul niat iseng saya.
Diam-diam saya mengendap masuk kamar adik saya, yang searah dengan pohon jambu itu. Lalu, saya bersembunyi di bawah jendela supaya tidak kelihatan dari luar. Dan dengan suara lantang saya berteriak,
"Wah, ada yang nyuri jambu!"
Iseng, sungguh. Tidak ada niat apapun kecuali iseng.
Tapi sepertinya mereka ketakutan, karena setelah memasang wajah shock sesaat, kedua bocah itu langsung kabur terbirit-birit.
Puaslah saya tertawa.
No comments:
Post a Comment