Awal mula hanya berpikir bahwa saya harus merubah nasib dan masa depan saya. Apa hal lain yang bisa saya lakukan? Apa hal lain yang masih bisa dikejar mumpung usia saya masih segini? Apa hal lain yang saya ingin lakukan tapi belum datang waktunya? Jawabannya tak ada yang lain, hanya Jepang. Berbekal studi Bahasa Jepang, saya pun nekad harus merasakan hidup di Negara tersebut. Saya ambil semua resiko, dan terbang ke Negri Sakura. Dengan satu bekal, yaitu bisa menggapai mimpi yang lain di sini.
Keputusan ini adalah keputusan yang sulit. Setidaknya bagi saya. Karena ini bukan perjalanan wisata 1 - 2 minggu, atau short term course 3 - 6 bulan. Tapi, ini lebih dari itu.
Tak sedikit orang yang khawatir. Baik orangtua, juga teman-teman. Apalagi mereka tahu benar bagaimana karakter otak saya yang punya level rendah ini. Mereka pikir, Jepang adalah negara yang keras. Setidaknya untuk karakter seperti saya. Tapi, jika saya mundur, karakter saya pun tidak akan berubah, bukan? Mimpi saya pun tidak akan bisa tercapai, bukan? Jadi, sekali lagi modal nekad pun menjadi dorongan kuat untuk tetap maju.
Ada saja pertanyaan yang tersalip di kepala, apakah saya melarikan diri? Seperti yang dilakukan salah satu teman asrama saya (dia dari Mexico dan akhirnya hanya bertahan selama 2 bulan di sini. Setelah menyadari sikapnya, dia pun memutuskan pulang). Pertanyaan semacam itu belum benar-benar bisa saya jawab dengan jelas. Kepenatan selama di Jakarta, dengan segala hiruk pikuk dan karakter manusianya, membuat saya seperti dikekang oleh tali yang kuat. Dalam hal ini, saya rasa biar waktu yang menjawab. Saya baru satu bulan di sini.
Tapi, yang jelas, saya bahagia. Sedikit demi sedikit menapaki hal baru untuk mengejar impian lain. Perlahan-lahan, saya berharap semua itu bisa saya raih, kelak.
Bagaimana pun, yang bisa saya lakukan sekarang hanyalah berusaha.
Berusaha belajar giat, berusaha bekerja dengan baik, dan berusaha menjaga sikap.
Kelak, kita tidak pernah tau apa yang akan kita capai, jika kita tidak mencobanya sekarang.
長野県上田市中央3丁目