Monday, November 29, 2010

Marathon : Kisah Seorang Penderita Autis


Penderita Autis bukanlah anak-anak tanpa bakat. Saya percaya bahwa mereka selalu punya 'sesuatu' yang bisa ditunjukkan pada banyak orang dari sekedar bahwa kenyataan mereka memiliki dunia sendiri yang berbeda dari kebanyakan orang.

Dan, lagi-lagi Korea menyentuh saya melalui karya mereka.

Sebuah film yang didistribusikan oleh cineline ini, mengangkat kisah nyata seorang penderita Autis bernama Bae-Hyong Jin. Kisah yang diceritakan secara visualisasi berdurasi 117 menit ini memberikan sebuah pelajaran tentang sisi dari seorang penderita Autis. Bukan untuk melecehkan, tetapi untuk memperlajari bagaimana sebenarnya penderita Autis itu. Dan, buat saya pribadi yang bisa dibilang awam dengan para penderita, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari kisah ini. Ada hal yang semula tidak saya ketahui tentang Autis, kemudian saya pun menjadi paham bahwa anak Autis akan bersikap sebagaimana dia di didik. Mungkin, bisa dikatakan seperti itulah kurang lebihnya.

Film ini berjudul MARATHON.
Bercerita tentang seorang penderita Autis, bernama Cho Won, yang sangat menyukai berlari. Dia tinggal bersama Ibu dan seorang adik lelakinya yang normal. Semula, sang Ibu digambarkan pasrah dengan kondisi Cho Won yang lebih hiperaktif, cenderung sulit diatur dan senang dengan dunianya sendiri. Bahkan saking putus asanya, terutama ketika sang Ayah akhirnya meninggalkan keluarganya, Ibu Cho Won ini pun pernah melepaskan gandengan tangan Cho Won sewaktu di kebun binatang hingga Cho Won tersesat.
Tapi, seiring berjalannya waktu, sang Ibu pun berusaha tegar dan tetap mendidik Cho Won agar menjadi anak yang bisa dibanggakan. Salah satunya dengan mengikutsertakan Cho Won dalam kompetisi lari. Di sana, Cho Won merasa senang dan dia pun mendapatkan juara kedua. Sejak itulah, Cho Won pun dididik sang Ibu untuk mengikuti kompetisi marathon yang lebih besar dengan mencarikan seorang pelatih untuknya. Apalagi, Cho Won pun menyukai berlari. Setidaknya, setiap kali sang Ibu bertanya, "Cho Won, apa kamu suka berlari?" lalu Cho Won akan menjawab, "Iya, suka."

Dengan usaha keras sang Ibu mencarikan pelatih, akhirnya seorang mantan pelari pun mau mendidik Cho Won untuk siap terjun ke kompetisi marathon itu. Tapi, bermula dari sanalah, perlahan-lahan sang Ibu menyadari bahwa ada sedikit kesalahan dalam cara dia mengajar dan mendidik Cho Won. Bahwa ternyata, selama ini, dididikannya hanyalah untuk memuaskan keinginan sang Ibu, yaitu tidak malu memiliki anak meski dia seorang penderita Autis.

Meski pada akhirnya, sang Ibu pun benar-benar dibuat bangga oleh Cho Won karena prestasi berlarinya.

Kisah yang mengharu biru antara Ibu dan Anak ini bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk lebih mengetahui bahwa mendidik anak Autis bukan berarti harus memaksakan kehendak pribadi saja. Bahwa penderita Autis pun harus dididik untuk peka dengan hal-hal yang diluar dugaan supaya mereka bisa benar-benar melebur dengan masyarakat luas secara utuh. Bahwa bukan untuk memuaskan keinginan pribadi, lantas anak bisa dijadikan alat.

Mereka manusia. Bukan boneka. Bahkan penderita Autis pun yang lebih spesial ketimbang kita.

Film Marathon sangat layak ditonton meski agak menye-menye sedikit, karena banyak pelajaran yang bisa dipetik, juga motivasi untuk menghadapi hidup ini dengan lebih baik.

Dan, tentunya tak lupa mengajak kita untuk bersyukur atas apa yang sudah ada di hidup kita.

picture taken from http://www.avistaz.com/wp-content/uploads/2007/10/malaton.jpg

Friday, November 19, 2010

Lelaki Penari Balet


Hmmm..., sebaiknya jangan meniru adegan di bawah ini.
Kenapa? Karena kalau meniru, nanti mendapat malu.
Seperti saya.

Waktu itu, bersama beberapa rekan kantor yang berencana pergi ke luar kota, sedang berkumpul untuk mendiskusikan waktu keberangkatan dan segala tetek bengek yang ada. Dengan tujuan Anyer, jadwal keberangkatan akan dibagi menjadi dua tim. Tim pagi dan tim malam. Saya yang waktu itu cuma mendengarkan (karena sebenernya nggak pengin ikut T_T), akhirnya ditanya, "Clara mau ikut yang berangkat malam atau pagi?"

Lalu, saya pun bertanya, "Yang ikut malam siapa aja?"

Seorang teman menyebutkan beberapa nama. Dia juga menjelaskan kenapa mereka semua memilih untuk pergi sebagai tim malam. Ada yang harus begini atau begitu. Sampai berikutnya dia menyebutkan nama seseorang (sebut saja Z).

"Iya, si Z berangkat malem soalnya mau latihan balet dulu."

Tak ada yang aneh--seharusnya.
Tapi saya menganga heran. Pertama, Z yang disebutkan adalah seorang cowok. Kedua, saya jarang sekali mendengar ada cowok, terutama di lingkungan saya, yang mendalami seni tari balet. Oke, kalau modern dance. Saya punya kenalan. Atau anak band. Beberapa teman saya pun anak band. Rasanya hal-hal seperti itu wajar di telinga saya. Tapi, anak lelaki membalet? Saya baru akrab degan karakter seperti itu ketika menonton Step Up atau film yang berhubungan dengan balet.

Masalah pun selesai.

DAN, saya PERCAYA si Z adalah PENARI BALET.

Di kemudian hari, pembahasan mengenai kepergian ke luar kota itu kembali mencuat. Saya yang masih shock dengan pernyataan bahwa si Z penari balet, kontan ingin tau kelanjutan kisahnya. Kok, bisa-bisanya dia suka balet dan segala macamnya. Jadi, sekali lagi saya bertanya.
"Si Z beneran les balet??"

Lalu teman saya tertawa terbahak-bahak.
"Ya, jelas nggaklah!!"

Yak ampunnnnn..., lagi-lagi saya kena tipu >_<
Ini saya yang bodoh apa otak saya yang kenapa sih, kok begitu saja langsung percaya, ya.

Dan, tadi. Kembali acara diskusi itu berlangsung. Saya sengaja kabur untuk makan. Maksudnya biar nggak diajak gitu. Tapi, ternyata salah. Begitu saya kembali ke ruangan, rekan-rekan kantor saya masih asik berkumpul membicarakan masalah pergi itu. Tersangka Z itu pun hadir di acara diskusi tersebut. Mereka bertanya lagi, barangkali saya berubah pikiran, tapi saya masih keukeuh dengan jawaban nggak. Dan, karena saya masih keukeuh nggak mau ikut, si Z ini pun langsung bilang pada saya.

"Clar, kenapa nggak ikut? Katanya mau liat gue nari balet!"

JEGER! Malulah saya!
Saya kira dia nggak akan tau soal masalah balet itu.
T___________________T

picture taken from

EveryoneSayHiToEllie

Thursday, November 18, 2010

(Not) Chocolaters

Cokelat? Suka banget =3
Begitu kata sebagian orang yang saya jumpai. Rata-rata dari mereka tergila-gila pada makanan manis yang satu ini. Roti cokelat, es krim cokelat, atau apa pun berbahan dasar cokelat.

Saya sendiri? Hmmm, bukan penggila cokelat.
Justru lebih ke arah tidak suka. Bukan anti. Roti cokelat atau susu ultra cokelat yang dingin masih mau saya cicipi. Tapi, es krim cokelat, hot chocolate, kue cokelat, atau apa pun yang rasa cokelatnya terlalu kental, saya akan langsung menolak.

Saya sendiri juga nggak tau kenapa.
Tapi, rasanya mual sekali kalau harus makan yang banyak mengandung cokelatnya terlalu banyak. Apalagi yang hangat. Mending suguhi saya cappucino atau latte sekalian.

Banyak yang bilang cokelat kan semacam mood booster yang manjur. Tapi, saya memilih cara lain untuk saya jadikan mood booster. Ada banyak bahkan. Salah duanya adalah kopi (cappucino) dan musik. Dua hal ini sudah mampu membuat mood saya kembali menyala-nyala. Bahkan hingga sekarang, cuma dua hal ini yang saya andalkan untuk menjadi pasangan setia di kala saya menulis. Atau mungkin di kala suntuk dan sedih. Bahkan marah.

Musik tak melulu harus klasik. Apa pun selama saya suka. Dan, kopi tak melulu harus hot kadang yang dingin pun bisa menjadi penyejuk. Tergantung pada situasi cuaca hari itu.

Ah..., cokelat. Ternyata tak selamanya menjadi titik kebahagiaan. Ada orang-orang tertentu yang justru menghindarinya dan memilih jalan lain.

Jadi, teman-teman sendiri, apakah penyuka cokelat?

Tuesday, November 16, 2010

Telepon di Malam Hari

Anak-anak kantor saya itu emang gila semua!
Kalau sehari saja tidak berceloteh atau tertawa ngakak sampai puas, rasanya bukan kantor saya. Terutama anak-anak di lorong ruangan edit. Ah~ saya bisa dianggap pasien rumah sakit jiwa kalau seharian benar-benar dikurung bersama mereka. Habis juga oksigen karena terlalu banyak tertawa, bahkan efeknya mungkin bisa membuat perut saya keram.

Kantor saya memang menyenangkan.
Kalau datang pagi sekitar pukul delapan, pasti akan terasa seperti datang ke kuburan. Tapi, tunggulah begitu matahari sudah berada di ubun-ubun, terutama lorong edit, pasti ramainya melebihi pasar. Kadang ada yang teriak-teriak, padahal telepon yang siap menghubungkan satu sama lain, tersedia di setiap bilik. Atau mungkin ada juga yang iseng, selalu memasang lagu yang lagi in dengan volume kencang hingga seperti di Ramayana.

Rasanya kantor itu jarang redup kehidupannya.
Begitu juga ketika hari sudah menyapa malam. Kegiatan seolah tak berhenti sampai di situ. Sampai kadang rasa lelah atau sakit yang membuat pembatas bagi mereka untuk beraktifitas lebih lama lagi (atau lebih gila). Kalau kerjaan sudah beres, mereka bahkan tak langsung pulang. Ada yang main sepak bola atau karaoke. Iya, karaoke! Di kantor! Ruangan khusus untuk merekam VO (yang biasanya bernarasi di sebuah program tayang), bisa disulap jadi tempat untuk karaoke. Menyenangkan sekali.

Dan, waktu itu tengah malam.
Kebetulan saya yang memang tak begitu suka ngumpul di tengah keramaian, memilih sibuk di ruangan sendiri. Kebetulan juga, memang masih ada kerjaan yang sedang saya preview. Lalu, tiba-tiba telepon di ruangan berdering nyaring. Membuat saya harus menghentikan sejenak kerjaan. Saya pun bergerak enggan mengangkat gagang telepon.

Kemudian terdengar suara.

"Halo, Clara?" Nadanya tegas dan agak terkesan galak. Saya stay cool saja.
"Iya, kenapa?"
"Ini, saya D. Itu program saya yang X, kenapa nggak tayang? Ada masalah apa sama program saya? Katanya si V kamu nggak meloloskan program saya untuk tayang?!"

Waduh. Saya langsung bingung. Seingat saya, ketika mem-preview program tersebut, semua sudah beres. Segala macam revisi sudah dikerjakan dengan benar. Dan, saya sudah meloloskan program itu untuk tayang, kok.

"Hah? Nggak, kok. Udah aku tanda tangan. Udah dicemplungin juga ke server bawah."
"Tapi, katanya nggak tayang. Ini gimana? Coba sini kamu. Saya ada di edit 2."

Waduh, waduh. Jantung saya langsung diterjang tsunami. Kenapa lagi ini?

Setelah menutup telepon, saya pun langsung keluar ruangan menyambangi si penelpon tadi. Saya melirik ruangan edit sebelah. Ada sekumpulan teman-teman sedang sibuk mengedit sebuah program. Serius banget. Lalu, saya melangkah terus. Saya pikir, mungkin beliau ada di meja paling depan. Tapi, sampai di ujung lorong dan melongok ke puluhan kubikel di ruang depan, tak ada satu pun tanda-tanda keberadaan si penelpon.

Dengan kebingungan saya pun berusaha acuh, kembali ke ruangan.
Tapi, begitu saya melewati ruang edit yang tadi, teman-teman saya keluar dari sana dan tertawa terbahak-bahak. Asli, puas banget.

"Clara, lo percaya banget, sih!!"

Begitu komentarnya.

"Ooo, jadi lo pada yang ngerjain gue?" saya pun bertanya begitu dengan muka bodoh.

Mereka mengangguk sambil masih tertawa heboh.
Jadi mereka yang mengerjai saya!!
Yak ampunnnnn~ saya udah dag dig duer, tapi rupanya mereka pura-pura serius untuk menutupi kejahatan yang sudah mereka lakukan pada saya.

Langsung saja saya ikut tertawa. Gemas. Dan, merasa tolol sekali.
Katanya muka saya udah tegang duluan.

Awas ya kalian, nanti xDD

Sunday, November 14, 2010

Mencintai Apa Yang Bisa Dicintai


Banyak orang yang sering mengeluh. Salah satunya saya. Kalau mood swing saya sedang jatuh ke titik terendah, ditambah lelah dan sikap negatif orang sekitar, saya pasti akan mengeluh. Beginilah, begitulah. Pada titik itu, semua hal yang buruk akan selalu tampak lebih jelas. Sejelas awan mendung yang menggelayuti pagi ini saat saya sedang menulis postingan. Entah kenapa. Mungkin otaknya sudah tertutup kabut. Sehingga sulit sekali meraba hal yang indahnya.

Mencintai apa yang bisa dicintai...
Bukan sebuah kepasrahan. Terkadang, mata kita hanya bias pada satu titik impian. Dan ego kita sudah tertancap di sana. Lalu, yang lebih parah karena kita tidak bisa melihat hal positif apa yang sudah kita dapat.

Mencintai apa yang bisa dicintai...
Mencoba bersyukur bukanlah hal buruk. Berusaha membuat diri nyaman dengan situasi yang memaksa menyingkirkan kita lebih jauh dari ujung mimpi, juga bukanlah kesalahan. Mengubah titik pandang bahwa selalu ada hal positif dari setiap terjebaknya kita pada berbagai hal.

Mencintai apa yang bisa dicintai...
Karena nantinya pasti akan sadar. Bahwa apa yang ada sekarang, justru adalah yang terbaik yang tak pernah bisa dibayangkan. Bukan detik ini, atau menit ini, jawaban atas semua kegalauan karena tak menyukai apa yang ada sekarang ini, bisa muncul seperti lagu yang ingin kamu dengarkan melalui i-pod. Mungkin ragu, mungkin gelisah, tapi bersyukurlah untuk perasaan itu. Artinya kita hidup! Dan, masih hidup. Rasa kita tak mati.

Mencintai apa yang bisa dicintai...
Sampai akhirnya tukang penjual makanan itu datang, menyelamatkan kita dari bahaya kelaparan. Pada waktunya, dia akan datang. Dan, akhirnya kita juga yang akan menikmati semua itu. Fokus dan jadikan mimpi sebagai sugesti kuat dalam diri. Pada akhirnya, kamu akan sangat sangat mencintai mimpimu yang tercapai. Dan, bukan lagi karena mencintai apa yang bisa dicintai....


Untuk siapa pun, kamu, kamu dan juga saya.


picture taken from dayjeejenny

Thursday, November 11, 2010

Edisi, KAMU

Hmmm..., entah kenapa kali ini postingannya mau saya culik dari beberapa potongan kata sampah saya di twitter. Bukan hal penting, tapi bagaimana Anda menginterpretasikannya, saya angkat tangan. Bosan dengan pertanyaan, "kisah pribadi?" atau "curhat, ya?" tak membuat saya enggan untuk tetap mengulik bagian terdalam dari diri seseorang, lalu menterjemahkannya ke dalam kata-kata.

Jadi, ini hanya tulisan-tulisan di kala saya ingin menyampah saja, loh. Hehehe~



1st tweet :
"Mungkin istirahat akan menyembuhkan semuanya dan besok pagi Tuhan akan mengembalikan fokus saya. Pada satu titik seharusnya."

2nd tweet :
"Dan terima kasih untuk kamu. Hanya kamu. Maka saya sdh belajar banyak. Hei, koreng saya banyak, maaf."

3rd tweet :
"Ah, andai kamu tau. Iya, hanya seandainya saja. Atau mungkin...Nanti kutanyakan pada waktu."

4th tweet :
"Waktu terlalu sombong. Dia membiarkanku memutuskan sendiri. Lalu bagaimana? ..., hey, kamu."

5th tweet :
"Kenapa...?"

6th tweet :
"Hey, kamu. Sakit hati menimbulkan dendam, kalau rindu menimbulkan demam. Dan kamu pasti tau obatnya."

7th tweet :
"Waktu seperti tiba2. Aneh! Atau fokusku hilang? Karena kamu!"

8th tweet :
"Ada beberapa hal yang rasanya pantas untuk membuang waktu, ada yang tidak. Yaitu kamu dan terutama kamu."

9th :
"Hey, kamu. Waktu akhirnya menyerah. Dia mempersilahkan jawabannya menghampiriku. Terima kasih karena sudah bersabar, kamu...."

10th :
"Kamu masih ingin tau?"

11th :
"Ah..., kamu benar. Kamu tak akan pernah mau lagi menoleh ke belakang. Jadi biar kusimpan saja sebagai rahasia. Dari kamu."



pic taken from juntos

Wednesday, November 10, 2010

Anjing Saya Ngetok Pintu

Kejadiannya sudah cukup lama, sih. Tapi, saya masih inget banget.

Saya ini termasuk orang yang pelupa. Cukup akut. Tapi, udah sadar diri dengan penyakit yang satu ini, saya masih tetap saja mbandel. Seringkali mengabaikan pekerjaan rumah cuma untuk menonton drama, performance atau sibuk dengan donlodan. Dan, kejadian itu lagi-lagi menimpa saya.

Si bodoh ini lupa kalau dia sedang masak makanan untuk anjing tercintanya.

Karena merasa malas untuk menunggu di dapur sambil bengong, saya lebih baik kembali ke depan komputer dan berkutat dengan beberapa tontonan yang belum saya tonton. Puter-puter lagi video klip atau video perform yang udah lama, sambil sibuk nyanyi-nyanyi sendiri. Lama-lama jadi ngerasa antara si pantat dengan dudukan kursi tidak bisa dipisahkan lagi. Sudah ketemu jodohnya, begitulah kira-kira.

Lalu, tiba-tiba...,

Ada suara gresek-gresek dari pintu luar. Saya langsung terlonjak kaget.

Berikutnya, saya melompat dari tempat duduk dan berlari kencang ke arah dapur.

Coba, dong, itu masakan udah angus!
Asepnya ngepul memenuhi dapur.
Airnya habis dan meninggalkan noda hitam gosong di dalam pancinya.
Huaaa..., lagi-lagi saya yang menyebabkan noda hitam pada panci yang sama.

Hadeuh, untung banget ada suara gresek-gresek dari luar pintu itu.
Dan, sumber suara itu ternyata berasal dari anjing saya yang menggesek-gesek pintu karena bau hangusnya yang tercium sampai ke luar rumah. Mungkin si anjing pengin ngingetin saya kalau makanan untuk mereka nyaris saya buat sia-sia. Begitu bau hangusnya hilang, suara gresek-greseknya pun hilang.

Ternyata anjing saya yang bodoh itu bisa jadi pintar juga ya kalau sudah menyangkut makanan untuk dirinya sendiri. Fiuh....

Maaf, ya, dogy-dogy..., saya membuat makanan agak pahit untuk kalian, di malam itu

Monday, November 8, 2010

Dilarang Menyetir Ketika Ngantuk

Poppy Bunga kecelakaan!
Mobilnya nabrak pohon karena menyetir dalam keadaan mengantuk.

Hmm..., ini bukan postingan tentang gosip. Meski beritanya saya comot dari infotainment, tapi saya tidak ingin membahas soal gosipnya. Saya hanya ingin membahas soal menyetir mobil. Tentunya menyetir mobil yang aman dan nyaman.

Sebagai salah satu cewek yang juga bepergian mengandalkan si pingky cantik nan jelita, Karimun Estillo, saya tau benar gimana capeknya mengendarai mobil. Kebetulan mobil saya nggak matic dan saya juga nggak mau matic. Apalagi kalau menghadapi kemacetan yang memang sudah langganan di Jakarta. Jangan ditanya capeknya. Pengin nangis uring-uringan dan segera berniat punya sopir. Tapi, langsung waras begitu inget kondisi keuangan. Untunglah saat ini jam kerja saya berlawanan dengan kehidupan normal. Jadi, saya masih bisa terhindar dari yang namanya MACET.

Tapi, pulang tengah malam yang sudah menjadi langganan bagi saya ini, tentunya cukup membuat beberapa teman bertanya-tanya khawatir.

Cewek? Pulang sendiri jam 11 atau 12? Nggak ngantuk? Nggak takut?

Pertanyaan itu seperti sudah biasa dan cuma saya tepis dengan tawa. "Udah biasa...."

Awalnya, jelas saya takut, ngeri, was-was, obsesi, hot, insert, silet, ... (mulai ngawur). Tapi, rutinitas yang sama dan tidak bisa saya ganti itu akhirnya menumbuhkan rasa berani dalam diri saya. Sekarang, saya sudah tidak takut lagi kalau harus pulang jam segitu. Hanya saja terkadang saya sulit menghilangkan kantuk yang menyerang. Sehingga beberapa tips pun akhirnya berhasil saya terapkan demi mengusir paksa si kantuk ini.

1. Cekoki diri Anda dengan sebotol kopi.
Suka tidak suka, paksa diri Anda minum kopi. Seperti waktu bayi, ketika Anda sulit minum obat, orangtua Anda dengan terpaksa akan mencekoki Anda dengan obat itu. Yang penting mata bisa melek selama jam menyetir. Korbankan indera perasa Anda demi keselamatan.

2. Pasang lagu up beat tempo and do dance.
Cara ini biasanya cukup berhasil. Lagu apa saja yang Anda sukai. Asal bertempo cepat, putarlah di tape mobil Anda. Semisalnya Keong Racun atau Cinta Satu Malam. Bolehlah~ Apa pun! Dan jangan lupa latihlah gerakannya terlebih dahulu di rumah, sehingga ketika di dalam mobil dan Anda mulai diserang kantuk, Anda bisa langsung mempraktekkan gerakan tari dari lagu tersebut di dalam mobil. Nyetir sambil joget? Siapa takut?! Paling cuma diplototin sama orang yang melihat Anda.

3. Nyanyi!
Wow, ini tips paling mujarab. Nyanyi. Pasang Keong Racun. Joget. Lalu keluarkan suara Anda sampai otot-otot lehernya terlihat seperti orang ngotot. Nyanyi sekenceng-kencengnya. Teriak sekeras-kerasnya. Pakai perasaan dan anggap Anda seperti sedang melakukan mobile concert. Jurinya adalah orang yang melirik Anda dari balik kaca.

4. Makan.
Ngemil itu bukan lagi pasangan dalam nonton film. Ngemil sudah mulai selingkuh menjadi pasangan orang menyetir. Hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa kantuk yang ada. Sediakan cemilan di kursi sebelah (kalau kosong, kalau ada orangnya, suruh pegangin aja. atau suapin biar lebih mesra). Dan, ketika mulai ngantuk, ambil cemilan dengan meraupnya pakai tangan lalu masukan semuanya ke mulut. Kunyah pelan-pelan.

5. Minum.
Selama bukan minum minuman keras, silahkan saja. Bukan apa-apa, soalnya sudah ada aturan : Don`t Drive Drunk! Ini larangan keras. Sekeras minumannya. Jadi, jangan melanggar. Lebih baik minum kopi daripada minum yang lain.

Baiklah. Kira-kira begitulah tips dari saya bagi kaum-kaum penyetir. Semuanya sudah lolos quality controlnya oleh saya sendiri. Serius. Saya melakukan lima hal di atas kalau ngantuk pas lagi nyetir. Hanya saja ada hal yang belum pernah saya coba padahal ingin sekali mencobanya. Yaitu : Tidur.

Yang satu ini belum saya lakukan. Saya belum menemukan cara untuk tidur sambil nyetir.

Selamat mencoba dan tetap hati-hati pada sekeliling Anda!
Drive savely guys!

Saturday, November 6, 2010

Coffee House : Kisah Si Penulis, Calon Penulis, dan Pemilik Penerbit


Wah, sudah lama sekali saya nggak membuat review soal drama yang saya tonton, ya?! Memang sejak ngantor, pekerjaan yang satu ini sedikit saya tinggalkan. Yah, tapi barang satu atau dua jam saya selalu mencoba untuk mencuri waktu supaya bisa menonton. Hehehe~

Dan, kali ini saya datang membawa review-an sebuah drama Korea yang berjudul Coffee House. Drama bergenre romantic comedy ini berhasil membuat saya cukup betah dalam menikmati alur ceritanya yang agak panjang dan lama, tapi harus muat untuk pengemasan 18 episode saja. Alasan pertama adalah pemainnya. Hehehe~ Ehhhh..., bukan si cowok--yang entahlah siapa itu, tapi sebut saja namanya adalah Eun Jong--seorang member dan ex-leader dari idol group berjudul T-ara.

Jadi, kisah Coffee House ini berkisah seputar kehidupan penulis, Lee Jin Soo (Kang Ji Hwan), yang membawa Kang Seung Yeon (Eun Jong) menjadi seorang sekretarisnya. Si Penulis perfeksionis ini mempunya kebiasaan-kebiasaan khusus yang sulit sekali dilakukan oleh Kang Seung Yeon sebagai sekretaris yang belum berpengalaman. Sementara itu Lee Jin Soo yang menjadi penulis pada sebuah penerbitan bernama GO Publishing ini, memiliki hubungan dekat dengan pemilik penerbitan itu, bernama Seo Eun Young (Park Si Yeon). Sampai suatu ketika, mantan tunangan Seo Eun Young, Han Ji Won (JunG Woon In) ini kembali hadir dalam kehidupannya.

Begitulah kira-kira basic dari kisah Coffee House yang ditayangkan melalui channel SBS ini.

Selanjutnya bisa ditebak kira-kira kemana cerita akan bergerak.

Cinta segiempat antara Lee Jin Soo, Seo Eun Young, Kang Seung Yon dan Han Ji Won mewarnai keseluruhan episode yang ada. Diselingi dengan adegan-adegan lucu dari Han Ji Won yang agak aneh, ada juga tingkah yang diluar nalar dari seorang Lee Jin Soo yang berlabel seorang penulis misteri terkenal di Korea. Semuanya mengisi kepadatan dari cerita Coffee House dengan satu benang merah yang ada : kopi.

Tapi sayangnya, tak ada resep membuat kopi enak yang bisa di sharing pada setiap episodenya. Cuma gambaran bahwa kopi yang diminum si tokoh itu terlihat enak sekali.

Dan, sebenarnya, kalau mau dipreteli, Coffee House memiliki jalinan cerita yang cukup rumit. Satu dan lain hal saling berhubungan tapi membuat cerita terasa lebih menarik kita ke dalam kehidupan komplikasi para tokohnya.

Hanya saja banyak yang tidak begitu suka dengan drama ini.

Oke, saya akui, kesan saya tidak begitu dalam terhadap ending ceritanya yang 'hanya begitu saja' tapi cukup banyak dijumpai di beberapa drama Korea yang saya tonton. Namun, bagi saya yang penikmat drama, rasanya Coffee House bisa menjadi alternatif hiburan yang menyenangkan. Dan, saya suka akting Eun Jung yang terlihat natural. Ini pertama kalinya doi main drama, kan? Hehehe~ Saya acungi jempol buat ex-leader yang satu ini.

Jadi, bagi teman-teman yang sedang seacrhing tontonan akhir pekan, mungkin Coffee House bisa masuk menjadi salah satu must watch drama list.

Sumber : http://www.koreandrama.org/?p=1898

Wednesday, November 3, 2010

Short Message to BoA!

Dan, hari ini adalah hari ke-5 di bulan November, yang berarti adalah hari ulang tahun dari uri onnie, Kwon BoA. Yeyyy~ xD Saengil Chukkhae, onnie!!


For the happiest day for your life, onnie, I wanna give some short message to tell you how I do appreciate you as a singer and a dancer. It`s little bit embarrasing but this is what I feel.




Dear BoA onnie,
Wow! God is really good. He added one more year age to you.
Onnie, how have you been? How do you feel on your 24?
It's not just about the number. It's about what you've already achieved.
You also have a lot to work hard for your career and also the fans-Jumping BoA.
I really appreciate it, onnie. I know it was not easy. God knows how many tears do you dribble when tired. Do not complain, onnie. We are here to support and always encourage you.

Hope you'll always be blessed and keep fighting.



Haapy Birthday!


big hug =3

Tentang Harapan Untuk November

Hmmm..., sudah mendekati akhir tahun saja ya. Sekarang November 2010. Itu berarti sudah genap juga saya menjadi seorang karyawan selama 5 bulan. Hihihi.

Banyak hal yang saya pikirkan.

Tentang masa lalu, sikap, perbuatan, pencapaian, kawan, keluarga, uhhh, terlalu banyak untuk diutarakan. Banyak hal yang terjadi, banyak hal yang lewat, tapi banyak hal juga yang menunggu.

*garuk-garuk kepala*

Apa sih yang mau saya tulis?
Keadaan kantor yang lagi sepi saat ini membuat saya tergerak begitu saja untuk merangkai kata-kata yang entah apa ini jadinya? Lanturankah? *ketawa garing*

Yah, jangan terlalu dianggap penting postingan ini. Memang tidak penting, soalnya.

Dan, tentang November ini, semoga akan banyak hal baik yang Tuhan berikan untuk kita semua. Tapi, tentang harapan, saya hanya ingin menjadi lebih dewasa lagi dalam menjalani hidup. Well, it's not just about my mood swing habits but also other things in my life.

Selamat Ulang Tahun

Meski sudah memasuki hari ke-3, saya tetap ingin mengucapkan selamat menikmati bulan November ini. Dan, di hari ketiga bulan ke sebelas ini, Nishikido Ryo berulang tahun yang ke-26. Sehingga tak afdol rasanya jika saya tidak mengucapkan selamat bagi cowok asal Osaka ini.

Otanjoubi omedetou, Ryo-chan.