Monday, October 29, 2012

CLOSE TO YOU

Sekian lama saya nggak update, sekarang saya muncul untuk promo novel terbaru saya. Judulnya Close To You. Novel young adult ini terbilang ringan dan menjadi bagian dari proyek Kwangdae series yang diluncurkan oleh Penerbit Haru. Settingnya Korea Selatan. Berkisah mengenai seorang Indonesia yang mencari ilmu di Negri Ginseng dan bertemu dengan seseorang yang tak terduga bisa menpermainkan perasaannya.

Kebetulan, sekarang ini Penerbit Haru sedang mengadakan kuis untuk mendapatkan novel ke-5 saya itu secara GRATISSSS! Caranya cek di TL @penerbitharu / buka di Facebook saya atau penerbit haru.

Buat yang nggak ikut kuisnya, bisa mendapatkan Close To You di toko buku terdekat. Sudah beredar, kok.

Thursday, July 19, 2012

Lepaslah Penat

Ada satu tempat yang tidak terlalu jauh dari Ueda, yang katanya cukup menyenangkan untuk dikunjungi. Dengan satu jam perjalanan menggunakan kereta, maka tibalah kami di sana, Karuizawa. Udaranya jauh lebih sejuk dibanding Ueda yang panasnya seperti sauna alamiah. Kalau nggak ada angin, pasti baju saya sudah basah oleh keringat.

Tidak ada kunjungan wisata secara khusus, hanya sekedar bermain-main dengan maksud melepas penat karena udara panas dan bosan dengan kamar asrama. Karena itu waktunya pun tidak lama, meski sebenarnya ingin mengunjungi tempat wisata. Bertiga, kami mengelilingi lokasi shopping mall yang menjual beragam pakaian dan juga oleh-oleh.

Saya pribadi tidak berniat belanja, tapi tetap bisa menikmati perjalanan karena pemandangan alamnya yang indah dan udara yang sejuk. Bagi saya itu semua sudah cukup memanjakan mata saya.


Friday, July 13, 2012

Fuji Q Highland

Setelah beberapa lama tinggal di sini, akhirnya saya bisa "keluar" dari Ueda. Tepatnya, dalam rangka wisata yang diadakan oleh sekolah. Bersama seluruh siswa tahun pertama, kami bertamasya ke Fuji Q Highland, sebuah tempat hiburan yang memiliki (katanya) memiliki jet coaster terpanjang di dunia. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 4 jam dari Ueda. Melelahkan karena harus duduk selama itu dalam bus, meski biasanya saya bisa seharian duduk jika sedang menonton drama.
Tapi, perjalanan melelahkan itu terbayar juga. Dari Fuji Q bahkan bisa melihat gunung Fuji karena jaraknya yang lumayan dekat.

Selama di Fuji Q saya cuma naik tiga atraksi. Dikarenakan waktu yang terbatas dan juga jet coasternya ngeri-ngeri hahaha...

Pertama-tama datang, kami segerombolan masuk ke sebuah rumah hantu berbentuk rumah sakit yang sudah lama bangunannya. Dengan membayar ¥500 kami merasakan sensasi "dikejar" hantu. Meski paham dengan hantu bohongan, tapi rasanya tetap saja menegangkan. Apalagi lebih banyak adegan mengejutkannya ketimbang menyeramkan. Dan, sayan, saya paling lemah dengan sesuatu yang mengejutkan. Kecuali hadiah kejutan hehehe....

Berikutnya, kami sama-sama naik jet coaster yang cepatnya astaganaga... elus dada, deh! 172 km / jam!

Belum selesai rasa gemetar di kaki, semua memutuskan naik jet coaster lain yang melihat bentuknya saja sudah membuat kepala saya pusing, hahaha...

Tapi, di luar itu perjalanan wisata ini menyenangkan. Mungkin karena saya belum pernah pergi ke mana pun dan lebih banyak berkeliaran di Ueda-Sugadaira saja. Oh ya, untuk wisata ini saya juga membuat bento. Masih newbie sih jadi bentounya masih buruk rupa dan nggak seperti orang-orang yang dengan tangannya berhasil menyulap karakter-karakter lucu ke dalam kotak bekal.

Yang jelas, suatu hari nanti saya harus ke Disney Sea!

Atau..., Tokyo Tower, atau Sky Tree, atau..., hahaha....

Wednesday, July 4, 2012

Youkan (makanan khas Jepang)

Kemarin, sebagai orei (balas budi) atas Martabak Tahu yang saya buatkan, Yuri-san, membuatkan saya kue (katanya) khas Jepang.

Malam sebelumnya dia bertanya apakah saya suka dengan makanan manis. Saya cuma menjawab tidak masalah. Kenapa? Soalnya dessert khas Jepang yang dia buatkan adalah makanan manis. Yuri-san khawatir kalau saya nggak suka manis. Tapi, karena saya bilang nggak masalah, jadilah dia buatkan dessert itu. Namanya Youkan, yang kalau menurut kamus adalah sweet bean jelly.

Youkan sering dimakan sebagai dessert, katanya. Biasanya enak disajikan selagi dingin. Jenis dan ara penyajiannya juga macam-macam. Bahan pembuatnya juga bisa diganti-ganti sesuka hati. Tapi, yang Yuri-san buatkan untuk saya adalah youkan dari anko (kacang merah). Dia buatkan 2 kotak makan kecil untuk saya. Senang sekali. Rasanya juga enak banget!

Dan, ternyata tidak semanis yang saya bayangkan....

Kira-kira penampakkannya begini :



Thursday, June 28, 2012

Masak-masak

Jujur saja saya ini bukan tipe yang senang masak. Seperti yang dulu saya pernah katakan bahwa saya hanya masak demi kebutuhan perut semata. Yah, kenyataannya memang kebutuhan perut yang mendesaknya.

Semenjak tinggal di Jepang, dimana orang lebih banyak memasak sensiri ketimbang makan di luar, belakangan saya pun dituntut harus bisa memasak jika tidak ingin uang cepat habis. Masak apa saja. Bahan-bahannya beli di supermarket dengan biaya lebih murah. Apalagi kalau hoki, bisa dapat barang yang lagi didiskon. Seperti kemarin saya beli tahu cuma ¥28! Senang sekali.

Tapi, dibanding orang lain, saya masih belum jago memasak. Belakangan saja mulai melirik resep-resep mudah yang tidak terlalu repot.

Ternyata, memasak lumayan menyenangkan ya ^^

Thursday, May 31, 2012

Keputusan

Sebenarnya, saya tidak pernah menyangka kalau saya bisa menginjakkan kaki di Jepang. Saya sempat mendapat larangan dari orangtua, berhubung Jepang dan Indonesia harus ditempuh dalam 7 jam pesawat (ditambah 4 jam dari kota saya tinggal, Ueda ke Narita). Pun, harus menggunakan pesawat. Mahal. Tapi, nyatanya, disinilah saya berada. Ueda shi.

Awal mula hanya berpikir bahwa saya harus merubah nasib dan masa depan saya. Apa hal lain yang bisa saya lakukan? Apa hal lain yang masih bisa dikejar mumpung usia saya masih segini? Apa hal lain yang saya ingin lakukan tapi belum datang waktunya? Jawabannya tak ada yang lain, hanya Jepang. Berbekal studi Bahasa Jepang, saya pun nekad harus merasakan hidup di Negara tersebut. Saya ambil semua resiko, dan terbang ke Negri Sakura. Dengan satu bekal, yaitu bisa menggapai mimpi yang lain di sini.

Keputusan ini adalah keputusan yang sulit. Setidaknya bagi saya. Karena ini bukan perjalanan wisata 1 - 2 minggu, atau short term course 3 - 6 bulan. Tapi, ini lebih dari itu.

Tak sedikit orang yang khawatir. Baik orangtua, juga teman-teman. Apalagi mereka tahu benar bagaimana karakter otak saya yang punya level rendah ini. Mereka pikir, Jepang adalah negara yang keras. Setidaknya untuk karakter seperti saya. Tapi, jika saya mundur, karakter saya pun tidak akan berubah, bukan? Mimpi saya pun tidak akan bisa tercapai, bukan? Jadi, sekali lagi modal nekad pun menjadi dorongan kuat untuk tetap maju.

Ada saja pertanyaan yang tersalip di kepala, apakah saya melarikan diri? Seperti yang dilakukan salah satu teman asrama saya (dia dari Mexico dan akhirnya hanya bertahan selama 2 bulan di sini. Setelah menyadari sikapnya, dia pun memutuskan pulang). Pertanyaan semacam itu belum benar-benar bisa saya jawab dengan jelas. Kepenatan selama di Jakarta, dengan segala hiruk pikuk dan karakter manusianya, membuat saya seperti dikekang oleh tali yang kuat. Dalam hal ini, saya rasa biar waktu yang menjawab. Saya baru satu bulan di sini.

Tapi, yang jelas, saya bahagia. Sedikit demi sedikit menapaki hal baru untuk mengejar impian lain. Perlahan-lahan, saya berharap semua itu bisa saya raih, kelak.

Bagaimana pun, yang bisa saya lakukan sekarang hanyalah berusaha.
Berusaha belajar giat, berusaha bekerja dengan baik, dan berusaha menjaga sikap.

Kelak, kita tidak pernah tau apa yang akan kita capai, jika kita tidak mencobanya sekarang.



長野県上田市中央3丁目

Tuesday, May 29, 2012

"Your Welcome"

Sudah nyaris sebulan saya hidup di sini, Jepang. Tepatnya di sebuah kota kecil bernama Ueda Shi. Tak seramai Tokyo, tentu saja, tapi sebuah kota yang cukup homey menurut saya. Setidaknya saya (rasa) betah berada di sini. Meski ketika jam 8 malam, daerah sekitar tempat tinggal saya, seperti kota tak berpenghuni. Sepi.

Saya kembali menekuni bahasa Jepang. Kebetulan di tempat saya banyak orang asing dari beberapa negara. Tak jarang, bukan saja bahasa Jepang yang saya pelajari, tapi juga bahasa Spanyol dan Swedia. Yah..., tentu tak bisa banyak. Bahasa mereka itu susah sekali. Lidah saya tidak bisa mengikuti dengan baik.

Bersama orang asing inilah, suatu hari saya dan beberapa teman lainnya makan di sebuah family restoran yang cukup terjangkau. Saizeriya. Sebuah restoran pasta yang juga menyediakan menu minum sepuasnya.

Seperti kebanyakan "turis" normal lainnya, berfoto merupakan salah satu tindakan wajib dilakukan. Seorang Argentina bernama Fernandez, yang tak pernah lepas dari kameranya, mengajak kami berfoto. 1... 2... 3... chizuuuu! Sayangnya, Fernandez sendiri tidak masuk dalam gambar. Dia pun ingin bisa berfoto bersama kami. Kebetulan di sebelah meja kami ada segerombolan anak SMP sedang asik bercengkerama. Fernandez, dengan bahasa Jepang yang terbata-bata, meminta tolong anak-anak tersebut untuk memotret kami semua. Anak-anak SMP itu tampak malu-malu, tapi kemudian salah satu dari mereka bersedia membantu kami. Dia mengambil kamera Fernandez, dan setelah diberi sedikit pengarahan, kami berpose. Anak itu mulai berhitung..., 1..., 2..., 3... chizuuuu!

KLIK.

Anak itu menyerahkan kamera dengan senyum lebar ke tangan Fernandez. Kami pun spontan mengucapkan "Arigatoooo" bersamaan. Anak itu masih mengulum senyum, sampai tiba-tiba dia membalas "Your welcome" dengan wajah memerah.

Kami spontan tertawa. Anak itu pun tertawa bersama temannya.

Salah satu dari mereka berkata, "I can't speak english."

Tapi, kami sudah kembali pada makanan kami.

Monday, May 14, 2012

Pre Order Love Strom


Judul : Love Storm
Genre : Romance, Comedy
Harga : Rp 32.000 (Selama PO diskon 10%)
Sinopsis : Ada di post sebelumnya

Love Storm akan segera terbit. Tapi, buat yang mau mendapatkan bukunya lebih dulu dengan diskon 10% (belum termasuk ongkos kirim) dan tanda tangan, saya dan Fei mengadakan Pre Order alias pemesanan di awal untuk novel terbaru saya ini. Pre Order ini hanya akan dibuka sampai akhir bulan, atau dengan kata lain adalah tanggal 31 Mei 2012. Setelah tanggal tersebut, kami tidak akan menerima pemesanan lagi. Setelah semua syarat beres, maka seluruh barang akan mulai dikirim di awal bulan berikut, 4 Juni 2012.

Untuk yang mau memesan buku ini, bisa mengirimkan email ke : kaniza_16(at)yahoo(dot)co(dot)id

Jangan lupa sertakan juga nama, alamat lengkap (selengkap-lengkapnya), no ponsel/hape, dan jumlah pesanan buku. Dengan subject pada email PO LOVE STORM. Setelah mengirimkan email tersebut, akan diberi tahu cara pembayaran lebih lanjutnya.

Ongkos kirim akan dihitung melalui JNE Tangerang. Jadi, harga ongkos kirim dan status paket pun, bisa kalian cek sendiri di website JNE supaya tidak terjadi kesalahpahaman yang berarti.

Ditunggu ya, buat yang mau pesan.

Monday, May 7, 2012

Love Storm -- 러브 스토르므 --

Jreng, jreng....

Ini adalah novel terbaru yang berkolaborasi dengan Feikassy.

Love Storm.

Sebuah light novel, yang bercerita tentang fan-war dalam sebuah online fan-base. Tanpa mereka tahu bahwa di dalam kehidupan nyata mereka berdua berada begitu dekat....

Dan, inilah cover-nya.



Untuk saat ini masih dalam proses masuk ke percetakkan, jadi statusnya masih 'akan segera beredar', ya. Rencana, saya dan Fei akan membuat semacam PO (pre order) untuk buku ini. Untuk kabar selanjutnya, nanti akan saya posting lagi di blog.

Ciao~!

Thursday, May 3, 2012

L'arc - en - Ciel World Tour 2012

Kyaaaaa~~~!

Akhirnya penantian menahun pun terbayar juga. Tepatnya, kemarin, tanggal 2 May 2012 L'arc-en-Ciel membakar Jakarta!

tiket masuk (yang udah dipangkas sama mas-mas di sana)

Setelah beberapa urusan di luar konser selesai, jam tiga pun saya dan Orizuka mendaratkan kaki di Senayan. Antrian pertama adalah pembelian merchandise yang ternyata tidak menghasilkan apa-apa, karena begitu kami tiba di depan gerbang, light stick yang kami incar sudah ludes terjual. "Nanti, di dalam ada lagi," begitu kata mas penjualnya. Syukurlah.

official light stick yang (katanya) cuma dijual di tur

Dari setengah empat, kami mulai mengantri di gerbang dengan gapura bertuliskan LA concert L'arc-en-Ciel World Tour. Rasanya makin nggak sabar menanti jam delapan malam. Sayangnya, barisan penuh manusia itu, belum juga dibuka. Hingga akhirnya pukul empat. Gerbang 1 mulai dibuka. Antrian semakin mendesak. Udara panas dan pengap semakin meningkat. Kaos saya sudah mulai basah karena punggung saya terus memproduksi keringat berlebih.

dapet kartu ini pas mau foto di booth LA lights

Masuk gerbang 1, kami bisa sedikit bersantai. Beli minum dan foto-foto dikit. Maksudnya biar bisa 'pamer' di Facebook kalau kita nonton Laruku (begitu sebutan singkatnya). Tak butuh waktu lama, kami memulai lagi antrian menuju gerbang venue. Antrian mengular. Sempat terjadi adu mulut dan teriakkan karena beberapa nyerobot. Entahlah. Kejadian persisnya saya nggak lihat. Dan, nggak begitu mudeng juga. Panitia nggak tersebar ke semua titik.

ini wristband untuk masuk venue

Antri, antri..., akhirnya sampailah di gerbang venue. Panggung yang berdiri megah langsung jadi sorotan. Sayang, selama satu jam menunggu acara dimulai, panitia nggak ngasih hiburan macam-macam. Sehingga ketika jam mulai menunjukkan pukul delapan kurang, semua Cielers kompak meneriakkan nama L'acr-en-Ciel. Yah, nggak ada efek apa-apa. Wong, belum jam delapan. Kekeke~

Dan, yak....

Jam delapan juga. Big screen mulai menampilkan gambar-gambar yang terakhir ditutup dengan gambar wajah Hyde yang tampan itu (astagaaaaa, tatapannyaaaa). Dan, berikutnya....

Nozomi nakushita yoona shimetta sora e to
mune no oku ni himeta chikai o ukabeta

Ibaraki no Namida

Suara Hyde langsung menggema ke seantero Lapangan Senayan. Cielers langsung berteriak. Saya pribadi, saking terharunya dengar suara itu, sampai hampir nangis. Suara Hyde begitu jernih, mendayu, berat, meliuk seksi dengan falsetto-nya yang bisa mengajak pendengarnya hanyut. Ah..., bahkan ketika menuliskan ini, hati saya masih tersentuh. Baik live atau recorded version, suara Hyde tetaplah sama. Sama sekali tidak berbeda. Indah selalu. Memanjakan telinga saya. Apalagi kalau dia menyanyikan lagu-lagu ballad. Jadi jangan salah kalau dia menjadi salah satu inspirasi saya membuat novel (Autumn Christmas).

Kembali ke TKP, posisi saya memang kurang menguntungkan. Festival premium, tapi tata letak venue yang datar, membuat penonton belakang kesulitan melihat jelas idola mereka itu. Yang saya lihat pertama kali justru adalah Ken, si gitaris. Setelah bisa nyelip-nyelip dikit, akhirnya Hyde yang mungil namun kece itu bisa tertangkap mata. Saat itu, saya benar-benar tersihir. Saya baru tau kenapa ada orang bisa bengong begitu terpesona dengan seseorang. Saya mengalaminya. Jangankan saya, cowok-cowok di samping saya tak urung berdecak kagum pada lirikan mata Hyde yang begitu tajam. Satu cowok di belakang juga kerap berkata, "Tetsu ganteng!"

Intinya, keempat personil itu, berhasil menyihir fans masing-masing dengan penampilan mereka.

Ada beberapa hal yang kocak.

Ken :
"Jakarta panas gila! Makanya kemaren gua berenang."
"Di sini ada yang pake bikini?"
"Gua beli oleh-oleh buat Hyde di Pasar Raya." (Hadiahnya berupa wayang golek dan suling --yang saya berhasil lihat)

Hyde :
Mau niup suling, tapi karena nggak tau caranya, dia seperti ingin mengemut suling dengan posisi tegak. Setelah Ken kasih tau (dalam bahasa Jepang), Hyde baru menemukan posisi yang benar, yaitu disejajarkan dengan bahu. Dia berhasil meniup. Tapi, nggak ada nada.

Tetsu :
"Gua suju dari Korea."
"Ada yang mau pisang gua? Ada yang mau jilat lolipop gua?" (Di setiap konser Tetsu, si basis, selalu melempar pisang)

Yukihiro :
Dia nggak ngomong. Cuma main drum aja. Padahal saya mau dengar suaranya.

Hal yang paling romantis adalah, saat personil Laruku sedang istirahat sebentar di backstage. Kita yang tidak sabar menunggu kelanjutan konser, mulai gusar. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba dengungan lagu berjudul ANATA langsung mengisi udara.

mune ni itsu no hi ni mo kagayaku
anata ga iru kara
namida karehatetemo taisetsu na
anata ga iru kara


Dan, terus..., terus..., tiba-tiba hujan tipis turun dengan sendirinya. Begitu terus, sampai akhirnya semua personil kembali muncul di panggung dan akhirnya menyanyikan lagu ANATA itu. Bagian reffrain dinyanyikan bersama, sementara light stick menari di atas kepala Cielers.

Begitu lagu selesai, hujan pun hilang. Sungguh, keajaiban.

Terakhir, Hyde sendiri yang berkata dalam bahasa Indonesia, kalau Laruku akan kembali ke Jakarta. Astagaaaa.... Semoga kali itu saya bisa dapat yang VIP.

Monday, April 23, 2012

Perjalanan di Jeonju dan Jinan

Dari Jeju, perjalanan kembali ke Gimpo dan kemudian menginap semalam di Hongdae, Seoul. Selama semalaman, saya dan teman saya, menyaksikan NANTA--acara musikal yang menggabungkan martial art dengan masak-memasak.

Besoknya, menggunakan free shuttle bus, kami mengunjungi Jeonju. Kota di luar Seoul yang terkenal sama bibimbap-nya.

Karena masih termasuk kota kecil, banyak orang lanjut usia yang kurang begitu ramah terhadap turis dikarenakan tidak bisa berbahasa inggris. Tapi, ada anak muda yang bersemangat ngomong bahasa inggris dan membantu kami, meski susunan katanya kacau. Apalagi logatnya.

Di Jeonju inilah, kami nonton ke bioskop. Filmnya berjudul This Means War. Bioskop Korea ternyata punya studio yang bertingkat, tapi tempat duduknya kurang nyaman. Subtitlenya? Tulisan Hangeul. Saya berusaha keras biar bisa memahami bahasa inggris si bule-bule itu.

Besoknya lagi, kami pergi ke Jinan. Disanalah kami mendapat penampakan salju. Girangnya luar biasa, cenderung norak--malah. Maklum, seumur hidup cuma merasakan hujan dan panas. Di Jinan, kami mendaki bukit. Sayang, isinya orang lanjut usia semua. Padahal udaranya enak. Capek, sih. Tapi, sementara yang lain menggunakan pakaian hiking, cuma kami berdua yang paling trendy dengan mantel dan baju rapih.

Karena waktu tidak lagi cukup, kami kembali ke tempat pemberhentian free shuttle bus dan pulang ke Hongdae, Seoul.

Thursday, April 19, 2012

Korea in Picture 2










Ini adalah potongan lain dari Jeju Folk Village, dimana lokasi tersebut banyak dipakai untuk K-drama. Yang paling terkenal adalah Jang Geum.

Di Jeju, transportasi menggunakan bus. Tidak ada subway seperti di Seoul. Tapi, busnya nyaman, kok. Bayarnya menggunakan kartu atau cash yang dimasukkan ke dalam kotak di pintu masuk.

Bus di Jeju tidak akan menunggu hingga isinya penuh.

Bus di Jeju punya jam-jam kedatangan di tiap halte. Jadi, tidak perlu khawatir apakah ada bus lewat atau tidak. Cuma, tulisannya pakai Hangeul, jadi harus bisa baca. Atau kira-kira sajalah, nggak usah terlalu mahir.

Saya sempat bingung dengan jalanan di Jeju. Ada sebuah persimpangan (yang dibilang orang sana sebagai bundaran, padahal nggak ada bundaran apa-apa, cuma jalannya memang banyak cabang saja sehingga di bagian tengahnya mirip bundaran), dimana tidak ada lampu lalu lintas. Sewajarnya persimpangan di Jakarta, pasti akan mengalami kemacetan. Tapi, di sana tidak sama sekali. Mobil, sepeda motor dan bus yang melintas persimpangan itu selalu berhati-hati melintas. Lihat kanan-kiri. Jalanan pun tetap teratur.

Pengendara bus pun sopan. Pernah bus yang saya tumpangi menyerobot mobil polisi tanpa sengaja. Dia langsung menundukkan kepala dan jalan begitu saja. Tidak ada yang marah atau menggunakan kekuasaan sebagai polisi untuk bertindak. Saya rasa mereka punya toleransi yang tinggi.

Jalanan di Jeju lebar dan sepi. Kalau bukan lampu merah, kendaraan hampir tidak pernah tersendat. Jadi, perjalanan lama pun bukan karena macet. Tapi, karena memang kilometernya jauh.

Hmmm..., oh ya, angin di Korea itu kering dan dingin. Jadi pelembab wajah dari Indonesia tidak akan menolong. Kulit akan tetap kering. Karena itu sebaiknya membeli satu produk pelembab di gerai kosmetik di sana (ada banyak dan termasuk murah), tapi bisa bawa pelembab bibir dari Indonesia, Nivea. Itu ampuh menahan keringnya udara di sana.

Sekian dulu untuk Jeju.

Thursday, April 5, 2012

Korea in Picture 1

Kemarin saya sudah janji, ya, mau berbagi soal liburan di Korea Selatan. Saya pikir, biarkan gambar yang berbicara. Maka ini adalah tak seberapanya dari kepingan yang berhasil saya abadikan untuk dikenang. Inilah Korea Selatan, dimulai dari bagiannya. Pulau Jeju.

Kepingan Jeju-do dari view finder saya!





Pada Akhirnya Membandingkan...

Setelah berminggu-minggu mencampakkan si blog, akhirnya saya mau posting lagi. Mood sudah kembali, kesadaran sudah menghentak lagi. Saya kangen nulis blog.

Jadi, dua minggu kemarin saya sempat berlibur ke Korea, kawan. Tapi, cerita mengenai liburan itu belum saya posting. Untuk sekarang saya cuma mau memberi komentar untuk sebuah film yang saya tonton kemarin ini. Pergi ke bioskop itu pun berkat ajakan teman, yang kalau tidak diajak, saya tidak akan pernah nonton film ini meski di twitter ramai dibicarakan sebagai salah satu film yang konon katanya keren. Berulang kali saya lihat, wabah film ini memang meracuni di time line saya. Dan, akhirnya kemarin saya pun menontonnya. Itulah Hunger Games. Yang pada akhirnya membuat saya keluar dari bioskop dengan perasaan datar.

Kenapa?

Pertama-tama, saya pribadi tidak membaca bukunya. Saya murni nonton karena ajakan. Ada, sih, sedikit rasa penasaran karena orang di time line ramai membicarakannya. Tapi, tidak sepenasaran itu sampai membuat saya dengan sukarela atas niat sendiri datang menontonnya.

Teman saya bilang, Hunger Games itu seperti sebuah movie dari Jepang berjudul Battle Royale. Tunggu, jangan protes dulu. Hanya ide generalnya saja, kok. Saya tidak bilang ada unsur kesamaan persis. Ide general mirip, tentu bukan hal besar, kan? Saya penyuka film Battle Royale. Sadis. Tegang. Syok. Dan, segala rasa yang memacu adrenalin (meski saya penakut) dihadirkan dalam film itu. Iming-iming kalau Hanger Games mirip dengan Battle Royale membuat saya merasa kalau saya akan menyukai Hunger Games. Saya pun duduk tenang dalam bioskop. Lampu mulai dimatikan. Layar lebar mulai menampakkan gambar pembukaan. Saya mulai menyimak.

Oke, sepertinya menegangkan.

Tapi, sejurus kemudian saya berubah pikiran. Saya menanti ketegangannya semakin bertambah dibanding pembukaannya. Sayang, saya tidak mendapatkan hal itu. Sebaliknya, saya merasa datar. Saya pun berusaha sabar untuk menanti titik yang membuat mata saya tidak berkedip.

Sampai di tengah cerita lebih, dimana saya sudah mulai merasa bosan dengan duduk yang sambil menahan pipis (saya agak malas ke toilet kalau sedang menonton, kecuali filmnya bisa di-pause), saya cuma mendapat setengah ketegangan dari adegan pertempurannya. Bagi saya, pertempuran semacam itu seperti mengganjal. Sepertinya nanggung. Ketika sudah hampir mencapai puncak, mood tegang itu kembali diturunkan. Apalagi dalam film, sepertinya tokoh utama terlalu banyak mendapat luck (atau mungkin karena pin mockingjay itu?). Chemistry antar tokoh utamanya pun tidak sampai pada saya, membuat saya cuma sekedar mengaggumi tampang mereka yang memang tampan dan cantik. Dan, yang paling membuat saya kecewa adalah aturan dari Hunger Games yang diubah-ubah terus. Itu cukup mengganggu saya. Setidaknya saya menuntut penjelasannya yang tak kunjung ada. Maaf, untuk para fans Katniss Everdeen dan Peeta Mellark (saya sendiri suka dua orang ini, cakep-cakep, bok!).

Akhirnya, tiga puluh ribu melayang untuk sesuatu yang tak sesuai ekspetasi. Meski kata teman saya seharusnya saya membaca bukunya terlebih dulu. Di sana segala penjelasan yang mungkin saya harapkan, ada tertulis. Sayang, bukunya tak saya baca. Dan, ditambah lagi, mungkin karena genre film ini untuk remaja, maka beberapa kesadisan yang saya harapkan tadi (karena dibandingkannya langsung dengan BR) terpaksa dihilangkan. Entahlah.

Dan, begitu keluar dari bioskop, saya malah merindukan Battle Royale.

Sebuah film lama (2000) yang menceritakan tentang murid kelas sembilan yang harus saling membunuh di sebuah pulau terpencil. Hanya satu yang boleh pulang. Dan, dialah pemenangnya. Kira-kira begitulah garis besarnya.

Mirip, kan?

Coba saja tonton. Jangan meringis. Karena tidak akan ada adegan tanpa darah. Hihihi.

Friday, March 9, 2012

Menyentuh Titik Personal

Mengambil sebuah keputusan adalah sebuah bagian dari hidup masing-masing orang. Entah jaman yang berarus cepat ini sulit diterima atau karena banyak pikiran yang terkungkung untuk bertahan pada konservatif, nyatanya satu sama lain masih punya kecenderungan untuk sulit saling memahami. Biasanya, tanpa embel-embel status yang jelas dan kedudukan berkelas, orang hanya akan mencibirkan bibir mereka. Kemudian rentetannya menyambung di bagian belakang, menjadi kasak-kusuk yang tak jelas. Ini jaman merdeka, Bung! Bukan lagi masanya RA. Kartini. Menghargai keputusan yang orang lain buat bukan dengan melengkungkan bibir ke bawah. Apakah Anda yang akan menjadi penjamin masa depan?

Belakangan, saya pribadi merasa risih ketika ada yang berusaha menyentuh titik personal saya. Tanpa bisa saya cegah, saya merasa risih. Saya sendiri juga tidak tahu kenapa. Saya merasa lebih nyaman mengukungnya sendiri tanpa perlu orang lain tahu. Dan, mohon maaf jika ada yang berusaha mengubek-ubek personal saya, maka saya tidak bisa melayani dengan lebih baik. Sabarlah. Saya memang begitu. Ada petak-petak yang bukan jangkauan bagi orang-orang tertentu. Karena saya tak pernah tau apa dampaknya jika orang itu tau mengenai seluk beluk diri saya. Kepuasankah yang dicari? Silahkan hubungi 14045 kalau begitu.

Monday, March 5, 2012

家政婦のミタ ~kaseifu no mita~


Salah satu drama Jepang yang mau saya review kali ini adalah "Kaseifu no Mita" yang artinya adalah pengurus rumah tangga bernama (keluarga) Mita. Menceritakan tentang sebuah keluarga yang baru saja kehilangan sosok Ibu untuk selama-lamanya. Ada empat anak dan seorang suami yang kesulitan untuk mengurus diri mereka karena terbiasa mengandalkan Ibu. Hingga akhirnya menyewa jasa seorang (semacam) pembantu rumah tangga--kalau boleh dibilang--melalui agen. Adegan pertama langsung dibuka oleh sosok Mita yang stand by di depan rumah keluarga Asuda. Begitu pukul tujuh pas, Mita-san langsung menekan bel dan memperkenalkan diri sebagai pengurus keluarga tersebut. Sampai di sini merasa tidak ada yang spesial? Tunggu dulu. Mita-san memang pengurus keluarga yang handal. Dia bisa membersihkan rumah dengan baik, menyiapkan sarapan yang enak-enak, tapi hati-hati memberi perintah kepadanya. Mita-san akan melakukan apa pun yang majikannya perintahkan. APA PUN. Termasuk jika majikannya menyuruh Mita-san untuk membunuh!

Semula, anak-anak Asuda tidak percaya sampai mereka membuktikannya sendiri dan mulai ketakutan dengan sosok dingin Mita-san. Dan, jika diperhatikan lebih jauh, Mita-san adalah sosok yang tidak punya ekspresi. Dia bahkan tidak pernah mencoba mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. Tapi, semakin lama bersama Mita-san, anak-anak Asuda merasakan adanya sosok lembut di balik wajah baja Mita-san. Hingga mereka semua secara tulus ingin membantu Mita-san terlepas dari jerat masa lalunya yang menyebabkan sosok Mita-san berubah menjadi seperti robot itu. Terutama karena Mita-san telah membantu menyelesaikan intrik masalah dalam keluarga Asuda, tentu dengan caranya sendiri.

Sampai suatu ketika, anak bontot Asuda bernama, Kii, meminta Mita-san untuk menjadi Ibu mereka. Mita-san yang merasa masih berada di bawah 'bayaran' keluarga Asuda pun, menurut saja terhadap permintaan Kii.

Jadi, Mita-san benar-benar jadi Ibu mereka, kah?

Drama bersambung keluaran NTV (Kanto) dibintangi oleh salah satu artis yang punya bakat luar biasa, yang juga adalah istri dari Takashi Sorimachi (kalau yang nonton Onizuka, pasti tau cowok ini), yaitu Matsushima Nanako. Drama ini memiliki rating yang membuat saya tercengang, karena angkanya terus melonjak, hingga di akhir episode (ke-11), ratingnya mencapai 40%! Karenanya pun, drama ini telah menyabet penghargaan dalam banyak kategori di Television Drama Academy Award.

Saya memang mengakui kalau akting Matsushima Nanako sangat hebat. Dalam karakternya sebagai Mita-san, dia berhasil membuat sosok yang begitu dingin, tapi justru jauh di dalam dirinya dia sangat sangat rapuh. Sisi itu juga berhasil menyentuh saya. Drama ini memang punya alur cerita yang menarik, tipikal drama Jepang yang selalu punya "pesan" untuk penontonnya. Meski di satu sisi saya merasa ada sesuatu yang mengganjal. Maklum, di Indonesia apa sih istimewanya punya pembantu rumah tangga. Sudah banyak cerita mengenai majikan jatuh cinta pada pengurus rumah tangganya sendiri, bukan? Hehe, tapi Jepang tidak demikian. Punya pembantu itu seperti sesuatu yang mewah, katanya. Lagipula, ending drama ini tidak akan seperti yang Anda bayangkan, kok. Percaya deh.

Yang jelas, hal itu tidak menjadi masalah besar. Karena pada kenyataannya drama ini memang sukses.

Thursday, March 1, 2012

Astaga! Sudah Maret

Saya nggak tau, apa ada efek atau memang semua menjadi tidak begitu terasa? Masa' tau-tau sudah bulan Maret! Busettt. Saya tidak berkembang, tapi bulan terus maju pantang mundur. Saya masih menunggu, bulan sudah bergerak jauh. Waktu benar-benar terbang, ya.

Sekarang sudah Maret. Bulan ke-3 di tahun 2012.

Saya tak berharap banyak. Hanya dimuluskan sehingga lebih baik dari bulan kemarin. Dan, saya juga berharap penantian saya bisa berbuah manis.

Gonna gonna go! March! Yohoooooo~~
Hwaiting!

Tuesday, February 28, 2012

Gantungan...



foto diambil dari sini

Belum saatnya. Belum waktunya untuk dirinya turun. Waktu masih bergembira menggantung seseorang pada posisinya. Tidak ada kata maju atau mundur, apalagi mandek. Tersapu angin, terbilas panas, terhanyut dalam lamun.

Kapan waktu saya, Saudara?

Kapan saat yang tepat untuk saya berpijak, Saudara?

Waktu tidak bisa memberi jawaban kalau kata-kata tidak menjadi jembatan antara dua kepala. Dan, lelah tidak akan menjadi kambing hitam diantaranya. Janin bernama gelisah pun berbuah. Sementara waktu akan menjadikannya tumbuh seperti seorang anak.



Tertanda,
saya--si kamera.

Screening Movie L'arc-en-Ciel



Ada yang pernah dengar nama grup band L'arc-en-Ciel? Band asal Jepang yang namanya sudah melebar ke seluruh penjuru dunia, tak ketinggalan Indonesia. Digawangi oleh Tetsu, Hyde, Ken dan Yukihiro. Meski sudah menjelang usia 'terlalu matang' aka tua, tapi om-om ini masih punya karisma akan kegantengannya.

Tahun lalu, sempat terdengar kabar mengenai screening movie band ini. Waktu itu saya berpikir, screening movie? Movie opo to? Mengingat Laruku adalah band. Sempat tercetus dalam benak saya. Oh, mungkin semacam film dokumenter, ya. Tiketnya dijual secara luas seharga IDR 100.000 di XXI. Katanya, tiket sold out (untuk pemutaran siang). Saya berdecak kagum. Harganya lumayan juga, ya. Setara pemutaran premier. Tapi, karena kebetulan waktu itu saya berhalangan, pun informasi yang saya peroleh kurang memadai, akibatnya saya melewatkan acara itu. Hmm, kalau dipikir-pikir, saya justru tidak terlalu menyesal.

Kenapa?

Karena ternyata film yang dimaksud adalah pemutaran rekaman konser mereka di Jepang dalam rangka perayaan 20 tahun usia L'arc-en-Ciel.

Karena ternyata video itu saya download (tanpa sengaja) melalui IDWS (dengan kapasitas yang cukup besar dan membuat saya empot-empotan).

Karena pada akhirnya film itu kembali diputar secara gratis melalui sebuah acara JPOP Culture yang kemarin baru saja diadakan oleh mentri kebudayaan dan ekonomi kreatif bersama kedutaan Jepang di Indonesia.

Intinya, pada akhirnya saya nonton juga. Hehehe. Anggap sebagai pemanasan sebelum versi live-nya akan muncul di Stadion GBK pada tanggal 2 Mei mendatang. Doakan semoga promotornya benar-benar berhasil membawa para om-om ganteng itu ke Jakarta, yaaaaa. Jangan sampai batal. Saya kepingin denger Hyde bilang, "Terima kasih, Indonesia" (atau apa, kek, dalam bahasa).

http://lockerz.com/s/184887014

Sunday, January 29, 2012

!@#$%^&*()!@#$%^

Kenapa judulnya begitu?
Sebab ada banyak benang kusut yang tak bisa diurai begitu saja. Salah satunya adalah mengenai hubungan emosional diantara manusia. Seperti cinta, pelurusannya pun menggunakan beragam banyak cara untuk bisa menjadi susunan yang jelas.

Ini hanya sebuah pemikiran yang mendadak muncul setelah beberapa hal yang saya alami. Bahwa manusia secara emosional itu ternyata membuat segalanya begitu rumit.

Menjadi seseorang yang terikat dengan orang lain secara emosional, tentu membutuhkan ketangguhan yang luar biasa. Bagaimana caranya menerima situasi yang membawa pada saat-saat sulit, atau pun sebaliknya. Hati harus bisa belajar untuk menerima dengan sukarela dan memaklumi, atau pasrah dengan luka yang tergores. Secara sepihak, saya memilih untuk menghindari soal keterikatan emosional itu. Karena saya termasuk salah satu orang yang selalu menggunakan emosional dalam segala hal. Ketika sesuatu atau seseorang sudah masuk dalam ruang lingkup hati yang terdalam, semuanya justru bisa menjadi bumerang bagi saya ke depannya. Kecewa menjadi hal yang tak terelakkan lagi. Lain hal ketika berusaha meletakkan penjaga di gardu depan, supaya semua yang keluar masuk bisa terdeteksi kapasitasnya, maka kadar kecewa dan kebahagiaan bisa kita tentukan sendiri.

Saya percaya tak ada yang bisa menyakiti hati kita kalau bukan kita sendiri yang membiarkannya. Saya belajar untuk apatis. Bukan untuk hidup pada dunia sendiri. Tapi, supaya mampu mengendalikan diri, yang bisa menjadi liar sewaktu-waktu. Maka jika dibelah, mungkin hati itu akan memiliki bagian-bagian tertentu, seperti peta. Dan, belakangan akhirnya saya menyadari dengan baik, bahwa ketika kita membiarkan rasa itu masuk ke titik terlemah hati kita, maka dengan iklas kita telah membiarkan diri kita akan terluka suatu waktu. Tidak ada orang yang akan menyakiti kita jika dia bukan orang yang memiliki hubungan emosional dengan kita. Dan, semua itu karena kita sendirilah yang membiarkannya menyentuh bagian terlemah dari manusia, hati.

Just a random post :D

Friday, January 27, 2012

Dia Hebat

"Saya pesan bukunya, ya. Mau baca."
"Oh, boleh. Nanti kasih tau alamatnya saja, biar bisa dikirim."
"Kalo saya ambil ke rumah, boleh?"

Begitulah kira-kira awal mula yang membawa saya bertemu langsung dengan Rina. Sebelum pertemuan itu, saya hanya mengetahui sosoknya dari sebuah foto dalam artikel (yang saya lupa, haha, maaf ya). Tapi, tentu foto dan asli tidak bisa disamakan begitu saja. Dan itu terbukti begitu saya akhirnya menemukan rumah sederhana itu di sebuah komplek perumahan yang sebenarnya tak terlalu jauh dari rumah saya.

Dengan ramah, Rina dan Ibunya menyambut saya. Dengan senyum lebar, saya pun masuk ke dalam rumah dan menemukan sosok Rina yang duduk di sofa. Mulanya pangling, karena yang saya lihat di dalam foto adalah Rina yang berjilbab. Sementara ketika dia ada di rumah, Rina tidak mengenakan jilbabnya. Nyaris saya pikir salah alamat, hahaha. Saya duduk di sofa, dekat Rina. Agak kagok, memang. Selain karena ini pertemuan pertama kami (dan selalu begitu ketika bertemu dengan orang lain untuk pertama kalinya), saya juga merupakan salah satu orang yang tidak pernah bersinggungan dengan penyandang disabilitas. Buat saya, perkenalan dengan Rina ini seperti memperluas bidang hidup saya. Dan, tentu saya merasa bersyukur bisa diperkenalkan dengan orang ini.

Di dalam kekurangannya, Rina bahkan telah menelurkan satu buku! Hebat, ya. Saya sudah beli dan baca. Cerita yang sederhana dan juga membuat saya terenyuh. Di bukunya yang berjudul Believe in You atau Kimi o Shinjiteru ini, Rina seperti ingin memberi tau banyak orang bahwa memiliki kekurangan pada fisik, bukan berarti tidak memiliki semangat hidup layaknya orang biasa.

Buat yang mau tau juga dengan buku Kimi o Shinjiteru ini, boleh loh dipesan di nulisbuku.com.

Monday, January 23, 2012

Tahun Baru Cina, Tahun-nya si Naga

Setelah (katanya) postingan yang berat kemarin, sekarang saya hanya ingin membahas hal yang ringan kok, seringan kapas yang ditiup akan ikut melayang ke udara yang membimbingnya. Halah. Hahaha. Jadi, topik ringan kali ini adalah mengenai tahun baru Cina yang juga disebut Lunar Year.

Tenang, saya nggak berniat meramal mengenai tahun naga, atau membeberkan fengshui sepanjang tahun 2012 ini, atau apa pun yang berhubungan dengan aura-aura yang bahkan tak bisa saya raba. Saya cuma ingin mengucapkan selamat melangsungkan perayaan tahun baru yang memang hanya dirayakan oleh minoritas penduduk Indonesia. Saya sendiri terjebak dalam kata merayakan dan tidak. Dalam artian, tetap akan ada acara kumpul saudara, tetap akan ada pembagian jatah uang (lumayan untuk nambah penghasilan), dan tetap akan makan mie goreng (biasanya sih kalau bukan mie, pasti bakut). Tapi, secara makna perayaan yang sebenarnya, dengan ornamen-ornamen merah yang menghiasi sudut rumah, saya sama sekali tidak pernah melakukannya.

Bahkan kalau mau dipikir ulang, nyaris tak pernah ada penampakkan khusus untuk menyambut sebuah momen-momen yang muncul satu tahun sekali. Tidak juga untuk Natal--bahkan.

Pada hakekatnya, semua itu hanya seperti tradisi turun menurun yang dilakukan dalam keluarga saya. Tentu saja, tidak melakukannya sekali, akan membuat sesuatu terasa janggal.

Jadi, karena itu saya tetap ingin mengucapkan :
GONG XI FA CAI
Buat semua teman yang merayakannya, ya.

Semoga di tahun Naga ini, kita bisa mencapai mimpi-mimpi.

Sunday, January 15, 2012

Menghargai Orang Lain

Manusia itu memang banyak tipenya. Dengan catatan sebagai mahluk sosial, manusia tentu tidak bisa bergerak sendiri. Setiap orang pasti saling membutuhkan, itulah kenapa sejak jaman masih berseragam putih merah, kita sudah diajarkan untuk saling tolong-menolong. Sayangnya, banyak yang tak paham dengan arti tolong-menolong dan bersikap seolah-olah hanya dialah yang menjadi objek utama dalam tolong-menolong itu. Dia lupa, bahwa setiap manusia punya urusan, masalah, kegiatan, pikiran dan tenaga masing-masing. Dia dan kita tidak sepantasnya memaksakan kebutuhan pribadi di atas akses tolong-menolong itu sendiri.

Salah satu member Zonk Sister, Kuntari, melalui akun twitternya mengatakan :
Tapi membantu adl berusaha memberi pertolongan semampu kita, bukan membantu sampai keinginan org lain tercapai, spti harapannya.
https://twitter.com/#!/niratisaya

Saya sangat setuju sekali dengan kalimat itu. Sedikit banyak menghentakkan saya pada satu peristiwa dimana seseorang pernah memanfaatkan "bantuan" yang pernah saya janjikan padanya, dengan bersikap seenaknya. Saya kerap kali bertanya, dimana pergerakkannya selain hanya menyerang saya bertubi-tubi dengan "kalimat"? Terkadang saya menyayangkannya saja. Padahal dengan beberapa usaha kecil yang bisa dilakukan, tentu bantuan atau apa pun itu, akan menjadi lebih menyenangkan. Kita tidak saling merugikan juga. Dan tidak akan ada satu pihak yang merasa terbebani. Saya melakukan porsi saya, sementara dia juga melakukan porsinya. Adil, bukan?

Tolong jangan salah paham. Bantuan itu bukan berarti dilakukan dengan setengah iklas, atau tidak iklas. Tapi, lagi-lagi saya harus katakan bahwa ada batasan bernama privasi yang dimiliki setiap orang dan menjadi hak asasinya. Kita tidak hanya hidup untuk dan karena orang lain, tapi juga diri sendiri. Hal ini saya katakan dengan sebuah catatan situasi dimana seseorang itu berada. Dalam artian, pada situasi tertentu, dimana memang tidak ada satu cara lain yang bisa seseorang lakukan untuk menggapai harapannya, barulah kita turun tangan sepenuhnya.

Sunday, January 1, 2012

Selamat Tinggal 2011

Akhirnya datang juga si tahun 2012!
Kalau melirik lagi ke tahun 2011, dan dirunut-runut lagi, ternyata ada banyak hal yang saya alami di tahun 2011. Thanks God for blessed the year.

Hm, saya mau mencoba mengulik memori tentang apa yang saya alami.

1. Saya mengalami indahnya berteman dengan anak-anak dari tim O Channel.
2. Saya mengambil keputusan resign dari O Channel dan melanjutkan pada track saya yang seharusnya, yaitu bahasa Jepang.
3. Ternyata Tuhan Yesus tidak membuat saya diam begitu saja, karena Tuhan memberikan jalan lain dengan bergabung bersama Zonk Sister untuk mengerjakan skrip Nilai Kehidupan di Trans Tv.
4. Saya mulai belajar bahasa Jepang lagi.
5. Saya menonton konser KIMCHI dan berhasil melihat cowok masa depan saya berdiri di atas stage, baca : Kyuhyun *dilempar golok*
6. Saya dapat tiket Fantastik Kpop, tapi tidak bisa datang dikarenakan deadline If You Were Mine ini. Sedih sih, untung JYP Nation yang datang. Jadi saya tidak begitu menyesal.
7. Saya memilih masuk ke dalam sebuah lembaga kursus bahasa Jepang untuk bekerja.
8. Saya mendapat pengalaman berinteraksi langsung dengan beberapa orang Jepang.
9. Saya mengikuti kegiatan di Japan Foundation untuk persiapan Noryouku Shiken.
10. Saya mencoba menjalani bisnis, tapi gagal.
11. Novel If You Were Mine pun lahir.
12. Saya menonton konser 2PM. Thanks to Edwin Joo, admin Koreanupdates.
13. Konser CNBLUE "BLUE STORM" batal dan sampai sekarang masih menunggu refund money.
14. If You Were Mine kuis dan saya mendapat kabar bahwa novel ini telah cetak ulang, bahkan kurang dari sebulan. Kembali bersyukur penuh pada Tuhan Yesus atas keajaibannya.
15. Terakhir, saya harus mengambil sebuah keputusan besar berkaitan dengan hidup saya ke depannya.

Banyak hal yang tak terduga terjadi di tahun 2011. Tentu saja semua hal itu tak terlepas dari kuasa Tuhan Yesus. Dan, ketika mencoba menelusuri kembali, saya sampai tercengang dengan berkah Tuhan yang begitu melimpah.

Semoga begitu juga dengan tahun 2012.

Melalui postingan ini, saya juga ingin mengucapkan :
"SELAMAT TAHUN BARU, TEMAN"
May God always bless us~ ^ ^