Showing posts with label kataku. Show all posts
Showing posts with label kataku. Show all posts

Thursday, May 3, 2012

L'arc - en - Ciel World Tour 2012

Kyaaaaa~~~!

Akhirnya penantian menahun pun terbayar juga. Tepatnya, kemarin, tanggal 2 May 2012 L'arc-en-Ciel membakar Jakarta!

tiket masuk (yang udah dipangkas sama mas-mas di sana)

Setelah beberapa urusan di luar konser selesai, jam tiga pun saya dan Orizuka mendaratkan kaki di Senayan. Antrian pertama adalah pembelian merchandise yang ternyata tidak menghasilkan apa-apa, karena begitu kami tiba di depan gerbang, light stick yang kami incar sudah ludes terjual. "Nanti, di dalam ada lagi," begitu kata mas penjualnya. Syukurlah.

official light stick yang (katanya) cuma dijual di tur

Dari setengah empat, kami mulai mengantri di gerbang dengan gapura bertuliskan LA concert L'arc-en-Ciel World Tour. Rasanya makin nggak sabar menanti jam delapan malam. Sayangnya, barisan penuh manusia itu, belum juga dibuka. Hingga akhirnya pukul empat. Gerbang 1 mulai dibuka. Antrian semakin mendesak. Udara panas dan pengap semakin meningkat. Kaos saya sudah mulai basah karena punggung saya terus memproduksi keringat berlebih.

dapet kartu ini pas mau foto di booth LA lights

Masuk gerbang 1, kami bisa sedikit bersantai. Beli minum dan foto-foto dikit. Maksudnya biar bisa 'pamer' di Facebook kalau kita nonton Laruku (begitu sebutan singkatnya). Tak butuh waktu lama, kami memulai lagi antrian menuju gerbang venue. Antrian mengular. Sempat terjadi adu mulut dan teriakkan karena beberapa nyerobot. Entahlah. Kejadian persisnya saya nggak lihat. Dan, nggak begitu mudeng juga. Panitia nggak tersebar ke semua titik.

ini wristband untuk masuk venue

Antri, antri..., akhirnya sampailah di gerbang venue. Panggung yang berdiri megah langsung jadi sorotan. Sayang, selama satu jam menunggu acara dimulai, panitia nggak ngasih hiburan macam-macam. Sehingga ketika jam mulai menunjukkan pukul delapan kurang, semua Cielers kompak meneriakkan nama L'acr-en-Ciel. Yah, nggak ada efek apa-apa. Wong, belum jam delapan. Kekeke~

Dan, yak....

Jam delapan juga. Big screen mulai menampilkan gambar-gambar yang terakhir ditutup dengan gambar wajah Hyde yang tampan itu (astagaaaaa, tatapannyaaaa). Dan, berikutnya....

Nozomi nakushita yoona shimetta sora e to
mune no oku ni himeta chikai o ukabeta

Ibaraki no Namida

Suara Hyde langsung menggema ke seantero Lapangan Senayan. Cielers langsung berteriak. Saya pribadi, saking terharunya dengar suara itu, sampai hampir nangis. Suara Hyde begitu jernih, mendayu, berat, meliuk seksi dengan falsetto-nya yang bisa mengajak pendengarnya hanyut. Ah..., bahkan ketika menuliskan ini, hati saya masih tersentuh. Baik live atau recorded version, suara Hyde tetaplah sama. Sama sekali tidak berbeda. Indah selalu. Memanjakan telinga saya. Apalagi kalau dia menyanyikan lagu-lagu ballad. Jadi jangan salah kalau dia menjadi salah satu inspirasi saya membuat novel (Autumn Christmas).

Kembali ke TKP, posisi saya memang kurang menguntungkan. Festival premium, tapi tata letak venue yang datar, membuat penonton belakang kesulitan melihat jelas idola mereka itu. Yang saya lihat pertama kali justru adalah Ken, si gitaris. Setelah bisa nyelip-nyelip dikit, akhirnya Hyde yang mungil namun kece itu bisa tertangkap mata. Saat itu, saya benar-benar tersihir. Saya baru tau kenapa ada orang bisa bengong begitu terpesona dengan seseorang. Saya mengalaminya. Jangankan saya, cowok-cowok di samping saya tak urung berdecak kagum pada lirikan mata Hyde yang begitu tajam. Satu cowok di belakang juga kerap berkata, "Tetsu ganteng!"

Intinya, keempat personil itu, berhasil menyihir fans masing-masing dengan penampilan mereka.

Ada beberapa hal yang kocak.

Ken :
"Jakarta panas gila! Makanya kemaren gua berenang."
"Di sini ada yang pake bikini?"
"Gua beli oleh-oleh buat Hyde di Pasar Raya." (Hadiahnya berupa wayang golek dan suling --yang saya berhasil lihat)

Hyde :
Mau niup suling, tapi karena nggak tau caranya, dia seperti ingin mengemut suling dengan posisi tegak. Setelah Ken kasih tau (dalam bahasa Jepang), Hyde baru menemukan posisi yang benar, yaitu disejajarkan dengan bahu. Dia berhasil meniup. Tapi, nggak ada nada.

Tetsu :
"Gua suju dari Korea."
"Ada yang mau pisang gua? Ada yang mau jilat lolipop gua?" (Di setiap konser Tetsu, si basis, selalu melempar pisang)

Yukihiro :
Dia nggak ngomong. Cuma main drum aja. Padahal saya mau dengar suaranya.

Hal yang paling romantis adalah, saat personil Laruku sedang istirahat sebentar di backstage. Kita yang tidak sabar menunggu kelanjutan konser, mulai gusar. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba dengungan lagu berjudul ANATA langsung mengisi udara.

mune ni itsu no hi ni mo kagayaku
anata ga iru kara
namida karehatetemo taisetsu na
anata ga iru kara


Dan, terus..., terus..., tiba-tiba hujan tipis turun dengan sendirinya. Begitu terus, sampai akhirnya semua personil kembali muncul di panggung dan akhirnya menyanyikan lagu ANATA itu. Bagian reffrain dinyanyikan bersama, sementara light stick menari di atas kepala Cielers.

Begitu lagu selesai, hujan pun hilang. Sungguh, keajaiban.

Terakhir, Hyde sendiri yang berkata dalam bahasa Indonesia, kalau Laruku akan kembali ke Jakarta. Astagaaaa.... Semoga kali itu saya bisa dapat yang VIP.

Monday, December 12, 2011

Merancang Masa Depan

Siapa pun pasti ingin menapaki masa depan dengan bahu tegak dan mata bersinar cerah. Tak ketinggalan saya. Membayangkan sosok saya akan lebih baik lagi, lebih memiliki nilai, di tahun depan. Sayangnya, semua itu masih ada di khayalan. Baru sampai pintu depan, belum disuruh masuk apalagi duduk nyaman.

Tapi, sepertinya masa depan itu kurang bersahabat pada saya. Setiap kali saya meraba, dia pasti menghindar. Jadilah, saya seperti kehilangan arah. Padahal sebentar lagi tahun akan segera berganti. Ketika ditanya soal resolusi tahun 2012, maka saya serasa mati kutu. Jika sudah begitu, maka saya akan menyudutkan sikap tak tegas saya.

Seandainya ada obat penyembuh untuk ketidaktegasan ini, saya mau beli.

Bagaimana dengan teman sendiri?
Sudahkan merancang resolusi untuk tahun depan?

Saturday, December 10, 2011

Masih Misterius

Kalau kata orang, hidup itu banyak hal menariknya. Ada teka-teki, ada kejutan.

Di sisi inilah saya bertemu dia.
Sebenarnya, kalau sekarang dikatakan sebagai teman, saya akan menyanggah kuat-kuat. Kami, saya dan dia, masih murni stranger. Orang asing. Tapi, entah karena isi kepala saya penuh dengan imajinasi atau karena tertarik pada detail yang sebenarnya bagi sebagian orang tidaklah penting, sampai sekarang saya masih sedikit takjub. Atau kalau mau disederhanakan, terheran-heran.

Semua itu dimulai ketika saya mulai mengikuti kelas Simulasi Ujian Kemampuan Bahasa Jepang yang diadakan di Japan Foundation. Awal-awal kelas, memang tak ada sesuatu yang menarik kecuali beberapa kosakata baru yang saya dapatkan (yah, memang itu, kan, slaah satu tujuan kelas ini dibuka). Di minggu ke sekian, saya juga masih berhadapan dengan situasi yang sama. Hanya saja, waktu itu dalam perjalanan menuju tempat parkir yang letaknya di Plaza Senayan, saya harus melihat punggung seseorang yang berjalan lebih cepat beberapa meter di depan saya. Yang saya sadari kemudian bahwa orang itu adalah salah satu peserta kelas.

Saya akui, saya datang ke kelas itu setiap minggunya, hanya untuk belajar. Saya tidak menjalin pertemanan, saya juga tidak banyak bicara dengan siapa pun. Murni karena memang ingin belajar saja. Jadi, ketika saya disuguhi punggung dari orang yang setiap minggunya ada di kelas yang sama, saya tetap menjaga jarak dan memilih diam. Apalagi dia juga melakukan hal yang sama. Dia hanya diam, meski saya tau dia sempat menoleh ke arah saya. Mungkin berpendapat sama. Oh, siswa dari kelas yang sama.

Kejadian berikutnya, berlangsung sewajarnya. Saya datang ke kelas. Dia juga datang ke kelas. Saya sibuk melamun sebelum kelas mulai, dia sibuk dengan mencari teman ngobrol. Yang jelas bukan saya. Tapi, entah kenapa, keberadaannya tetap mendapat tempat di mata saya.

Hingga akhirnya saya sempat absen tidak masuk kelas karena sakit.

Waktu itu saya sama sekali tak berpikir apa pun. Bahkan secuil tentang dia pun tidak. Saya hanya terbaring di rumah, memikirkan bagaimana saya menyia-nyiakan satu jam setengah yang bisa saya gunakan untuk mempelajari materi Noryouku Shiken. Untungnya, pihak Japan Foundation tetap memberikan muridnya kopian materi, meski yang bersangkutan tidak masuk hari itu. Jadilah, minggu berikutnya, saya menagih hak saya itu.

Seusai kelas, saya mendekati Sensei, bermaksud meminta materi. Ada satu anak lain dan juga dia, yang maju ke meja Sensei. Saya pikir mereka berdua hanya ingin diskusi dengan Sensei. Tapi, yang saya dengar adalah (terutama dari dia) bahwa mereka sakit.

Saat itu saya sebenarnya sedikit bengong.

Kok, bisa, ya, sakitnya barengan?

Dan, demi materi itu, kami pun terpaksa menunggu Sensei mengkopikan lembaran materi. Tapi, diantara saya dan dia tetap tak terjalin obrolan. Dia hanya sibuk mondar-mandir. Saya sibuk, mengobrol dengan beberapa cewek yang ada di sana. Biar begitu, saya bisa merasakan bahwa ada kalanya mata kami bertemu.

Selesai semua kejadian-kejadian itu, saya pun tak banyak berpikir lagi. Yang ada dalam kepala saya cuma cara menghapal kanji. Apa sebaiknya saya menelan ampas kanji yang sudah dibakar, atau dalam kondisi mentah-mentah. Tapi, saya tidak memilih keduanya. Saya milih pasrah. Hingga harinya tiba. Pagi itu saya bangun terlalu pagi. Bersiap-siap dan langsung menembus udara dengan kendaraan. Saya paksakan diri menelan dua porsi kopi, cuma demi membuka pori-pori otak.

Jalanan masih lengang. Saya juga tiba satu jam lebih cepat dari waktu yang diharuskan. Sampai di Kampus Unsada, saya langsung mencari ruangan sesuai dengan kartu ujian punya saya. Di sana, saya sempat bertemu teman. Ngobrol sedikit, tanpa mengungkit si kanji atau bunpou apa pun. Lalu, saya memutuskan untuk kembali ke tempat duduk saya saja. Mungkin sisa waktu akan memaksa otak saya mengingat sedikit grammar yang bisa saya bawa.

Saat itulah, kelas mulai ramai. Tak ada yang mengejutkan saya, kecuali dia. Dia masuk ke kelas yang sama dengan saya, tampak mencari-cari nomor kursinya, dan....

Dia mendaratkan pantat di kursi di sebelah saya!

Spontan saya melongo. Ini mungkin lebaynya saya, ya. Tapi, tanpa bisa saya kendalikan, saya merasa ada sesuatu yang pantas ditertawakan, meski tidak lucu, juga pantas dipertanyakan, meski tidak akan ada jawabannya. Apa pun itu, saya merasa ada sesuatu yang menggelitik.

Ditambah lagi, setelah tujuh kali kami saling tau keberadaan masing-masing, tanpa sekali pun bicara, akhirnya saat sebelum ujian itulah dia baru menyapa saya. Ya, cuma sapaan basa-basi dan mengobrol sedikit, sebelum akhirnya kembali serius dengan persiapan ujian. Karena tegang, saya pun mengacuhkan dia. Terpaksa, kok. Soalnya, meski saya berusaha membaca kembali materi yang ada, otak saya keburu tersumbat.

Mungkin bagi orang lain, entah apanya yang layak untuk dipikirkan, apalagi dipertanyakan. Tapi, bagi saya, ada sesuatu yang menggoda saya untuk memikirkan hal ini. Bukan, bukan karena ada perasaan atau apa. Ini tidak mencapai tahap semacam suka. Hanya saja, benar-benar karena saya merasa ada sesuatu yang..., ah, saya nggak tau bagaimana mendeskripsikannya dalam kata-kata. Bahkan saya sendiri tidak berencana menuliskannya dalam blog. Cuma, tanpa saya bisa jelaskan juga, tiba-tiba otak saya sudah memerintahkan untuk menuangkannya ke dalam bentuk tulisan.

Yang jelas, dia itu adalah hal misterius yang mengejutkan dalam pengalaman saya.

Dan, saya senang mengalaminya.


note :
Kalau dia sampai baca tulisan saya, saya cuma mau bilang 'hai' saja, kok. Hahaha. Saya memang nggak tau mau bilang apa sama dia.

Haruskah saya beberkan namanya? Inisial mungkin -E-

Saturday, December 3, 2011

GAP Antara Sekolah

Dalam rangka menyelesaikan urusan kode booking yang sempat hilang, saya mampir ke kantor teman saya yang adalah sebuah sekolah bertaraf internasional. Hal pertama yang menjadi reaksi saya cuma satu : tercengang! Berkali-kali rasanya saya menggumamkan, "Wow, sekolahnya keren banget." Gedungnya terdiri dari sepuluh buah, berdiri di tanah seluas lima hektar. Gedung itu mempunyai masing-masing tema, begitu juga dengan fungsinya. Bahkan ada gedung khusus olahraga, taman luas yang sangat cantik, kolam renang, taman bermain bahkan taman pasir!

Kebetulan, gedung yang pertama kali saya injak adalah bagian perpustakaan.

Luar biasa. Saya kembali dibuat tercengang dengan interior gedung yang dibuat dengan sangat nyaman. Guru-guru asing (bule) berkeliaran dalam balutan kaos polo dan celana jeans, atau tipe baju yang sangat santai. Koleksi bukunya, terdiri dari beberapa bahasa yang ditata dengan sangat apik.

"Lo tunggu sini, ya."
Kata teman saya. Saya pun mengiyakan dan duduk di salah satu sofa dengan deretan bantal yang empuk, yang kalau benda itu ada di perpustakaan SMA jaman saya, sudah bisa ditebak nasibnya, yaitu menampung cowok-cowok yang ingin tidur di atasnya.

Sambil bermain ponsel, saya pun duduk dan menunggu teman saya yang masih harus 'mencari peluang untuk misi besar kami'. Saat saya sedang anteng duduk, rupa-rupanya anak-anak seusia SD muncul dari ujung lorong. Anak-anak kecil dengan berbagai rupa fisik. Ada yang bule tulen, ada yang terlihat asia, bahkan keindia-indiaan (eh, ini asia juga ya, hehehe). Rupanya mereka sedang menikmati waktu istirahat (berhubung saat itu jam 12 siang).

Sekumpulan anak cowok, mengelilingi meja. Lalu seorang cowok lagi, datangm sambil membawa laptop. Dia berkata, "I bring my laptop." Ups. Sementara cowok-cowok di sana sibuk, ada seorang gadis kecil yang saya rasa keturunan Korea, duduk di sebelah saya sambil membuka laptop (ada gambar apel kegigitnya, loh). Saya perhatikan apa yang akan dilakukan gadis kecil itu dengan laptop secanggih itu (huhu, saya aja masih pake windows *untel-untel cacing*). Dari ekor mata saya, laptop yang tampak kebesaran dari ukuran pahanya itu, menampilkan sebuah browser. Dari sana, si gadis cilik itu membuka sebuah situs dan tau-tau muncul bilangan-bilangan dengan tanda penjumlahan. Saya masih memperhatikan. Tangan si gadis kecil bergerak-gerak. rupa-rupanya dia sedang berkejaran dengan waktu untuk menjawab semua soal berhitung yang disajikan website tersebut!

Saya cuma bisa ngurut dada. Menatap iri pada laptopnya, sambil memuji kelakuan si gadis cilik yang memanfaatkan internet dengan sangat baik di sela waktu istirahatnya.

Singkat cerita, saya selesai melakukan misi dengan teman saya. Tentu saja saya bermaksud untuk pulang. Tapi, kemudian teman saya itu menawarkan 'tur' keliling sekolah. Di sanalah saya baru tau dengan semua isi gedung. Bahwa sistem pelajaran di sana menganut 'moving class' sehingga begitu melihat ruang kelas yang ada, tak jarang saya menjumpai kelas kosong. Tapi, ternyata dengan sistem pelajaran di sana, tak mustahil membuat satu anak mendapat pelajaran private dari guru yang ada. Tak heran, ketika saya mengetahui biaya yang harus dikeluarkan untuk menyekolahkan anak di sana. Duh, mahalnya bener-bener mahal. Per tahunnya, biaya bisa mencapai ratusan juta.

Kemudian, beberapa hari yang lalu, saya menonton Kick Andy. Hari itu temanya tentang pengajar muda. Tentu teman-teman sudah tau apa itu pengajar muda, kan? Yang belum tau bisa cek ke http://indonesiamengajar.org/

Para pengajar muda ini dikirim dengan misi mencerdaskan anak bangsa. Tak tanggung-tanggung mereka dikirim ke pelosok negri yang memiliki sekolah dengan fasilitas amat kurang. Boro-boro sepuluh gedung, satu gedung saja itu pun sangat seadanya. Berlapiskan kayu-kayu. Boro-boro ada lapangan bermain dan olahraga yang terpisah, ada lahan kosong saja mungkin mereka sudah senang.

Menyaksikan kenyataan ini, rasanya miris sekali.

Kenapa GAP itu rasanya begitu jauh sekali?

Note : Saya nggak bisa memasang foto sekolah internasional itu karena saya bukan sedang mempromosikan sekolah tersebut, juga tidak sedang menghinadina. Saya cuma orang awam, yang kebetulan menyaksikan bahwa memang kesenjangan yang bagai langit dan bumi itu ternyata benar-benar ada. Dan, ternyata itu sangat menyesakkan.

Monday, November 28, 2011

I HATE MONDAY (?)

I HATE MONDAY!
Sebenarnya kasihan si Monday. Kenapa ya dia selalu dibenci? Sementara weekend menjadi hari yang selalu didewa-dewakan. Lalu, nasib Selasa, Rabu, Kamis, Jumat…?

Kita memang kembali beraktifitas pada hari Senin setelah mengambil istirahat pada (kebanyakan) hari Sabtu – Minggu. Mungkin diantara kita ada yang harus kembali bertautan dengan yang namanya stress dan deadline kerjaan. Atau mungkin justru Senin merupakan hari pemeriksaan? Apa pun itu, tak ada cara lain untuk menghindari Senin. Sejujurnya, saya juga bukan orang yang mengkotak-kotakkan hari. Saya tak pernah membenci Senin, tetapi kadang stereotip yang diberikan untuk Mr Monday ini membuat saya ikut sedikit malas menghadapi Senin.

Terutama ketika saya masih bekerja di televisi.

Saya rasa semua itu mulai berubah, ketika saya memilih untuk tidak menjadi karyawan kontrakkan yang harus Sembilan jam (formalitas) berada di kantor. Saat menjalani hidup sebagai orang yang tak mengenal kapan waktu kerja, kapan waktu bersenang-senang, kapan deadline datang, Mr Monday justru menjadi hal yang tidak bisa saya mengerti. Bahkan di hari ini, Senin 28 November 2011, saya yang kebetulan bangun pagi, langsung membersihkan rumah dan melanjutkan kegiatan dengan menonton Dorama berjudul Nankyoku Tairiku (nanti saya mau bahas, ah). Kemudian, saya keluar rumah hanya untuk mengantar paket buku If You Were Mine ke JNE (buat yang beruntung kemarin, selamat menantikan datangnya si buku ya).
Selanjutnya, saya dan seorang teman menyusun plot untuk cerita kami dan saya kembali menonton, kali ini Variety Show yang banyak disukai orang—Running Man. Selesai itu baru saya memanfaatkan me time (rasanya satu hari selalu menjadi me time hahaha) untuk menulis ini itu. Salah satunya ya untuk postingan blog ini, hahaha.

Sejauh ini, Senin yang saya lalui terasa menyenangkan, di satu sisi membosankan memang hahaha. Kalau Senin kamu bagaimana, teman?

Friday, November 25, 2011

Pengumuman Pemenang Kontes 'If You Were Mine'

Memilih lima itu nggak gampang. Saya harus baca berkali-kali. Masalahnya, semua karya yang datang adalah karya yang cantik. Belum lagi kejutan-kejutan kecil dari tiap tulisan teman-teman, yang membuat saya tersenyum. Saya harus membacanya dalam beberapa tahap untuk memastikan bahwa memang karya itulah yang memiliki semacam 'nyawa'--yah, seenggaknya begitu menurut saya, hehe. Tapi, tidak hanya itu. Karena karya yang memiliki 'nyawa' pun ternyata banyak. Saya pun kembali mempertimbangkan hal lain, yaitu cara pandang yang dihasilkan dalam tulisan tersebut.

Tapi, pada akhirnnya saya memang harus memilih lima karya (untungnya lima, coba kalau tiga, bisa makin pusing saya) yang ingin saya hadiahi novel terbaru berjudul 'If You Were Mine' ini.

Dan, ini lima orang beruntung yang akan saya kirimi novel.
Mbak Elsa
Dea A Putri
Melody
Io Rea Eurifaessa
Leanita

Buat yang namanya belum ada di lima pemenang ini, bukan berarti karyanya tidak bagus. Semua itu terpaksa harus dibelakangkan karena beberapa faktor di atas. Tapi, jangan langsung kapok apalagi berkecil hati, ya. Saya masih berencana akan mengadakan kuis lagi, kok.

Sementara buat yang namanya ada di atas, tolong kirimkan nama, alamat lengkap dan nomor telepon untuk mempermudah pengiriman barang, ke email saya di kaniza_16@yahoo.co.id

Sekali lagi, terima kasih untuk partisipasi teman-teman sekalian (yang luar biasa) dan selamat untuk para pemenangnya ^ ^

Sampai ketemu di kuis selanjutnya~~

Thursday, November 24, 2011

Kontes Selesai

Tadinya agak pesimis kalau kontes ini akan ada yang ikut mengingat tingkat keaktifan saya di dunia perbloggan sudah mulai berkurang. Tapi, ternyata..., wow~~ nggak nyangka kalau bakal banyak yang ikut kontes ini. Terus terang saya terharu dan merasa terkejut juga dengan karya-karya teman sekalian yang diluar dugaan. Saya sampai berdecak kagum karena mendapat kejutan itu. Saya sangat berterimakasih untuk partisipasi teman-teman sekalian.

Untuk yang belum ikutan, lain kali coba bergabung ya, hehe.
Untuk peserta harap menunggu pengumuman dengan sabar karena saya harus menentukan siapa pemenangnya. Pemenang akan saya umumkan secara resmi pada hari Jumat tanggal 25 November 2011 sekitar pukul 12 siang.

Masalah kuis atau kontes tidak akan berakhir di sini saja. Saya masih akan merencanakan beberapa kuis lain, tapi masih belum tau apakah khusus blog atau justru via Facebook atau twitter. Apa pun yang bisa menjadi alat untuk berkreasi.

Dengan ini kontes If You Were Mine resmi saya tutup.
Sampai ketemu di kuis berikutnya~~~


Facebook : Clara Canceriana
Twitter : @kura_jjang

Sunday, October 2, 2011

Resep Membuat Hiyayakko

Lapar? Tapi, nggak punya cukup uang untuk membeli fast food yang tinggal telepon saja itu? Tenang, tenang. Selain mie instan atau nasi goreng telor ala kadarnya, ada juga camilan sehat yang jauh lebih bergisi dan cukup mengenyangkan--menurut saya (setidaknya untuk satu dua jam ke depan). Ya, salah satu camilan dari Jepang bernama Hiyayakko atau hmmm, apa ya, yang panganan ringan ini berbahan utama tahu sutera.



Cara membuatnya sangat mudah (bahkan saya pernah berbagi resepnya via twitter).

Pertama, siapkan satu potong tahu sutera atau tahu Jepang yang teksturnya memang halus. Ada banyak jenisnya di supermarket besar. Bisa pilih yang berbentuk kotak atau bundar. Kemarin ini saya pakai yang bundar (sisa dari bahan miso sop), tapi kalau mau mengikuti gambar yang ada, silahkan beli yang dalam kotakkan. Pilihlah sesuai selera.
Lalu taruhlah di kulkas, hingga lebih terasa dingin.

Kedua, siapkan daun bawang yang bersih dan cantik. Iris tipis dan sesuai selera. Kalau mau memakai jumlah yang cukup banyak, silahkan saja. Digunakan untuk toping.

Ketiga, siapkan shoyu atau kecap Jepang (saya suka banget dengan shoyu, rasanya enak dan asin tapi tidak terlalu gurih. yang jelas citra rasa jepangnya terasa sekali).

Keempat, keluarkan tahu dari kulkas dan potong sesuai dengan selera. Tahu tidak perlu lagi dimasak atau direbus.

Kelima, tata tahu di mangkuk atau piring kecil. Taburkan irisan daun bawang, lalu siram dengan shoyu secukupnya saja. Sesuai selera saja.

Alternatif toping bisa juga menggunakan tomat yang diiris, gyuri atau timun, wakame, wasabi, daging ham, atau bahkan jagung manis. Terserah saja.

Hiyayakko ini diajarkan oleh sensei orang jepang. Waktu itu kami pernah dibuatkan makanan ini untuk camilan. Rasanya sangat lezat. Entah kenapa makan empat potong tahu saja sudah membuat saya kenyang.

Hiyayakko ini juga biasanya disantap saat musim panas. Karena rasanya yang dingin, sehingga terasa segar. Jangan heran soal tahu yang tak perlu lagi dimasak (tenang, saya masih sehat walafiat dan belum masuk rumah sakit karena diare, kok). Saya sendiri pertamanya kaget melihat sensei itu mencomot langsung potongan tahu dan memakannya tanpa khawatir.

Yang jelas, makan makanan ini sama sekali tidak bikin penyakit.
Serius, saya jadi pengin bikin Hiyayakko lagi.

Monday, July 25, 2011

Kisah Bogor, 24 Juli 2011

Hari itu Minggu. Dan, semua kejadian itu terjadi karena ini : http://thejuly24.com/

*silahkan dibuka jika berkenan, dijamin bikin iri*

Jadi, tanggal 24 Juli 2011 itu adalah hari pernikahan salah satu teman (x) kantor saya. Mulanya saya dan teman saya novie berniat untuk tidak berangkat dikarenakan tidak adanya kendaraan. Tetapi, memang rejekinya si pengantin, jadi ada saja jalan untuk berangkat ke sana. Meski saya harus mengendarai mobil yang lebih besar dibanding mobil yang biasa saya pegang. Bersama Vivi, berangkatlah kami bertiga ini menuju BOGOR. Perjalanan diiringi tawa, walau macet pun jadi tak terasa. Malah kami sempat berhenti untuk membeli kopi di rest area jalan tol. Tak peduli dengan gaun yang kami kenakan, yang penting kopi!

Setelah selesai mencari si sumber kafein demi mengganjal mata, kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi yang ada di link tadi. Sedikit nyasar tak jadi persoalan. Sayangnya kami tiba di tempat saat acara sudah menjelang detik-detik akhir. Seluruh rekan (x) kantor bahkan sudah duduk-duduk santai, tampak siap untuk pulang namun enggan. Saat kami bertiga datang, langsung disambut dengan foto bersama. Namun, tak ingin melewatkan santapan, kami bertiga yang terlambat ini pun segera masuk ke ruang resepsi dan menghampiri pelaminan. Tibalah kami berhadapan dengan si pengantin yang terlihat bahagia. Berbalut kebaya cantik berwarna ungu tua, kami bertiga menyampaikan ucapan selamat (basa-basi :P) dan dilanjutkan dengan tahap paling sakral di atas pelaminan, yaitu..., foto bersama pengantin hohoho. Hikmah di balik datang terlambat adalah kami mendapat kehormatan untuk foto bersama pengantin secara eksklusif (eh..., atau terbalik, ya xD). Dan untungnya kami pun masih bisa menyantap makanan yang sudah nyaris berada di titik penghabisan. Setidaknya, kami bisa makan siang, itu saja.

Selesai acara, kami pun memutuskan untuk menyambangi beberapa tempat yang enak di Bogor. Maksud hati menghibur diri dari stres, dengan wisata ke Kebun Raya (masa bodoh dengan gaun), apa daya musibah pun datang.

Mobil yang saya bawa tiba-tiba mengeluarkan asap ngebul. Dan begitu mendadak, pendingin udara pun mengeluarkan hawa panas!

Panik- - - -

Untung, sebelumnya kami sempat janjian dengan dua orang teman : Mawan dan Tutu. Sebagai laki-laki satu-satunya yang hadir, kami memutuskan menjadikan Mawan sebagai tumbal untuk memeriksa apa yang terjadi dengan mesin. Jujur, saya buta total soal mesin. Kesimpulan pertama : air radioator kosong. Tetapi begitu diisi, ternyata luber. Lalu, datanglah teteh berbaju putih, Tutu, yang membawa fakta bahagia bahwa Ayahnya punya bengkel! Setelah sebelumnya menelpon Toyota yang tak bisa membantu, akhirnya Tutu pun bertransformasi menjadi Peta. Dia menunjukkan arah menuju bengkel Ayahnya. Sampai di sana, Avanza pun mendapatkan penanganan darurat. Diagnosa oleh sang ahli yang butuh waktu beberapa detik saja, menyatakan bahwa tali vanbel (atau gimana nulisnya) putus! *tepok jidat*

Tali itu harus dibeli di toko spare part dimana butuh waktu untuk mencarinya. Dengan belalang tempurnya, Mawan pun menawarkan diri. Tapi, saya maksa ikut. Akibatnya dengan gaun yang terkewer-kewer, saya duduk kaku di motor melintasi pasar. Agak aneh dengan pemandangan itu, tapi sudah tak peduli lagi. Saya pun sudah acak-acakkan. Apalagi Mawan pun juga tampak tergesa dikarenakan ada berita bahwa toko tersebut akan tutup pukul 4 sore. Sementara jarum jam terus bergerak, dan motor masih melaju di jalanan--mencari-cari si toko bernama Duta (sesuatu). Begitu tiba di tempat jarum jam menunjukkan pukul 4 lewat, dan..., toko masih buka! Senangnya....~~ Seperti mendapatkan bendera untuk bisa melanjutkan perjuangan, kami segera kembali ke bengkel. Begitu tiba di bengkel, betapa terkejutnya saya karena bengkel sudah ramai. Bukan, bukan pengunjung. Tapi, itu teman-teman dari mobil lain yang ternyata menghampiri mobil kami! Terharunya saya melihat teman-teman ada di sana~~~

Ternyata saya tidak kesusahan sendiri.

Akhirnya selama bapak mekanik mengerjakan tugasnya dengan baik, saya dan teman-teman yang lain bercanda ria. Ada, sih, satu dua kali celetukan kata "segmen" atau "jaga malam" tercetus dari bibir mereka. Jelas langsung mendapat sorakan. "Udah di Bogor, ngomonginnya masih kerjaan juga?!"

Singkat cerita, mobil pun selesai. Semua kembali normal. Pendingin udara. Temperatur. Ah~~ senangnya. Dan, semakin senang begitu tau ada dua pahlawan lain yang mau membantu kami para gadis yang lemah ini : Om Yudha dan Mas Ario yang bersedia bergantian menyetir untuk kami *makin terharu* Ditambah lagi sebelum perjalanan pulang itu, kami pun diajak makan di salah satu resto bernuansa alam, Gurih 7. Pssssttt~~ ditraktir! Yah, maklum~~ besok alias hari ini kan gajian xD

Perjalanan pulang memang lebih menyenangkan karena berisiknya. Sayang, macet luar biasa menyerang, hingga kami berisitirahat sejenak sambil meneguk kopi hangat (lagi). Tapi, sisanya ternyata tol masih bisa dikatakan lancar. Sampai akhirnya kami harus berpisah.

Ah~~ memang pengalaman itu, mulanya panik namun berujung pada ketenangan. Karena ada banyak orang di sekitar saya.

Terima kasih ya, teman-teman~~ ^^
Kita akan segera bertemu lagi di pernikahan selanjutnya xD *yang jelas bukan saya*



PS OOT : ada yang tau kenapa blog yang saya follow tiba-tiba hilang semuanya?? TT____TT

Tuesday, July 19, 2011

Rumput Tetangga Tidak Lebih Hijau??

Pepatah macam "rumput tetangga memang selalu terlihat hijau" sudah seringkali kita dengar. Pun, ditambah lagi sebuah produk rokok menggunakan tema tersebut untuk komersial mereka. Hanya berbeda penyusunan kalimat untuk tagline-nya. Namun, intinya tetap saja sama.

Ada yang tidak pernah berpikir bahwa rumput tetangga selalu terlihat hijau?

Saya (mungkin) salah satu yang paling sering berpikir demikian. Bukan hal mudah saat pikiran macam itu datang menghampiri. Saya harus kerja keras membuai diri sendiri dengan berbagai masukan positif yang mampu membuat saya bertahan. Entah sampai kapan. Saya tau pemikiran macam itu adalah salah, karena tidak seharusnya membiarkan "dia" berkeliaran di benak saya. Padahal, pikiran yang sudah terkontaminasi dengan bakteri negatif, akan merusak seluruh jaringan sel dan efek buruknya bisa merambat sampai kemana-mana. Dan pikiran merupakan sugesti yang paling kuat untuk menentukan apakah hidup seseorang akan berjalan baik atau sebaliknya. Namun, tetap saja terasa sulit dan seakan-akan butuh tenaga ekstra untuk menyembuhkan bakteri-bakteri pengganggu itu.

Ini bukan mengenai hal bersyukur atau tidak bahagia dengan diri sendiri. Saya pribadi lebih merasa karena terlalu banyak hal yang saya pikirkan sekaligus dalam satu wadah. Saya juga jadi berpikir, ah..., jadi di titik inilah saya merasa benar-benar hidup. Dan, hidup itu memang keras. Susah. Banyak pertimbangan yang bisa menyeret saya pada hal-hal yang sebenarnya tak ingin saya lakukan. Salah satunya pemikiran macam ini.

Serius. Saya bukan tidak bahagia. Justru saya bahagia dengan hidup saya.
Tapi, apakah ketika saya bahagia, orang lain di sekitar saya juga bahagia?
Saya rasa terlalu cepat jika mengatakan iya.


just a random words ^^

Monday, June 13, 2011

Pelajaran Baru

Oke. Katanya saya lulusan sastra Jepang. Tapi, serius untuk apa pun, bahasa Jepang saya masih jauh dari kata bisa. Ditambah lagi sejak masa kelulusan berlalu, tak satu kali pun saya bersinggungan dengan bahasa Negri Sakura tersebut. Saya merasa terlanjur basah tanpa guna yang berarti. Malah dengan semangat' 45, saya pribadi lebih cenderung banyak mendengarkan musik-musik Korean Pop. Meskipun hal itu tak membuat saya berubah menjadi orang yang mahir berbahasa Korea. Sama saja. Mau bahasa Korea atau bahasa Jepang. Bahkan bahasa Ibu sendiri masih compang-camping. Dan, tak jarang saya lupa mendeskripsikan sesuatu. Entah ini memang karena efek dari penyakit lupa saya, atau memang karena lalainya saya dalam menguasai bahasa.

Tapi, suatu ketika saya seperti tersadar oleh sesuatu. Waktu cuma jadi semacam barang yang saya letakkan di dalam laci tanpa saya manfaatkan dengan baik. Dan, ketika semua itu berlalu nyaris dua tahun, saya baru membukanya lagi. Lalu geleng-geleng kepala saja.

Apa yang sudah saya lakukan selama ini?

Bersenang-senang terlalu jauh dan tidak memikirkan apa manfaatnya? Terjebak dalam kamar penuh dengan lem yang membuat saya enggan beranjak? Astagaaaaa...

Saya pun memutuskan untuk bangkit. Meninggalkan kenyamanan dan berusaha menemukan kembali trigger yang memang bisa memacu saya untuk belajar. Saya mengais-ngais tong alasan kenapa saya bisa menyukai bahasa Jepang. Saya ingin mempertahankan itu. Setidaknya, kalau saya sudah basah kuyup, saya ingin ada makna yang berarti dari semua itu.

Berbekal alasan saja, saya pun memutuskan untuk kembali mempelajari bahasa Jepang. Tertatih-tatih, apalagi ingatan saya soal kanji sudah tak ada bekasnya satu pun. Serius, bahkan saya pernah lupa bentuk kanji yang paling mudah--kanji untuk kata 'saya'. Saya mulai lagi dari awal. Dari grammar yang juga saya lupa sama sekali.

Saya tau mungkin keputusan ini terlambat. Dan, apalah. Mungkin juga terkesan tidak penting atau apa pun. Tapi, hal ini setidaknya memberi pelajaran bagi saya. Bahwa harus selalu ada tindakan nyata dari sebuah keputusan. Walau kadang masih ada rasa malas yang membuat saya enggan belajar. Ditambah lagi urusan saya bukan saja sekedar belajar (lagi). Tapi, pada akhirnya saya memilih untuk mengambil langkah.

Tuesday, May 24, 2011

Mode : #eaaaaa

Jujur saja, saya ini pemalu. Terutama sama anak cowok. Pasti selalu jaga jarak. Karenanya saya terkesan cuek dan acuh. Maka itu, saya jauh dari yang namanya sifat semacam menggoda orang. Bukan berarti saya tak bisa bercanda, tetapi saya butuh survey partner saya lebih dalam. Jika tipikalnya memang suka bercanda, maka saya pun bisa meladeni. Jika tidak, saya pun canggung untuk bercanda. Hasilnya, memang saya menjadi sosok yang fleksibel tingkat tinggi. Tergantung bagaimana lawan bicara saya.

Kebetulan anak cowok di kantor saya, sebagian besar, memang pecinta canda. Tiada hari bagi mereka tanpa bercanda. Entah caranya apa, yang jelas semua itu tujuannya cuma satu : bercanda.

Lama-lama bergaul dengan manusia macam itu, saya pun mulai ikut arus.

Suatu hari, seorang teman cowok saya datang untuk membicarakan soal pekerjaan (materi). Saya meladeni sewajarnya seorang rekan kerja. Kami membahas singkat soal materi tersebut, sambil diselingi canda-canda ringan. Tapi, tiba-tiba mulut saya terasa pahit. Saya pun melontarkan pertanyaan yang menyimpang dari pekerjaan.

"Punya permen nggak?"

Orang itu menggeleng.
"Nggak. Emangnya gue warung?!" ledeknya dengan lagak sok-sok ketus.

Dan, entah kenapa tiba-tiba saya pun menimpali.
"Tapi, kalo nomor telpon punya kan?" kata saya.

Dan reaksinya langsung heboh. Dia tertawa.
#eaaaaa~~

Monday, May 2, 2011

Pendidikan (Bukan) Sampah

Selamat hari pendidikan nasional.

Meresapi kata-kata pendidikan nasional, terkadang saya masih merasa miris dengan pendidikan di Indonesia. Selain kata mahal, entah kenapa banyak anak yang kurang—cenderung tidak, malah—menghargai makna dari pendidikan. Mungkin bagi mereka pendidikan hanya secuil harta yang bisa mereka beli dengan uang. Sehingga tak perlu bersusah payah untuk membuang-buang waktu terhadap satu hal bernama sekolah atau kuliah.

Jika mendengar adik saya bercerita mengenai teman-temannya yang tidak naik kelas, atau sama sekali tidak belajar dan seringkali mangkir dari jam belajar, kadang saya suka mencibir terhadap mereka. Kok ya enak banget bersikapnya? Masih bagus punya orangtua yang mampu membiayai pendidikan yang mahal, tapi mereka malah menyia-nyiakannya dengan memilih bersenang-senang dengan teman yang lain, ramai-ramai membolos, atau ramai-ramai membuat ulah. Seakan, tanpa melakukan hal-hal semacam itu, namanya tidak eksis sebagai seorang pelajar.

Memangnya sekolah mahal-mahal untuk berjuang mendapatkan eksis?

Okelah, jika eksis karena otak cemerlang, tapi tidak malukah jika eksis karena kasus berderet di dalam list buku?

Entah apa yang terjadi pada anak-anak sekolah jaman sekarang.

Sementara di belahan lain, banyak orang yang mengharapkan sekolah dan bisa duduk di bangku gedung yang nyaman untuk belajar, tetapi tidak bisa. Orangtua tak punya uang, gedung sekolah justru malah mau digusur tanpa kepedulian dari pemerintah setempat, atau persengketaan tanah bangunan gedung sekolah yang ujung-ujungnya diributkan karena masalah uang. Apalah arti semua itu?

Sekolah memang tidak menjamin masa depan seseorang untuk melanjutkan hidup. Tapi, setidaknya pantaslah kita yang mengenyam pendidikan hingga jauh sampai ke negri orang, untuk bersyukur bahwa kita masih bisa mengenyam ilmu dengan fasilitas yang lebih dari kata cukup.

Saya hanya berharap, hari pendidikan nasional ini bisa membuat para pelajar sedikit demi sedikit mulai menghargai arti sebuah pendidikan. Jika tidak, maka hancur sudah negri ini.

Wednesday, April 27, 2011

Ketiban PR Fun Blogger

Duh, sebenernya saya nggak tau kenapa si abang Ellious itu menghibahkan PR tentang penjelasan Fun Blogger menurut masing-masing orang. Hemmm..., soalnya saya nggak merasa masuk ke tipikal orang yang fun, sih. Fun kan berarti menyenangkan, bukan? Hehehehe~~ Yah, apa pun artinya saya merasa belum bisa memberikan pelayanan semacam fun itu bagi siapa pun yang membaca blog saya.

Tapi, berhubung sudah dilempar ke saya, ya, nggak ada salahnya juga saya coba ikut aturan main dari si abang Ellious.

Menjabarkan kata Fun Blogger.

Kalau diartikan secara kata per kata, tentunya artinya akan menjadi berbeda. Fun ; menyenangkan dan Blogger ; orang yang punya dan bermain blog.
Tapi, kalau dari sudut pandang saya, fun blogger bermakna dimana seorang blogger menulis dan bercerita dengan jujur dan apa adanya, tanpa suatu desakan eksternal apa pun (deadline atau uang). Ya, tapi balik lagi ke pembacanya. Bisa menikmati atau tidak, bukan prioritas dari si blogger. Yang jelas, ketika menulis, seorang blogger sedang berada dalam tahap ingin menulis lepas dengan hati yang senang.

Hemmm..., kira-kira begitulah menurut saya.

Singkat saja. Nggak perlu panjang-panjang.

Lalu, PR ini tidak saya hibahkan pada orang tertentu. Saya malah berharap semua orang yang mau komen di bawah postingan ini, rela ikut menyumbang satu dua patah kata untuk turut menjelaskan tentang makna fun blogger itu sendiri.

Selamat mencoba! *eh?*

Monday, April 11, 2011

Nasi Bungkus, Hujan Dan Orang

Hujan akhirnya menggujur kota Jakarta di siang harinya, setelah sekian saat hanya memajang mendung pada etalase langit. Saya bergerak menuju kantor. Merasa sangat beruntung karena ada pinky yang menemani sehingga saya tidak kebasahan. Macet tak menjadi masalah yang berarti. Bahkan menjadi satu titik penyentak nadi, ketika kemacetan membuat pinky tersendat di perempatan lampu merah Radio Dalam.

Di sudut pinggiran, tepatnya di depan sebuah salon yang entah apa namanya, dekat tiang listrik, mata saya terpaku pada dua orang--bapak dan anak, yang sedang asik berjongkok. Dengan tubuh hitam terbakar matahari, pakaian kumal dan ditemani rintikan hujan yang mulai berubah menjadi fase gerimis, mereka asik menyantap nasi bungkus berdua dalam keberbagian. Tak peduli pada ramainya jalanan akan kendaraan yang memuntahkan polusi, tak peduli pada gerimis yang pasti akan ikut bercampur pada makanan itu, apalagi soal apakah tangan mereka telah bersih sehingga layak untuk menciduk tiap kepalan nasi ke dalam mulut mereka.

Yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana perut mereka bisa terisi dengan nasi--mungkin.

Peristiwa itu langsung membuat saya terenyak. Pinggir jalan, pun tanpa alas, mereka jadikan restoran pribadi.

Saya lantas ingat, seringkali adanya saya merasa tak pernah puas dengan makan yang "hanya itu saja". Atau mungkin, seringkali didera ngidam yang luar biasa untuk mencicipi makanan berharga puluhan ribu. Sementara bapak dan anak itu, saya lihat dari mobil, hanya menyantap nasi bungkus biasa. Pun harus berbagi.

Sebenarnya saya sempat mengabadikannya melalui ponsel, tetapi belum ada kesempatan untuk menguploadnya karena keburu ingin memposting kisah ini di blog.

Dan, melalui satu gambaran tersebut, saya berharap itulah teguran untuk saya bahwa saya masih harus lebih banyak bersyukur dengan kehidupan hingga titik ini.

Tuesday, March 22, 2011

PECAH JUGA

Dia tertawa, saat yang lain ikut tertawa. Tapi, tawanya masih menempel, di saat yang lain menangis. Lalu dia pergi mencari tawa lainnya yang tak berkesudahan. Tawanya bisa semakin lebar jika satu perintah darinya ditunduki oleh para bawahan. Dan, ketika semuanya kembali pada titik bernama uang, maka tak ada lagi status yang membatasi untuk meraupnya seorang diri. Bahkan kepercayaan dan dedikasi seolah terinjak oleh raksasa berwarna hijau itu. Keberadaannya kalah oleh kekuasaan yang semu.
Satu per satu mulai diperhitungkan. Untung dan rugi beradu dalam timbangan harga diri yang tak pernah mau seimbang. Bahkan Dewi Libra tak mau timbangannya sejajar. Terkadang, dia membiarkan untung yang berdiri di atas segalanya. Pribadi menjadi serakah dan terkesan maruk pun menjadi halal ketika bisa membawa kebahagiaan. Lalu lepaslah segala bentuk hubungan ketika ada titik keluhan yang hadir membayang. Dia bukan untung. Kilahnya. Seperti itu. Santai.

Siapa yang mau dijejali muntahan kata-kata yang mendayu biru? Siapa yang ingin membantu memimpin keluar dari labirin? Siapa yang mau capek mengambilkan cahaya ketenangan untuk gelap? Untuk malam ini, malam seterusnya, tak pernah mau ada tumpahan kata-kata, tak pernah mau ada labirin, tak pernah mau ambilkan cahaya. Untuk malam ini, malam seterusnya, selalu ada untuk pantulan wajah sendiri di cermin. Setiap kepala memiliki kisahnya masing-masing, tapi bukan sebuah khilahan untuk tidak melirik ke bagian lain. Sedikit empati bisa menjadi seharga ratusan juta rupiah jika diberikan dengan tulus. Bahkan tak mampu membeli istana Presiden sekali pun.

Tanpa pernah berpikir menjadi orang gila yang haus ucapan terima kasih setiap kali orang melintas di depannya, atau sebuah bentuk hormat yang harus diberikan, ada kalanya satu kata sihir itu pantaslah diutarakan melalui sikap. Bukan berbentuk huruf. T. E. R. I. M. A. K. A. S. I. H. Terlalu basi, lebih basi daripada nasi busuk. Sudah muntah berkali-kali diberi nasi basi. Tapi, masih saja bungkam dan berkata nasi itu bukan nasi basi.

Dan, pada akhirnya, dia masih saja tetap tertawa bahagia ketika perut ini sudah melilit karena nasi basi. Kali ini, terima kasih. Ada mata hati yang terbuka. Untuk paham.
Ada dua jenis manusia di dunia ini. Terserah apa katamu, pria atau wanita.

Sunday, March 6, 2011

Jakarta Love Riot - The Musical Drama


Untuk pertama kalinya dalam hidup saya akhirnya menginjakkan kaki di Gedung Kesenian Jakarta. Pada tanggal 26 Februari 2011 kemarin, di tempat tersebut, dilangsungkan pementasan sebuah drama musikal berjudul Jakarta Love Riot. Merupakan salah satu pertunjukan persembahan Eki Dance Company bersama Kompas Gramedia, yang terselenggara selama seminggu penuh, dan berakhir di tanggal 27 Februari, bersamaan juga dengan berakhirnya Kompas Gramedia Fair yang diadakan di Senayan.

Acara dimulai pukul setengah 8 malam--begitulah yang ditulis dalam tiket undangan, tapi pukul setengah 7, saya sudah memarkirkan mobil di area parkir gedung tersebut. Terlalu awal memang, tapi saya tidak mau acara menonton drama musikal untuk pertama kalinya itu menjadi batal hanya karena terjebak macet, karena itulah saya memutuskan berangkat lebih cepat.

Sampai di sana, perut merongrong minta diisi. Bersama teman saya, kami pun menyebrangi jalan dan memutuskan makan di sebuah tempat steak (meski tadinya kami mau makan A&W yang berada di dalam kawasan Pasar Baru, tapi tidak jadi karena cukup jauh ditempuh dengan jalan kaki). Setidaknya steak ini bisa mengisi kekosongan perut untuk sementara.

Selesai makan, setengah delapan kurang sepuluh. Kami langsung kembali ke gedung pertunjukkan. Di pintu masuk, kami menunjukkan tiket undangan yang saya dapat dari kantor (hehehehe~~) dan kami pun dipersilahkan masuk, tapi ruang pertunjukkan masih ditutup. Butuh beberapa menit menunggu, baru kami bisa memasuki ruang pertunjukkan yang langsung membuat saya kagum (katroknya nggak bisa disembunyikan, hehehe~~). Ternyata pertunjukkan tak langsung dimulai. Semua penonton harus memenuhi tempat dahulu baru kemudian sebuah pengumuman berdengung di ruangan itu. Selama pertunjukkan berlangsung, para penonton tidak boleh memotret, merekam, atau membuat suara apa pun. Hanya beberapa rekan media yang boleh menggunakan kamera.

Dan, pertunjukkan pun dimulai setelah lampu padam.

Panggung langsung diisi dengan lima orang yang menari. Kostumnya unik sekali, menggunakan lilitan lampu yang bisa berubah warna. Keren sekali...

Selama pertunjukkan itu pun saya banyak tertawa, terutama begitu Sarah Sechan (saya kebagian Sarah Sechan, karena selain beliau, ada Cut Tari juga yang memerankan karakter yang sama) muncul ke panggung. She's totally awesome. Nggak jaim, nggak peduli apa-apa. Dia benar-benar all out dengan semua aksi "gila"nya. Mungkin bagian Sarah Sechan-lah yang paling membuat saya berkesan dengan drama itu. Selebihnya bukan berarti saya tidak menikmati keseluruhan acara. Justru saya sangat menikmatinya. Tiap koreo dari tari-tariannya, lighting yang menawan, tata panggung yang pas, setting yang setiap scene bisa berubah. Semuanya keren. Hanya saja, jika dilihat dari alur cerita, saya tidak terlalu terkesan. Katakanlah, inti ceritanya tak terlalu berbeda dengan apa yang sudah ada kebanyakan : cewek kaya berpacaran dengan cowok miskin (dalam Jakarta Love Riot, dikisahkan cowok miskin ini adalah penjual soto bernama Toto).

Tapi, saya cukup terhibur, kok.

Setidaknya, ini pertama kalinya saya menonton drama musikal dan saya tak merasa waktu bergerak lama. Tau-tau sudah selesai. Padahal saya masih mau lihat lagi.

Wednesday, March 2, 2011

Harganya seratus ribu!

Sejujurnya saya heran. Bukan sekali atau dua kali mendapati kejadian seperti ini.

Jadi, saya datang ke sebuah toko atau rumah makan sederhana, menikmati jasa atau membeli barang di dalamnya, lalu ketika bertanya berapa harganya, si penjual akan menerapkan tarif yang agak tidak masuk di akal untuk sebuah jasa / barang tersebut.

Kemarin ini, berbekal hasrat untuk membuat sebuah dress mengkopi model hanbok (pakaian tradisional Korea) modern, saya pun pergi ke sebuah tukang jahit di depan komplek perumahaan. Berdasar rekomen dari teman yang memuji hasil si penjahit itu, saya menjadi tertarik, ditambah lagi jarak yang tak terlalu jauh. Saya datang ke studio kecilnya yang berupa sebuah rumah tinggal. Konsultasi dan ukur-ukur pun terjadi. Tak ada masalah. Sampai ketika perhitungan pun dimulai. Saya shock begitu melihat harga akhir yang harus saya bayar untuk hanbok modern yang saya inginkan. Harganya 480.000 saja!! *nada saja-nya dibuat sarkasme*

Kebiasaan orang Indonesia pun keluar. Tawar-menawar dilakukan.
Sayangnya, tak ada pengurangan yang sangat berarti. Hanya berkurang 50.000.

Saya pun berpikir, mungkin memang segitu harusnya. Tapi, saya mendapat selintingan pendapat bahwa harga segitu termasuk MAHAL untuk ukuran penjahit rumahan.

Masalahnya, harga yang dia tawarkan tidak include dengan fabric!

Alhasil saya pun putar otak. Saya pun mencari bahan yang saya inginkan, sambil berpikir ulang soal menggunakan jasa penjahit itu atau mencari penjahit lain.

Pada akhirnya saya menelpon salah satu teman kuliah yang kebetulan Ibunya seorang penjahit juga. Kalau bukan karena masalah jarak, sejak awal saya sudah minta tolong beliau menjahitkan hanbok saya. Dan, padanya saya bercerita soal harga setinggi itu. Beliau pun shock. Katanya itu bukan saja mahal, tapi MAHAL BANGET. Okelah kalau dia sekelas Ivan Gunawan, Anna Avante, atau desainer yang lain.

Dari situlah saya kemudian merujuk pada si Tante ini. At least, beliau bisa memberikan harga teman karena saya dan anaknya sudah kenal lama *nyengir*

Sekarang bahan yang sudah saya beli itu, bertengger manis di rumah teman saya, menanti giliran untuk disulap menjadi dress sederhana berbentuk seperti hanbok di tangan Tante itu.

Hasilnya bagaimana, saya belum tau.

Tapi, setau saya hasil jahitan beliau memang rapih dan bagus di badan.

Dari kisah saya itu, saya cuma kebingungan saja. Kenapa ya, para pedagang tak pernah segan untuk "menggetok" harga sedemikian mahal seenak hatinya? Apakah karena saya mudah ditipu atau apa, saya nggak tau. Cuma saja, saya tidak terlalu suka pada orang-orang sombong yang mentarifkan harga selangit seenaknya saja. Yah, setidaknya begitulah apa yang menjadi pendapat saya.

-picture taken from http://saranghenamja.blogspot.com/2010/12/snsd-hanbok.html-

*kira-kira seperti inilah hanbok modern yang mau saya buat*
:)

Friday, February 25, 2011

Dicari : Pelamar Yang Berminat

Banyak hal unik yang tak terduga datang dari orang-orang yang bahkan tidak kenal. Syukur-syukur pada akhirnya membawa tawa.

Di hari kemarin, salah seorang rekan kantor saya sedang sibuk melakukan short list untuk CV yang sudah masuk ke e-mail dia. Satu per satu e-mail dibukanya, dibaca dengan teliti, dan jika memang sesuai keinginannya, maka attachment dari sang pelamar akan dimasukkan ke dalam folder khusus. Nama dan subjek pada e-mail menjadi hal yang cukup rawan, sebenarnya. Karena begitu teman saya sampai pada list sebuah e-mail dari seseorang, tawanya tak bisa lagi tertahan. Maaf, kesalahan bukan pada CV atau bidang pendidikan yang telah dilalui orang itu. Seperti yang saya ungkit tadi, SUBJEK menjadi hal yang rawan, karena ternyata subjek pada e-mail sang pelamar tersebut mencantumkan kata-kata : Dicari Seorang Quality Control Staff.

Kan yang sedang mencari Staff baru adalah kami sebagai pihak kantor, tapi sang pelamar itu mencantumkan kata "dicari" yang membuat e-mail-nya terasa seperti seorang yang menitipkan barang dagangannya pada pedagang lain.

Mengirimkan lamaran melalui e-mail memang cepat dan praktis, tetapi banyak hal yang perlu diperhatikan sampai ke detailnya. Jangan pernah abaikan, meskipun hal itu kecil seperti Subjek.

Wednesday, February 23, 2011

Tanpa Pola

Semu itu tak selamanya kosong. Ada saat-saat dimana ketika semu itu bersinggungan dengan sesuatu yang dibuat menjadi nyata, meski tak seluruhnya terisi oleh apa yang ingin dirasa. Tanpa pernah diminta, ada masanya harus menjadi abu-abu, tak jelas menunjukkan senyum atau bukan. Tapi, abu-abu ingin menjadi hitam. Atau putih.

Seperti kalanya danau yang berubah di musim dingin. Nikmati apa yang tampak, tapi tak satu pun peduli pada apa yang terjadi di dalamnya. Ketika akhirnya tak tertahankan, retaklah ia menjadi sebuah lubang bencana.

Dia hanya butuh waktu untuk menemaninya lebih lama hingga menjadi lebih kuat.
Dan, terisi penuh.

Lalu, hitam atau putih akan menjadi lebih jelas.