Showing posts with label curhat. Show all posts
Showing posts with label curhat. Show all posts

Thursday, May 31, 2012

Keputusan

Sebenarnya, saya tidak pernah menyangka kalau saya bisa menginjakkan kaki di Jepang. Saya sempat mendapat larangan dari orangtua, berhubung Jepang dan Indonesia harus ditempuh dalam 7 jam pesawat (ditambah 4 jam dari kota saya tinggal, Ueda ke Narita). Pun, harus menggunakan pesawat. Mahal. Tapi, nyatanya, disinilah saya berada. Ueda shi.

Awal mula hanya berpikir bahwa saya harus merubah nasib dan masa depan saya. Apa hal lain yang bisa saya lakukan? Apa hal lain yang masih bisa dikejar mumpung usia saya masih segini? Apa hal lain yang saya ingin lakukan tapi belum datang waktunya? Jawabannya tak ada yang lain, hanya Jepang. Berbekal studi Bahasa Jepang, saya pun nekad harus merasakan hidup di Negara tersebut. Saya ambil semua resiko, dan terbang ke Negri Sakura. Dengan satu bekal, yaitu bisa menggapai mimpi yang lain di sini.

Keputusan ini adalah keputusan yang sulit. Setidaknya bagi saya. Karena ini bukan perjalanan wisata 1 - 2 minggu, atau short term course 3 - 6 bulan. Tapi, ini lebih dari itu.

Tak sedikit orang yang khawatir. Baik orangtua, juga teman-teman. Apalagi mereka tahu benar bagaimana karakter otak saya yang punya level rendah ini. Mereka pikir, Jepang adalah negara yang keras. Setidaknya untuk karakter seperti saya. Tapi, jika saya mundur, karakter saya pun tidak akan berubah, bukan? Mimpi saya pun tidak akan bisa tercapai, bukan? Jadi, sekali lagi modal nekad pun menjadi dorongan kuat untuk tetap maju.

Ada saja pertanyaan yang tersalip di kepala, apakah saya melarikan diri? Seperti yang dilakukan salah satu teman asrama saya (dia dari Mexico dan akhirnya hanya bertahan selama 2 bulan di sini. Setelah menyadari sikapnya, dia pun memutuskan pulang). Pertanyaan semacam itu belum benar-benar bisa saya jawab dengan jelas. Kepenatan selama di Jakarta, dengan segala hiruk pikuk dan karakter manusianya, membuat saya seperti dikekang oleh tali yang kuat. Dalam hal ini, saya rasa biar waktu yang menjawab. Saya baru satu bulan di sini.

Tapi, yang jelas, saya bahagia. Sedikit demi sedikit menapaki hal baru untuk mengejar impian lain. Perlahan-lahan, saya berharap semua itu bisa saya raih, kelak.

Bagaimana pun, yang bisa saya lakukan sekarang hanyalah berusaha.
Berusaha belajar giat, berusaha bekerja dengan baik, dan berusaha menjaga sikap.

Kelak, kita tidak pernah tau apa yang akan kita capai, jika kita tidak mencobanya sekarang.



長野県上田市中央3丁目

Monday, September 26, 2011

Egois itu Rasa

Ada manusia yang tidak punya ego?

Coba seret orang itu pada saya.

Bagi saya, ego dan manusia itu sudah satu paket. Seperti super panas di macdonald. Atau seperti pasangan sendok dan garpu. Juga sumpit yang selalu ada dua. Ini tampak mulai ngelantur analogi, sih. Tapi, intinya seperti itu. Sulit dipisahkan. Karena entah dengan teknologi apa, ego itu seperti chip dalam diri manusia. Dia mengakar dengan luas dan membuat tandanya sendiri di sudut hati. Dan, dia mengendalikan hati.
Maka dengan bibit ego yang dipelihara, maka tumbuhlah ketidakpekaan dengan orang lain, hanya mencari keuntungan semata, tidak memikirkan perasaan orang lain. Hingga suatu ketika saat saya sedang berada di balik kemudi mobil dan melaju dalam kesendirian, saya mengambil kesimpulan, peliharalah ego, tapi jangan biarkan dia tumbuh subur.

Jika bertanya kenapa, jawabannya (mudah) menurut saya. Karena tanpa ego setitik, rusak susu sebelanga. Tanpa ego, manusia bisa memberikan dirinya untuk dikendalikan. Namun, terlalu subur ego, manusia telah menggali lubangnya sendiri untuk mati.
Saya menulis seperti ini setelah bertemu dengan dua orang yang memiliki kadar egoisitas di peringkat tertinggi deretan manusia dalam hidup saya. Tak perlu menyebut nama. Yang jelas, saya merasa sangat kecewa, tapi seperti orang dungu, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Jika sudah kecewa, saya yang cengeng bisa saja menangis (tapi itu dulu) atau langsung mengalami mood swing yang sangat drastis.

Tapi, manusia itu terus belajar.

Suatu saat saya berpikir dan menemukan sesuatu dalam kepala. Bahwa, melawan ego itu seperti mendapat ujian noryouku shaken tingkat 2. Sulit, tapi pasti bisa ditaklukan jika kita mengetahui caranya dan belajar.

Hmmm…, jika ada yang punya tips atau trik lainnya yang lebih baik, dengan senang hati silahkan berbagi. Tapi, dari sudut pandang dan pengamatan saya, hanya dua cara (saya baru menemukan itu) untuk mengatasi kejengkelan diri terhadap mahluk dengan egoisitas yang kadarnya agak tidak manusiawi.

Tulus atau mengandalkan kekuatan pikiran untuk mencari hal lucu.
Itu saja.
Jangan tanya betapa sulitnya. Bahkan sun go kong harus melewati banyak rintangan sebelum tiba untuk mengambil kitab suci. Tapi, begitulah hidup.

Tuesday, July 19, 2011

Rumput Tetangga Tidak Lebih Hijau??

Pepatah macam "rumput tetangga memang selalu terlihat hijau" sudah seringkali kita dengar. Pun, ditambah lagi sebuah produk rokok menggunakan tema tersebut untuk komersial mereka. Hanya berbeda penyusunan kalimat untuk tagline-nya. Namun, intinya tetap saja sama.

Ada yang tidak pernah berpikir bahwa rumput tetangga selalu terlihat hijau?

Saya (mungkin) salah satu yang paling sering berpikir demikian. Bukan hal mudah saat pikiran macam itu datang menghampiri. Saya harus kerja keras membuai diri sendiri dengan berbagai masukan positif yang mampu membuat saya bertahan. Entah sampai kapan. Saya tau pemikiran macam itu adalah salah, karena tidak seharusnya membiarkan "dia" berkeliaran di benak saya. Padahal, pikiran yang sudah terkontaminasi dengan bakteri negatif, akan merusak seluruh jaringan sel dan efek buruknya bisa merambat sampai kemana-mana. Dan pikiran merupakan sugesti yang paling kuat untuk menentukan apakah hidup seseorang akan berjalan baik atau sebaliknya. Namun, tetap saja terasa sulit dan seakan-akan butuh tenaga ekstra untuk menyembuhkan bakteri-bakteri pengganggu itu.

Ini bukan mengenai hal bersyukur atau tidak bahagia dengan diri sendiri. Saya pribadi lebih merasa karena terlalu banyak hal yang saya pikirkan sekaligus dalam satu wadah. Saya juga jadi berpikir, ah..., jadi di titik inilah saya merasa benar-benar hidup. Dan, hidup itu memang keras. Susah. Banyak pertimbangan yang bisa menyeret saya pada hal-hal yang sebenarnya tak ingin saya lakukan. Salah satunya pemikiran macam ini.

Serius. Saya bukan tidak bahagia. Justru saya bahagia dengan hidup saya.
Tapi, apakah ketika saya bahagia, orang lain di sekitar saya juga bahagia?
Saya rasa terlalu cepat jika mengatakan iya.


just a random words ^^

Thursday, July 7, 2011

Brand New Me

Oh, oke. Lihat sudah berapa lama saya meninggalkan rumah ini? Postingan bulan juni pun hanya berhasil menelurkan satu buah saja. Astaga~~

And, welcome my July.
Ini bulan baru. Kehidupan baru. Buat saya. Banyak yang sudah terjadi. Hingga sebenarnya saya tak tahu mau membicarakan apa di sini. Saya cuma berusaha mengisi kembali rumah yang sudah berdebu ini. Dan, mungkin ini akan menjadi salah satu postingan yang random buat saya.

Tapi, yang jelas, bulan ini benar-benar saya yang baru. Brand New Me, jika saya mau menamainya. Saya punya "title" baru. Saya punya "kerjaan" baru. Saya punya "hidup" baru. Menyenangkan? Saya harus berpikir demikian. Karena untuk meraihnya ada beberapa hal yang harus dikorbankan, ada beberapa hal yang harus diusahakan dengan sekeras mungkin.

Oh, beralih dari itu semua, saya punya tontonan K-Drama yang baru. Dan, drama ini bisa dibilang telah menghipnotis saya. Judulnya City Hunter. Ayo, siapa yang tidak kenal Lee Min Ho? Itu loh cowok yang main di BBF sebagai Jun Pyo yang tajir dan berambut keriwil. Si tampan yang berakting dengan baik di drama tersebut. Setelah Pasta, kini dia tampil lagi di City Hunter. Bedanya, K-Drama yang satu ini banyak menampilkan adegan action alias berkelahi karena bercerita mengenai seorang "city hunter" yang membasmi kejahatan dalam politik.

Saat ini, City Hunter sendiri masih dalam status airing di Korea. Tapi, serius. Buat saya drama ini bisa diibaratkan dengan air sungai yang diam-diam menghanyutkan. Sejauh episode yang sudah saya tonton (terakhir nonton episode 11, dan pada saat ini ditulis, episode yang tersedia baru sampai 12), saya benar-benar ingin nambah dan nambah.

Jadi, buat yang penasaran, bisa mencoba mengulik City Hunter di tukang DVD.

Oke. Cukup random hari ini~~ ^^

Monday, June 13, 2011

Pelajaran Baru

Oke. Katanya saya lulusan sastra Jepang. Tapi, serius untuk apa pun, bahasa Jepang saya masih jauh dari kata bisa. Ditambah lagi sejak masa kelulusan berlalu, tak satu kali pun saya bersinggungan dengan bahasa Negri Sakura tersebut. Saya merasa terlanjur basah tanpa guna yang berarti. Malah dengan semangat' 45, saya pribadi lebih cenderung banyak mendengarkan musik-musik Korean Pop. Meskipun hal itu tak membuat saya berubah menjadi orang yang mahir berbahasa Korea. Sama saja. Mau bahasa Korea atau bahasa Jepang. Bahkan bahasa Ibu sendiri masih compang-camping. Dan, tak jarang saya lupa mendeskripsikan sesuatu. Entah ini memang karena efek dari penyakit lupa saya, atau memang karena lalainya saya dalam menguasai bahasa.

Tapi, suatu ketika saya seperti tersadar oleh sesuatu. Waktu cuma jadi semacam barang yang saya letakkan di dalam laci tanpa saya manfaatkan dengan baik. Dan, ketika semua itu berlalu nyaris dua tahun, saya baru membukanya lagi. Lalu geleng-geleng kepala saja.

Apa yang sudah saya lakukan selama ini?

Bersenang-senang terlalu jauh dan tidak memikirkan apa manfaatnya? Terjebak dalam kamar penuh dengan lem yang membuat saya enggan beranjak? Astagaaaaa...

Saya pun memutuskan untuk bangkit. Meninggalkan kenyamanan dan berusaha menemukan kembali trigger yang memang bisa memacu saya untuk belajar. Saya mengais-ngais tong alasan kenapa saya bisa menyukai bahasa Jepang. Saya ingin mempertahankan itu. Setidaknya, kalau saya sudah basah kuyup, saya ingin ada makna yang berarti dari semua itu.

Berbekal alasan saja, saya pun memutuskan untuk kembali mempelajari bahasa Jepang. Tertatih-tatih, apalagi ingatan saya soal kanji sudah tak ada bekasnya satu pun. Serius, bahkan saya pernah lupa bentuk kanji yang paling mudah--kanji untuk kata 'saya'. Saya mulai lagi dari awal. Dari grammar yang juga saya lupa sama sekali.

Saya tau mungkin keputusan ini terlambat. Dan, apalah. Mungkin juga terkesan tidak penting atau apa pun. Tapi, hal ini setidaknya memberi pelajaran bagi saya. Bahwa harus selalu ada tindakan nyata dari sebuah keputusan. Walau kadang masih ada rasa malas yang membuat saya enggan belajar. Ditambah lagi urusan saya bukan saja sekedar belajar (lagi). Tapi, pada akhirnya saya memilih untuk mengambil langkah.

Wednesday, March 2, 2011

Harganya seratus ribu!

Sejujurnya saya heran. Bukan sekali atau dua kali mendapati kejadian seperti ini.

Jadi, saya datang ke sebuah toko atau rumah makan sederhana, menikmati jasa atau membeli barang di dalamnya, lalu ketika bertanya berapa harganya, si penjual akan menerapkan tarif yang agak tidak masuk di akal untuk sebuah jasa / barang tersebut.

Kemarin ini, berbekal hasrat untuk membuat sebuah dress mengkopi model hanbok (pakaian tradisional Korea) modern, saya pun pergi ke sebuah tukang jahit di depan komplek perumahaan. Berdasar rekomen dari teman yang memuji hasil si penjahit itu, saya menjadi tertarik, ditambah lagi jarak yang tak terlalu jauh. Saya datang ke studio kecilnya yang berupa sebuah rumah tinggal. Konsultasi dan ukur-ukur pun terjadi. Tak ada masalah. Sampai ketika perhitungan pun dimulai. Saya shock begitu melihat harga akhir yang harus saya bayar untuk hanbok modern yang saya inginkan. Harganya 480.000 saja!! *nada saja-nya dibuat sarkasme*

Kebiasaan orang Indonesia pun keluar. Tawar-menawar dilakukan.
Sayangnya, tak ada pengurangan yang sangat berarti. Hanya berkurang 50.000.

Saya pun berpikir, mungkin memang segitu harusnya. Tapi, saya mendapat selintingan pendapat bahwa harga segitu termasuk MAHAL untuk ukuran penjahit rumahan.

Masalahnya, harga yang dia tawarkan tidak include dengan fabric!

Alhasil saya pun putar otak. Saya pun mencari bahan yang saya inginkan, sambil berpikir ulang soal menggunakan jasa penjahit itu atau mencari penjahit lain.

Pada akhirnya saya menelpon salah satu teman kuliah yang kebetulan Ibunya seorang penjahit juga. Kalau bukan karena masalah jarak, sejak awal saya sudah minta tolong beliau menjahitkan hanbok saya. Dan, padanya saya bercerita soal harga setinggi itu. Beliau pun shock. Katanya itu bukan saja mahal, tapi MAHAL BANGET. Okelah kalau dia sekelas Ivan Gunawan, Anna Avante, atau desainer yang lain.

Dari situlah saya kemudian merujuk pada si Tante ini. At least, beliau bisa memberikan harga teman karena saya dan anaknya sudah kenal lama *nyengir*

Sekarang bahan yang sudah saya beli itu, bertengger manis di rumah teman saya, menanti giliran untuk disulap menjadi dress sederhana berbentuk seperti hanbok di tangan Tante itu.

Hasilnya bagaimana, saya belum tau.

Tapi, setau saya hasil jahitan beliau memang rapih dan bagus di badan.

Dari kisah saya itu, saya cuma kebingungan saja. Kenapa ya, para pedagang tak pernah segan untuk "menggetok" harga sedemikian mahal seenak hatinya? Apakah karena saya mudah ditipu atau apa, saya nggak tau. Cuma saja, saya tidak terlalu suka pada orang-orang sombong yang mentarifkan harga selangit seenaknya saja. Yah, setidaknya begitulah apa yang menjadi pendapat saya.

-picture taken from http://saranghenamja.blogspot.com/2010/12/snsd-hanbok.html-

*kira-kira seperti inilah hanbok modern yang mau saya buat*
:)

Sunday, October 10, 2010

Dunia Kecil Dalam Amplop : Surat Untuk Sahabat


Buat apa, sih, menulis surat? Jaman sudah canggih begini! E-mail, SMS, BBM, chatting hingga ke social networking macam twitter atau facebook pun bisa dilakukan dalam kurun waktu hitungan menit saja.

Tapi, menulis surat itu berbeda, kawan.

Dulu, ketika saya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, saya mempunyai seorang pen-pal alias sahabat pena. Saya masih ingat benar meski namanya sudah terlupakan. Yang jelas, dia anak Sastra Jepang di UGM (Universitas Gajah Mada). Seorang yang pernah membuat saya berpikir untuk menimba ilmu di kampus yang sama dengan jurusan yang sama.

Apa spesialnya?
Tidak ada.
Hanya cerita-cerita tak penting yang kami bagi dalam tiap lembar kertas. Impian, harapan, kekesalan, cerita lucu. Apa pun. Kami berbagi rahasia. Paling tidak saat itu, di mata saya yang masih berusia belasan, orang itu terasa seperti seorang kakak bagi saya. Dia bahkan mengajari saya beberapa kosa kata dalam bahasa Jepang.

Ah, kawan..., sekarang entah dimana keberadaanmu dan bagaimana keadaannmu. Saya tidak pernah lagi mengetahui tiap detail kisahmu dalam sepotong dunia kecil di dalam amplop. Semuanya terhenti begitu saja, sejak saya mulai mengenakan seragam abu-abu. Entah apa alasannya, saya juga tidak begitu ingat. Yang saya sadari, tak ada lagi rangkaian tulisannya yang bercerita. Yang tertinggal kini, hanya sebuah kenangan.

Bahkan, saya sudah tak ingat lagi dimana semua potongan surat itu berada.

Tapi, kawan..., dimana pun kamu berada, saya senang pernah punya sahabat pena sepertimu. Terima kasih karena pernah mau berbagi pada saya. Terima kasih pernah mau mengajari sedikit tentang Jepang pada saya. Dan, terima kasih pernah memberi dunia tersendiri yang kini muncul kembali di ingatan saya kala melihat sebuah gambar mengenai sepucuk surat.

Suratmu mungkin hilang, tapi kenangan itu tidak akan pernah bisa saya buang dari lemari kepala saya.


Untuk seorang sahabat pena yang pernah saya kenal.
Genki dashite kudasai ^___^


Picture taken from : Pink Sherbet Photography

Friday, October 8, 2010

Maaf Untuk Ketidaknyamanan Anda : Sedang Melakukan Penyesuaian Interior

Ingat dengan 'interior' duniakura yang terakhir?
Setelah lama tidak bersapaan dengan si blog ini, ketika saya membuka si blog, ternyata muncul begitu banyak entah kolom apa. Dikster apalah itu. Bertanya pada Mocca Chi pun dia tidak tau apa itu si Dikster. Saya juga tidak mengerti. Dan, jujur saja saya merasa terganggu. Akhirnya saya pun memutuskan untuk mengubah 'interior'nya.

Total.

Tapi, ternyata saya masih belum menemukan interior yang benar-benar pas.
Sudah beberapa kali mengganti tampilan, tapi terkadang terantuk masalah yang bagian gadget-nya tidak keluar atau ternyata mengalami loading yang cukup lama. Jadi, saya mohon maaf atas ketidaknyamanan ini.

Kira-kira, apa ada keluhan yang ingin dimuntahkan di kolom komentar ketika menemukan sesuatu yang mengganggu dalam proses loading di blog ini? Silahkannnn~~

Sunday, June 27, 2010

Tukang Jahit Versus Tukang Politik

"Kalau saya terpilih jadi walikota, saya akan membuka lapangan kerja yang luas sehingga tidak ada satu pun pengangguran di Jakarta."

Penggalan kalimat penuh kata-kata manis yang menjilat itu mungkin hanya salah satu kalimat yang dikeluarkan oleh orang-orang politik di negri kita supaya mereka bisa menduduki posisi tertentu. Selanjutnya, setelah terpilih, masalah kata-kata itu terealisasi atau tidak bukan urusannya lagi. Dan, berikutnya kata-kata itu hanya tinggal janji si manis jembatan ancol yang menghilang begitu saja di balik kepulan asap.

Sebenernya, kata-kata manis bukan saja milik petinggi-petinggi politik. Orang-orang bawahnya pun juga seringkali begitu, mengumbar janji tanpa bisa memegangnya dengan pasti. Yang penting bicara dulu, urusan dipenuhi atau tidak, lihat saja nanti~ tergantung mood.

Hal ini baru saja saya alami. Dan, jujur saya bisa marah sekali.

Waktu itu hari jumat saya mendatangi sebuah tempat jahit di kawasan rumah saya. Tujuannya tentu saja bukan mencari masalah atau menagih hutang, tapi untuk mempermak seragam kerja saya yang agak-agak kegombrongan kalau dipakai. Maklum anak cewek, maunya yang agak ngepas badan meski tau badan saya kerempeng. Jadilah saya melakukan negosiasi untuk mencapai mufakat atas dua helai seragam yang mau saya kecilin ukurannya itu. Hasil negosiasi adalah harga permak yang 35 ribu plus bisa diselesaikan pada hari Minggu pagi, jam setengah 10. Beberapa kali saya mewanti-wanti si tukang jahit supaya mampu menyelesaikan tepat waktu karena hari Senin seragam itu harus dipakai. Si tukang jahit pun mengiyakan pesanan saya sambil tersenyum. Saya pun meninggalkan tempat tukang jahit dengan perasaan riang menuju kantor.

Hari Minggu-nya...,
Sesuai janji, pukul setengah 10 pun saya datangi tempat tukang jahit itu. Dan, tahukah apa yang terjadi? Tokonya masih TUTUP! Argggghhh...betapa kesalnya saya saat itu. Tapi, kemudian saya pikir, mungkin dia buka agak siangan kali. Toh, kan hari Minggu memang waktu untuk bermalas-malasan. Meski saya sudah mulai keki karena kata-kata si tukang jahit sudah tidak bisa diandalkan, saya mencoba menerimanya dan kembali lagi ke toko pada sore hari.
Tapi, ternyata tokonya masih juga TUTUP! @#$%^&*&^$##$% (sensor mode on).
Kesel setengah mati. Mana saya nggak punya nomor teleponnya lagi!
Besok Senin kan seragam itu mau saya pakai, kalau memang nggak bisa diselesaikan tepat waktu, kenapa nggak ngomong sih?

Saya bukannya mendoakan atau menyumpah serapah, tapi gimana usaha mereka mau berkembang dan laris kalau janji saja nggak bisa dipenuhi. Pantesan aja, cuma jadi tukang jahit! (sori, tak ada maksud merendahkan para tukang jahit yang lain karena saya percaya pasti masih ada banyak tukang jahit yang jauh lebih hebat) Oh ya, untuk sekedar memberi warning kalau ada yang tahu tukang jahit ini, nama tokonya AIRO, SEBAIKNYA CARI TUKANG JAHIT LAIN KETIMBANG PERGI KE TUKANG JAHIT AIRO!

Jadi, sebaiknya jika teman-teman mau mempermak pakaian atau apa pun, lebih baik cari tukang jahit yang sudah dikenal atau telah mendapat rekomen dari kerabat. Jangan sampai kejadian seperti ini terjadi pada teman-teman sekalian. Bete totallllll~

Saturday, June 12, 2010

Pojok Aduan Masyarakat (Jakarta)

Setiap pulang kantor [XD] saya selalu menggunakan sebuah bus kuning yang sudah peot-peot di sana-sini dengan suara yang sukses bikin kuping keram saking berisiknya, berjudul Kopaja 102. Biasanya saya naik dari sekitaran Senayan karena memang bus itu melintas di jalan tersebut. Dan, sebisa mungkin harus naik di depan Plaza Senayan untuk menghindari yang namanya "bus penuh karena sopirnya ulangtahun."

Hari itu saya pun sudah lari-lari ke arah Plaza Senayan untuk bisa mendapatkan tempat VIP aka tempat duduk di dalam bus. Beruntung masih ada satu dua bangku yang kosong sehingga saya bisa duduk sambil menikmati cemilan gorengan yang saya beli untuk mengganjal perut. Soalnya, tak berapa lama setelah lepas dari pinggiran Plaza Senayan [bus di Jakarta sangat jarang berhenti di depan halte] bus 102 langsung dikerubungi fans-fansnya yang membuat bus yang sudah peyot itu penuh sesak dengan orang-orang. Meski udah penuh, si kenek akan berteriak, "Ayo, Mas, Mbak, geser..., masih kosong itu di tengah," atau juga, "ayo, mbak, mas..., nggak ada mobil lagi. Udah malem. Terakhir, nih!" Lalu tak berapala lama, bus 102 yang lain melintas di belakang... ~___~"

Kenapa, sih, orang-orang harus didesak di dalam bus kalau memang sudah penuh?

Kemudian, perjalanan masih terus melewati daerah Radio Dalam. Bus 102 yang saya tumpangi bergerak dengan kecepatan kencang di jalur yang bukan seharusnya karena memang jalur yang ada sedang macet. Padahal macetnya pun karena lampu merah, tapi si sopir yang nggak sabaran, tetap saja memacu kencang busnya tanpa peduli kalau ada mobil dari arah sebaliknya. Untungggg, dia nggak nerobos lampu merah. Saya pikir begitu semula. Tapi, saya salah. Ketika hanya sedikit mobil dari arah lain sedang melintas karena lampu di jalur mereka sedang berwarna hijau, si bus pun main tancap aja! Intinya, dia tetap menerobos lampu merah!!

Betapa bahayanya....

Dan, yang lebih membuat kami para penumpang ini sebal adalah begitu sampai di dekat-dekat komplek perumahan Angkatan Laut [atau udara, saya lupa] bus 102 berhenti di depan bus 102 yang lain dan si sopir berkata, "Ayo, Pak, Bu, pindah...pindah.... Mau pulang saya."

Wow!! Ini bukan satu dua kali bus 102 melakukan hal serupa. Sudah sangat sering terutama ketika malam hari.

Penumpang pun sontak protes! Tapi si abang sopir itu tetap menyuruh kami pindah ke bus 102 yang lain, hanya karena dia mau pulang!! Hei, kami juga mau pulang, kaliiiiiiiiii *on fire* Dengan penuh gerutuan dan makian [dalam hati] saya bersama penumpang yang lain pun terpaksa hijrah ke bus 102 yang ada di belakang. Tapi, sungguh. Rasanya kesal sekali. Penumpang busnya banyak, tapi kenapa harus dipindahkan ke bus lain???!! Keterlaluan sekali. Belum lagi, kami para penumpang yang hendak pulang, pasti capek sekali karena aktifitas masing-masing. Sementara si sopir seenaknya menyuruh kami pindah!!

Jujur saja, saya marah. Bukan satu kali, loh!
Mau ngadu kemana pun saya juga nggak ngerti. Jadi, terpaksa saya ngadu di blog. Kali aja ada abang sopir bus 102 yang sedikit canggih dengan baca-baca blog lalu nyasar ke blog saya. Ah, tapi saya tak yakin.

Monday, May 31, 2010

Kekuatan Doa

Semua orang tau kekuatan doa itu sangat dasyat. Ya, dan itulah yang memang saya alami.

Postingan kali ini agak sedikit religius (akhirnya bertobat juga si clara XD), tapi ini mungkin merupakan kesaksian yang saya rasa bisa menjadi salah satu motivasi bagi siapapun yang pernah mengalami kehilangan arah seperti saya.

Dalam agama saya (Katolik), ada sebuah novena dimana kita sebagai umat berdoa dan memohon kepada Bunda Maria sebagai perantara kepada Tuhan Yesus. Namanya Novena Tiga Salam Maria. Dari kesaksian di gereja, banyak sekali yang doanya terkabul berkat novena ini. Karena hal itu pun, saya akhirnya mencoba untuk berdoa novena ini. Dan, puji Tuhan, doa itu sungguh terkabul!

Tapi, rupanya memang Tuhan itu selalu punya rencana.

Tuhan itu nggak mau kalau saya menerima "berkah"Nya itu dengan begitu saja. Dia pengin memberikannya sebagai kejutan untuk saya. Dia juga pengin saya berserah total kepada-Nya. Dan begitu waktunya sudah tepat, maka Tuhan akan mengirimkan hadiah itu pada saya.

Ya, rencana Tuhan memang tidak bisa ditebak.
Meski bukan saya namanya kalau tidak muncul kekhawatiran-kekhawatiran lain, tapi mencoba untuk berserah adalah jalan yang terbaik.

*sighhhh*

Satu pelajaran yang saya bisa ambil adalah bahwa usaha dan doa saja tidak cukup, tapi berserah dan pasrah itu juga sangat diperlukan. Berserah dan pasrah adalah bukti bahwa kita sangat mengandalkan Tuhan.

PS: Buat yang masih mau ikutan Rain Affair Contest, hayukkkk, buruan. Tanggal 7 Juni adalah batas akhirnya. Jangan lupa buat yang sudah ikutan, cek lagi nama kalian di Peserta Mini Kontes Rain Affair.

Friday, May 28, 2010

Dunia Saya Gelap

Ini bukan kisah mengharubiru yang inspiratif.
Tapi, ini benar-benar kondisi yang saya rasakan.

Pertama, saya mau minta maaf buat teman-teman yang sudah berkunjung tapi saya malah belum punya kesempatan untuk kunjungan balik. Selain ada beberapa hal yang harus dilakukan hingga membuat saya capek, lalu mengurus kontes kecil-kecilan yang tak seberapa itu, dan yang paling menyita perhatian saya dan itulah yang menjadi kondisi saat ini : saya sedang diselimuti kegelapan dimana saya menjadi seperti orang buta yang harus meraba apa yang ingin saya raih.

Bahkan pembicaraan serta nasihat-nasihat dari pertemuan dengan seorang teman di Urban Kitchen, Senayan pun masih belum cukup membantu, padahal semua nasihatnya (meski nggak satu per satu saya ingat jelas) termasuk bijaksana dalam mengarahkan saya. Tapi, terlalu banyak pertimbangan dan pemikiran (atau katakan saja keraguan) yang pada akhirnya membuat langkah saya terseok. Bahkan ke kiri atau ke kanan saja saya tidak tahu!

Hingga semua itu bermuara pada satu pertanyaan : Apa sih tujuan hidupmu?

Monday, May 24, 2010

Bertemu Satu Titik

Pada saat ini, sampailah saya di titik yang bernama : nggak tau mau ngapa-ngapain sementara otak kepentok jalan buntu!

Plis, plis, plis...
Butuh refireshing untuk dapat ide *grin*

Monday, May 10, 2010

Masih Ajang Promosi

PS : Mengingat masih dalam rangka promo, sementara blog Rain Affair pun baru saja dibuat (masih terisi satu postingan saja), maka saya akan banyak menyinggung soal blog tersebut di sini. Tapi, untuk ke depannya, segala detail mengenai Rain Affair (mulai dari sinopsis, pendalaman karakter, seluk beluk pembuatan, dll) tetap akan dibahas di blog yang semestinya.

Jadi jangan sungkan-sungkan main ke rumah saya yang satu lagi itu, ya. http://rainaffair.blogspot.com/
Berisi tentang detail novel saya.

Maaf, untuk postingannya diselang sama review. Hihihi, gini-gini saya tetap tidak mau rugi dengan beberapa dolar yang bisa saya hasilkan. Yah, sekedar menambah penghasilan guna investasi masa depan *halah, gayamu clar!*

Melirik ke blog baru itu, saya melihat komentar teman-teman yang rata-rata mengharapkan saya membuat give away atau apa pun, hmm..., yang saya tangkap mungkin semacam kontes lalu hadiahnya adalah novel saya. Begitu, ya? Untuk masalah ini, saya pun sempat terpikir tapi kemudian teringat dengan kontrak dan lain hal yang masih belum saya mengerti secara detail, jadi saya masih belum berani mengadakan pembagian novel ini. Maksudnya, butuh pembelajaran kontrak lebih jauh. Takutnya salah-salah soal promosi, saya malah melanggar kontrak. Matilah saya.

Dan, ada juga yang menanyakan tentang sinopsisnya.

Hmm, bukan saya nggak memunculkan sinopsisnya. Sengaja, kok. Saya hanya mencoba menerapkan sistem promosi ala single-single di korea yang juga sedang pada comeback (ahakakaka..., kemakan korea banget!). Pertama desas-desus, lalu muncul singlenya, lalu muncul teaser MV, kemudian full MV dan akhirnya comeback stage beneran di acara musik seperti Music Bank, Music Core dan Inkigayo. Jadi, postingan berikutnya pasti sinopsisnya sudah saya munculkan.

Hmmm, apa lagi ya?

Oh ya, teman saya akhirnya perlahan-lahan mulai aktif nge-blog.
Ahakakaka..., pertamanya dia punya akun di blogspot, tapi karena lupa password dan lain hal, akhirnya dia malah beralih ke wordpress. Meski isi tulisannya masih sekedar curhat-curhatan, tapi, tulisannya menarik untuk dibaca. Yang mau mampir bisa langsung ke TKP di http://berlianpaska.wordpress.com/

Lah..., ini postingan jadi bener-bener promosi abis! Ahakakak...
Udah, deh. Saya mau tutup postingan ini. Meski ada kebahagiaan tersendiri dalam rangka promosi novel, entah kenapa ada sesuatu yang membuat saya merasa kosong. Saya cuma berharap kekosongan itu bisa segera terlengkapi. Aduh..., curhat colongan juga TT____TT
Yah, semoga saja. Kita nggak pernah tau.

Beneran udahan.
Stop di sini.
Sebelum semuanya makin berantakan, tercecer kemana-mana.

Thursday, May 6, 2010

Konsentrasi Itu HARUS!

Konsentrasi itu penting.
Tidak terkotak-kotakkan pada bidang tertentu, tetapi pada semua hal, sebaiknya konsentrasi itu dijaga supaya tidak ada yang tercecer. Tapi, tidak dengan saya. Seringkali yang terjadi adalah saya kehilangan konsetrasi. Tidak mengerti apakah kurangnya konsentrasi saya ini merupakan dampak dari kebiasaan multitasking brain seperti yang pernah saya ceritakan, atau bukan. Apa pun penyebabnya, kehilangan konsetrasi sama saja dengan kondisi berada di bawah rambu peringatan : WARNING. Bagi saya.

Kehilangan konsetrasi ini pun sering saya alami saat mengendarai mobil (itulah kenapa saya menyebutnya sebagai kondisi WARNING). Mulai dari yang nyaris berbahaya sampai yang sangat-sangat sepele pun.

1. Waktu itu sedang kacau-kacaunya hati saya. Tapi, saya tetap harus pergi. Entah untuk keperluan apa, saya lupa. Saya pun mengendarai mobil seperti biasa. Tenang dan santai meski dengan pikiran berkecamuk. Lalu, tiba-tiba di tengah perjalanan menuju keluar kompleks rumah, saya baru sadar kalau saya ternyata salah jalan! Harusnya saya menggunakan jalan keluar lewat belakang, tapi karena pikiran saya kacau, saya malah menggunakan jalan depan.

2. Tak jarang, saya pun hampir menyerempet motor atau mobil hanya karena konsentrasi yang hilang. Untung saja masih ada jarak beberapa centimeter sehingga mobil tidak jadi bersinggungan alias nyerempet. Pun, saya pernah nyaris menabrak pohon di depan rumah orang karena konsetrasi saya tercurah pada ponsel.

3. Waktu itu saya dan teman saya pergi ke UNAS (Universitas Nasional). Pulangnya, teman saya mau menginap di rumah. Jadi, kami melewati jalan tol yang ke arah rumah saya. Tetapi, saking asiknya ngobrol, heboh fangirling sambil nyanyi-nyanyi plus jojogetan, mobil saya terus meluncur tanpa sadar telah melewati arah dimana seharusnya saya mengambil rute. Alhasil, tujuan yang adalah Pondok Indah, malah "mampir" ke Sentul.

4. Juga waktu itu, saya bersama Orizuka. Tujuannya ke Pondok Indah, eehhhh..., malah keluar satu gerbang sebelum Pondok Indah, yaitu Taman Mini.

Intinya, kalau sedang mengendarai mobil, lebih baik berkonsentrasi penuh. Daripada mencari bahaya, lebih baik mengusahakan semua energi untuk fokus pada jalanan.

Tuesday, April 27, 2010

Merenovasi Diri

Beberapa hari ini saya nggak posting dan bewe. Saya absen sejenak. Bukan karena malas, tapi karena beberapa hari ini bisa dikatakan saya cukup lelah. Bahkan Sabtu kemarin, saya sempat terserang tak enak body ahakakaka.... Hampir seharian, saya hanya bisa tidur, sampai kepala terasa begitu pusing.

Perasaan saya kosong. Pada akhirnya, dalam waktu yang begitu dekat, saya harus berpisah dengan dua orang yang saya sayang. Bukan mengenai jurang kematian, tetapi mengenai saat dimana saya merasa kehilangan dua pilar yang menjadi tonggak hidup saya--secara tak kasat mata. Tetapi, meski begitu, perasaan ini benar-benar kosong. Dan, saya harus bisa merenovasi diri saya, yaitu berdiri tanpa pilar yang memadai. Untuk itulah energi saya cepat sekali terkuras, meski tak menjadikannya sebuah tangisan ala drama queen.

Sekarang, saya pun bukannya sendiri. Masih banyak orang-orang yang berada diantara saya. Mereka masih mau menjadi pengganti pilar-pilar itu, meski tak akan sepenuhnya bisa menyamai. Ahhh...saya bukan mau bermelankolis, tapi sepertinya tiap kata yang saya tulis selalu berubah demikian. Tapi, sungguh, saya bukan dalam keadaan benar-benar sedih. Bohong kalau tak sedih, namun bukan berarti sedih yang berkelanjutan dan begitu dalam. Cukup porsinya, menurut saya.

Saya yang sekarang, tidak akan sama dengan hari esok.
Dan...akan selalu begitu, harus.



Menjadi yang lebih baik lagi.

Monday, April 5, 2010

Hubungannya Dengan Karma

Seringkali orang berkata, "hati-hati, nanti kena karma, lohhh."
Sebenarnya, karma itu ada atau nggak, sih? Kalau saya, bisa dibilang secara pribadi saya percaya dengan yang namanya karma. Kenapa? Karena istilahnya nggak ada yang gratis di dunia ini. Pipis aja bayar, apalagi perbuatan kita yang bisa dibilang dicatat oleh malaikat. Semua ada resiko. Selalu ada akibat dari sebuah sebab.

Lagipula, kalau nggak ada karma, darimana kita bisa belajar tentang hidup? Itu, sih menurut saya saja. Anggap saja karma ini memberikan sebuah makna dari keputusan yang sudah kita pilih. Salah atau benar bukan masalah. Yang penting bagaimana menanggung akibat dari semua itu. Dan bagaimana kita melewatinya.

Kenapa saya menulis tentang hal ini?

Soalnya saya merasa belakangan ini saya baru saja kena karma atas sikap saya sendiri.

Saya tau saya salah. Seharusnya saya nggak bersikap begitu terhadap orang itu. Dan..., yah karena itulah saya mendapat balasan yang sama dari orang lain--darinya. Hingga rasanya saya bener-bener menyesal. Sangat menyesal hingga rasanya sesak banget.

Sungguh, deh. Kalau bisa diulang, saya mau mengulangnya. Saya mau melakukan apa saja supaya dia juga nggak bersikap yang sama terhadap saya. Tapi..., saya nggak bisa. Kisah hidup saya bukan cerita dalam novel yang bisa di-edit setiap saat.

Lagipula, toh, ketika saya berpikir lagi, mungkin jalan ini justru yang terbaik. Saya sedang dalam tahap berusaha menerimanya. Apa pun kejadian nanti, saya mencoba untuk menerima.


PS: Untuk orang itu, saya minta maaf. Tapi...bisakah dia tidak bersikap seperti itu pada saya?

Wednesday, March 31, 2010

I Have A Dream

Dunia itu berputar. Begitu pula dengan kehidupan. Kegagalan dan keberhasilan bagaikan saudara kembar yang tidak mau dipisahkan. Ada banyak hal yang membuat kita gundah, kecewa, sedih, menangis atau sekali pun tertawa di luar sana. Tapi, kembali pada diri kita, apakah bisa kita menghadapinya dan bagaimana kita menghadapinya.

Saya punya mimpi.
Begitu juga kamu.
Semua orang punya mimpi yang ingin dicapai dalam hidup ini. Namun, tak jarang mimpi itu tampak begitu jauh. Seperti permainan uang yang diikat dengan tali, setiap kita mencoba meraihnya, uang itu bergerak menjauh. Kita butuh usaha dan kejelian untuk bisa menggapai dan menggenggamnya. Sebelum dia benar-benar pergi.

Saya teringat dengan lagu I Have A Dream yang dipopulerkan ABBA lalu Westlife dan yang sekarang saya suka adalah Connie Talbot (Britain's Got Talent 2007).

I have a dream, a song to sing
To help me cope with anything
If you see the wonder of a fairy tale
You can take the future even if you fail

I believe in angels
Something good in everything I see
I believe in angels
When I know the time is right for me
I'll cross the stream I have a dream

I have a dream , a fantasy
To help me through reality
And my destination makes it worth the while
Pushing through the darkness
Still another mile

Intip Versi Connie Talbot, deh. Anak ini lucu banget.




Bercermin dari lagu itu, saya merasa bahwa ada kekuatan baru yang bisa mendorong saya untuk bangkit dari semua keterpurukan yang ada. Tidak boleh ada kata gagal, yang ada hanya keberhasilan yang tertunda. Atau..., waktunya memang belum tepat.

Semoga saja...


PS: Jadi mendadak teringat dengan Sang Pemimpi.

Sunday, March 28, 2010

Senyuman

by : Clara

Kata orang, senyum itu ibadah.
Kata orang, senyum itu obat awet muda.
Kata saya, senyum itu segalanya.

Sepertinya akhir pekan saya ini banyak diisi dengan senyuman. Lucu juga. Apalagi kalau diingat-ingat dengan postingan melow saya yang rasanya kalau keseluruhan postingan ini dibuatkan grafiknya, maka akan tampak garis naik turun yang tak beraturan. Dan begitulah keadaan mood saya. Tapi, meski diawali dengan kelabu, maka akhirannya akan menjadi cerah, meski justru keadaan cuaca malah sebaliknya dengan keadaan mood saya. Mendung terus, lalu hujan. Tapi, mana saya peduli?

Benar. Senyuman itu bisa punya kekuatan yang sangat dasyat.
Daripada minum minuman penambah semangat seperti yang ada di iklan-iklan, mending mencari setitik senyuman dalam wajah seseorang. Rasa semangat yang kembali akan jauh lebih banyak ketimbang meminum minuman energy tersebut.

Karena sesuatu yang dari hati, kekuatannya jauh melebihi apa pun.

Dan karena senyumannya, maka saya merasa telah mendapat sesuatu yang membangkitkan semangat saya.


saya ingin terus tersenyum (sepertinya)

Postingan ditulis dengan kondisi perut kembung yang mengganggu. Mungkin kebanyakan makan kubis, dimana sebaiknya penderita maag tidak makan kubis terlalu banyak. Huhuhu....

Kok gambarnya dogy? (^0^)

Monday, March 22, 2010

Tanpa Ada Maksud yang Sebenarnya

by : Clara

Lagi-lagi saya merasa gamang.
Yak ampunnn, kenapa sih diri saya ini? Bener-bener seperti orang yang kehilangan akal sehat untuk berpikir. Segalanya tampak berantakan. Dan, saya cuma bisa terus menerus mengeluh di sini. Mau sampe kapan, sih? Mood...tolonglah kembali ke bentuk sediakala. Jangan terus-terusan bermain jungkat-jungkit. Saya capek. Saya takut nanti kamu jatuh dan membuatnya semuanya semakin berantakan lagi.

Pecah. Berkeping-keping. Lagi.

Sebenarnya hari ini saya merasa sangat jahat. Perasaan itu, saya bisa rasakan, tapi entah kenapa saya nggak bisa mengontrolnya untuk mencegah diri saya juga melakukan hal yang sama. Yang menyakitkan. Kacau semua. Kacau beneran.

Ditambah lagi, seseorang di sana juga turut membuat saya terpuruk.
Sepertinya, saya hanya punya satu solusi untuk menutup semua ini.


Pergi tidur.
Dan ada kalanya saya berharap ketika pagi mengetuk dunia, saya mampu tersenyum. Tulus.