Showing posts with label budaya. Show all posts
Showing posts with label budaya. Show all posts

Friday, October 23, 2009

Hikikomori



by : Clara

Sejak saya resmi mendapat gelar sarjana dari kampus, alias lulus, kegiatan saya di luar rumah semakin berkurang. Kalau ada urusan yang menyangkut dengan masalah wisuda atau apapun yang berhubungan dengan masalah kelulusan saya, barulah saya berangkat lagi ke kampus. Memang sih, beberapa teman masih terus mengajak saya untuk hang out bareng, ke mall, nonton, ke matsuri (festival jepang)atau apa saja yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang.
Masalahnya, seringkali saya menolak karena alasan pertama jarak yang jauh. Paling nggak saya butuh waktu satu jam perjalanan hanya untuk tiba di mall terdekat (kebayang jauhnya rumah saya dari perkotaan? hahaha, kesannya kok seperti di desa sekali, ya). Belum lagi kalau hang out, seringkali mengeluarkan uang. Minimal 50 ribu bisa melayang dari dompet. Belum lagi uang bensin (kadang sih, masih malak ortu untuk bayarin duit bensin >.<). Karena perhitungan itulah saya seringkali malas bepergian tanpa tujuan yang benar-benar jelas.
Alasan lainnya bisa dikarenakan oleh downloadan drama saya yang harus ditunggui, atau mungkin ketika saya ada semangat untuk nulis yang sedang menggebu-gebu (meski pas di depan laptop jadinya cuma bengong).
Alasan terakhirnya, karena saya MALAS. Hahaha. Ini penyakit aneh yang saya derita. Karena malasnya bukan hanya untuk belajar dan membereskan rumah saja, tapi kadang pun saya merasa malas sekali keluar rumah!

Karena itulah, bulan-bulan belakangan yang saya lewati telah membuat saya melakukan hikikomori.

Apa sih hikikomori itu?

Jadi, di Jepang, istilah hikikomori biasanya diberikan pada orang-orang yang mengurung diri dalam kamar untuk bermain game, online, atau apa pun, dalam jangka waktu panjang. Berapa lama sih? Dua jam kah? Tiga jam kah? Bukan. Biasanya para pelaku hikikomori itu akan mengurung diri selama bertahun-tahun.

Iya, bertahun-tahun. Bisa tiga tahun. Bisa lima tahun. Atau ada yang sepuluh tahun.

Intinya sih begitu.

Makanya, para pelaku hikikomori mengalami kesulitan bergaul dengan masyarakat ketika pada akhirnya ia "keluar dari sarangnya". Bayangkan saja, sepuluh tahun nggak ketemu orang satu pun?? Saya aja yang hikikomori beberapa hari, sudah merasa kagok kalau bertemu orang. Beneran, rasanya seperti saya itu mahluk alien yang datang ke kumpulan manusia dan nggak ngerti apa yang mereka bicarain.

Lalu gimana mereka makan?
Kalau menurut data yang saya tahu (teman saya pernah membahas masalah ini dalam skripsinya, jadi saya bertanya sama dia), pelaku hikikomori sebenarnya terkadang keluar dari sarang. Tetapi hanya pada malam hari dan biasanya pun menutup wajahnya. Begitu...jadi menurut cerita teman saya, mereka akan membeli persediaan makanan sebanyak-banyaknya pada saat keluar itu. Selebihnya, ya, mereka mengurung diri lagi di kamar.

Huhu, saya sih belum pernah sampai seperti itu. Mengerikan.

Tapi katanya hikikomori itu terjadi pada anak-anak yang masih tergolong muda. Yah, kisaran remaja. Dan ini parah banget. Bayangin aja, manusia yang konon katanya mahluk sosial dan membutuhkan orang lain, masa hanya hidup dengan dunia maya? Lalu siapa yang mau menolong saat kesulitan kalau dia hanya ada di dunia maya?

Lagi (kata teman saya, hehe) pelaku hikikomori juga bisa berujung pada bunuh diri karena sekarang ini sudah berkembang yang namanya internet suicide, atau bunuh diri masal via internet. Bingung, kan? Saya pun bingung. Kok mau-maunya bunuh diri. Cuma lewat online diajakin mati bareng, terus mau ikutan? Saya sih nggak, deh. Belum nikah. Mau nikah dan jadi wanita karir dulu aja, deh.

Nah, kalau mau tau lebih lanjut soal hikikomori yang cukup menjadi masalah besar di Jepang ini, silahkan lihat di abang wikipedia

Sunday, January 11, 2009

Sashimi..enak atau enek?

Beberapa kali menonton acara Korea, beberapa kali itu jugA saya melihat tentang kebudayaan makanan mereka. Tak ubahnya dengan orang Jepang, orang Korea pun suka makanan yang masih fresh, alias baru saja "dibunuh" alias TIDAK dimasak. Hiii... jujur, saya enek melihatnya. Bukan karena benci atau bagaimana, tapi secara pribadi saya memang tidak menyukai makanan yang belum dimasak. Paling tidak untuk daging, mereka seharusnya sudah mengalami proses yang namanya masuk ke dalam kuali yang dalam keadaan panas. Kalau sayuran mentah, saya bisa memaklumi, tapi daging mentah? Bah, jangan harap saya memakannya. Bisa muntah di tempat.

Tapi saya heran, kenapa orang Korea dan Jepang itu suka ya makanan yang belum dimasak? Biasanya dikenal dengan sashimi. Kata mereka (berdasar yang saya tonton dari sebuah variety show Korea - Family Outing #17), daging ikan yang mereka makan itu enak sekali. Saya tak bisa membayangkan, darimana sisi enaknya ketika kamu makan daging yang baru saja kamu tangkap dari laut dan HANYA mengalami proses pencucian dialiran air keran!

Oke, untuk ikan, rasanya sudah cukup biasa. Melihat begitu banyak beredar, bahkan di Jakarta pun sudah mulai disukai beberapa kalangan. Tapi, bagaimana kalau ayam? Pernah terpikir untuk makan ayam mentah? Yang saat kamu pesan, sang pelayan segera mengambil satu ekor ayam dari kandang, lalu membunuhnya dan mencuci bersih kemudian dipotong kecil dan ... taraa... langsung ada di hadapanmu, menunggu masuk ke dalam perut??!

Saya tidak mau!!
Ikan saja saya tolak, apalagi ayam! Juga kawanan binatang lainnya!


daging ayam mentah itu tersaji di piring bagian tengah

Di salah satu daerah di Korea, konon kabarnya banyak restoran yang menjual daging ayam mentah ini. Prosesnya seperti yang telah saya katakan di atas, tinggal pesan, lalu ayam akan langsung dipotong langsung setelah dibunuh dari kandangnya. Kasihan sekali nasib ayam gendut itu.


ini juga salah satu sashimi ayam

Ah, meskipun terlihat menarik di gambar, saya tetap tidak berniat menyantapnya. Bagaimana kalau kamu sendiri? Apa tertarik mencicipi atau jangan-jangan malah suka sekali dengan makanan mentah seperti itu?
Hahaha, hal semacam ini memang kembali ke selera masing-masing, tapi lidah jawa saya ini rasanya tidak akan bisa menerima makanan semacam itu.

Sunday, December 7, 2008

日本祭り-Nihon Matsuri-

Seperti yang kita ketahui bahwa Jepang merupakan negara yang mempunyai beragam budaya termasuk salah satunya yang disebut Matsuri atau perayaan. Banyak sekali perayaan yang bisa kita temukan di Jepang dan beberapa biasanya disangkut pautkan dengan masing-masing musim yang sedang berlangsung.
Begitu banyak dan menariknya Matsuri ini, saya pun terkadang merasa kebingungan untuk menghapalnya. Jadi, sebagai pengetahuan juga, saya akan menjelaskan secara singkat tentang beberapa Matsuri yang tiap tahun selalu dirayakan oleh penduduk Jepang ini.

TANABATA

Festival atau perayaan yang satu ini sangat populer di Jepang. Dirayakan oleh banyak kaum mudanya setiap tanggal 7 July. Apabila kita mengunjungi Sendai di wilayah Miyagi dan Hiratsuka di wilayah Kanagawa, maka kita akan menemukan masyarakatnya paling ramai merayakan festival tersebut. Biasanya dalam peristiwa ini mereka menuliskan keinginan mereka di atas kertas warna warni yang kemudian digantungkan di sebuah pohon bambu. Lalu pada tanggal 7, malam harinya, mereka membawa potongan bambu itu ke luar rumah. Jika tidak memiliki pohon bambu, biasanya mereka merayakan di taman dengan memakai
yukata
.

link


AKI MATSURI

Festival tertua di Jepang ini banyak terpengaruh dari ajaran Shinto. Kepercayaan ini dihubungkan dengan kondisi alam, musim tanaman, ataupun hasil panen yang terjadi. Dan sesuai namanya, matsuri ini terjadi ketika musim gugur.


SHICHI GO SAN


Festival khusus bagi usia 3, 5 dan 7, sesuai dengan namanya. Tujuan festival ini adalah untuk mengucap syukur atas pertumbuhan sang anak, yang pada usia demikian dianggap sangat penting. Biasanya mereka beramai-ramai pergi ke kuli Shinto. Bagi anak perempuan mengenakan yukata dan anak laki-laki mengenakan hakama.

SEIJIN NO HI

Festival kali ini ditujukan bahi pria dan wanita yang genap memasuki usia 20 tahun. Mereka berkumpul bersama dan walikota akan berpidato memberi ucapan selamat. Biasanya para wanita akan mengenakan furisode, kimono formal berkerah yang digunakan bagi wanita yang belum menikah.
Festival ini mengingatkan saya pada salah satu perayaan di daerah Bali yang dikenal dengan perayaan potong gigi.

BON ODORI

Ini adalah salah satu festival yang cukup populer, karena merupakan puncak seluruh festival selama musim panas. Biasanya masyarakat akan keluar rumah memakai yukata dan berkumpul untuk menghadiri stand-stand beraneka permaianan dan makanan bersama kerabat mereka. Yang juga populer dari festival ini adalah tariannya yang disebut BON ODORI atau BON DANCE. Tarian ini cukup populer pula di Indonesia karena mudah dijumpai pada saat berlangsungnya bunkasai yang diadakan oleh beberapa komunitas pecinta Jepang.

HINA MATSURI

Adalah festival bagi anak perempuan. Para anak perempuan di Jepang akan menyusun boneka-boneka khusus yang disebut hinaningyou (雛人形) di salah satu ruangan dalam rumah mereka. Festival ini diadakan setiap tanggal 3 maret dan untuk mendoakan pertumbuhan anak perempuan.


Saya tidak mungkin menuliskan kesemua matsuri tersebut, jadi jika ingin mengetahui lebih banyak matsuri dan kebudayaan Jepang tidak ada salahnya jika mencoba mengklik dan semoga kalian puas dengan suguhan yang menurut saya cukup lengkap.