Tanpa bermaksud menyindir, atau bahasa kicaunya adalah #nomention, kerap kali saya merasa bahwa manusia itu banyak juga yang masuk ke dalam tipe licik. Entah bagaimana bentuk dan cara-cara yang digunakan, yang jelas sekali dua kali dia bisa menghujam kita dari belakang. Oh, terlalu sadis. Baiklah. Paling tidak dia akan “meninggalkan” kita, untuk sesuatu yang berbau kebahagiaan dirinya. Hati-hatilah.
Itu fakta. Realitas.
Banyak joker di balik topeng badut yang berkeliaran. Menyelinap di dalam nama pertemanan atau kolega, meluncurkan racun, lalu blash, jika tidak hati-hati maka kita yang menjadi korbannya.
Jangan pikirkan hal besar semacam penipuan materi. Materi bisa dicari. Tapi, sakit hati tak ada obatnya. Sekaya apa pun, sakit hati cuma akan menjadi luka yang tak mampu diobati, bahkan operasi oleh dokter kelas dunia. Kecuali iklas. Berusaha untuk pasrah dan setelah kejadian penikaman itu, berpikir dua kali untuk berhubungan lebih jauh dengan orang macam itu. Mungkin cuma ini treatment yang paling baik.
Memaafkan, tentu saja, melupakan? Tunggu dulu.
Bagai jaringan sel tumor, setiap momen merupakan sel-sel yang akan terus menempel dan dibawa sampai mati. Jadi, untuk melupakan akan selalu sulit.
Tapi, diatas semua itu, ada satu yang saya percaya juga merupakan treatment yang baik.
Yaitu, menulis.
Showing posts with label kritikan. Show all posts
Showing posts with label kritikan. Show all posts
Sunday, May 15, 2011
Saturday, January 8, 2011
SM*SH Made In Indonesia
You know me so well~~ Girl I need you~~
Girl I love you~~ Girl I heart you~~
Itulah sepenggal potongan lirik lagu yang dipopulerkan oleh SM*SH yang semenjak debut pertamanya langsung dilempari caci maki dan berbagai hujatan berlabel plagiat. Sebuah grup baru asal Indonesia yang mengusung konsep boy band yang agak beda tipis dengan boy band asia lain, yang memang namanya sudah sangat beken. Sebut saja Super Junior.
Mulanya saya sih tidak begitu mau ambil pusing soal SMASH ini.
Dalam artian, tidak ingin mengangkatnya ke dalam sebuah tulisan untuk blog. Tapi, entah kenapa lama-lama kok terasa gatal juga untuk membahasnya. Kenapa? Karena pada akhirnya saya merasa kasihan pada orang yang mencaci maki atau menghina-hina grup ini dengan sebutan plagiat.
Meski awal debut itu pun saya pernah protes "ini grup apaaannnn?" dengan sedikit shock, tapi lama-lama ketika saya perhatikan saya tau bahwa mereka memang sebenarnya punya potensi HANYA saja KURANG diasah. Mereka mungking terlalu instan. Padahal kalau diberi waktu untuk menjalani training, saya rasa skill mereka bisa lebih baik. Nggak usah sempurna, tapi selama enak dilihat untuk menghibur orang banyak, ya sudah. Itu cukup. Memang begitu kan hiburan. Dan, nyatanya memang SMASH ini bisa membuktikannya. Terlihat dari perfomance pertama mereka yang dibalut dengan suasana lipsync yang kental, akhirnya belakangan sudah mulai menggunakan vokal asli mereka sendiri. Perlahan-lahan, konsep lipsync pun ditinggalkan.
Saya salut. Lalu, berubah pikiran untuk tidak menghina boyband ini lagi.
Setidaknya ada terobosan baru di dunia musik Indonesia. Nggak cuma lagu-lagu melayu yang bunyinya macam "Bertahan satu Ce.Ii.eN.Te.Aa" atau "Mau dibawa kemana hubungan ini...?" (-_____-)" bosannnnn~~ kuping saya sakit lagunya itu lagi, itu lagi. Kalau persoalan lagunya mirip si anu, MV nya mirip si Suju, atau apalah itu, kenapa tidak kita terima saja. Anggap sebagai first debut yang mungkin terlalu cepat sehingga tidak sempat memikirkan konsep yang akan diusung grup ini secara matang. Toh, idol grup beberapa negara sering tersangkut kasus plagiat-plagiatan juga, kok. Rasanya wajar, mengingat sudah tak ada lagi yang original di dunia ini. Yang ada hanyalah sebuah terobosan baru dan bagaimanakah kita berani untuk melakukan terobosan itu.
Tapi, yah..., ini hanya opini seorang clara saja loh xDD
Girl I love you~~ Girl I heart you~~
Itulah sepenggal potongan lirik lagu yang dipopulerkan oleh SM*SH yang semenjak debut pertamanya langsung dilempari caci maki dan berbagai hujatan berlabel plagiat. Sebuah grup baru asal Indonesia yang mengusung konsep boy band yang agak beda tipis dengan boy band asia lain, yang memang namanya sudah sangat beken. Sebut saja Super Junior.
Mulanya saya sih tidak begitu mau ambil pusing soal SMASH ini.
Dalam artian, tidak ingin mengangkatnya ke dalam sebuah tulisan untuk blog. Tapi, entah kenapa lama-lama kok terasa gatal juga untuk membahasnya. Kenapa? Karena pada akhirnya saya merasa kasihan pada orang yang mencaci maki atau menghina-hina grup ini dengan sebutan plagiat.
Meski awal debut itu pun saya pernah protes "ini grup apaaannnn?" dengan sedikit shock, tapi lama-lama ketika saya perhatikan saya tau bahwa mereka memang sebenarnya punya potensi HANYA saja KURANG diasah. Mereka mungking terlalu instan. Padahal kalau diberi waktu untuk menjalani training, saya rasa skill mereka bisa lebih baik. Nggak usah sempurna, tapi selama enak dilihat untuk menghibur orang banyak, ya sudah. Itu cukup. Memang begitu kan hiburan. Dan, nyatanya memang SMASH ini bisa membuktikannya. Terlihat dari perfomance pertama mereka yang dibalut dengan suasana lipsync yang kental, akhirnya belakangan sudah mulai menggunakan vokal asli mereka sendiri. Perlahan-lahan, konsep lipsync pun ditinggalkan.
Saya salut. Lalu, berubah pikiran untuk tidak menghina boyband ini lagi.
Setidaknya ada terobosan baru di dunia musik Indonesia. Nggak cuma lagu-lagu melayu yang bunyinya macam "Bertahan satu Ce.Ii.eN.Te.Aa" atau "Mau dibawa kemana hubungan ini...?" (-_____-)" bosannnnn~~ kuping saya sakit lagunya itu lagi, itu lagi. Kalau persoalan lagunya mirip si anu, MV nya mirip si Suju, atau apalah itu, kenapa tidak kita terima saja. Anggap sebagai first debut yang mungkin terlalu cepat sehingga tidak sempat memikirkan konsep yang akan diusung grup ini secara matang. Toh, idol grup beberapa negara sering tersangkut kasus plagiat-plagiatan juga, kok. Rasanya wajar, mengingat sudah tak ada lagi yang original di dunia ini. Yang ada hanyalah sebuah terobosan baru dan bagaimanakah kita berani untuk melakukan terobosan itu.
Tapi, yah..., ini hanya opini seorang clara saja loh xDD
Monday, December 13, 2010
E.L.E.G.I H.A.T.I

Jujurnya, dia lelah.
Seluruh tubuhnya, setiap bagian dari organnya, bahkan utas-utas syaraf itu pun terasa lelah. Jika dia bisa, dia ingin memenuhi permintaan hati. Dia bilang, dia ingin manusia tahu bahwa keberadaannya tak layak dilirik. Cukup dirasakan. Namun, harapan itu hanya akan bias, sama seperti indera perasa yang tak akan mampu menyentuh permukaan hati seutuhnya.
Ketika lelah, seharusnya beristirahat.
Tapi, kelelahan itu justru membangkitkan monster yang selama ini tidur nyenyak di dalam gua tanpa raga itu. Dia berontak, kenapa tidak ada seorang pun yang membuatnya merasa nyaman di sana? Desakan-desakan itu seolah memaksakannya menjadi semakin liar, padahal monster itu ingin menjadi malaikat. Cetusan itu mengalir begitu jernih dan polos seperti anak kecil yang ingin menjadi dokter. Tanpa pernah tahu situasi apa yang menunggu di masa depannya.
Dia yang berkata sendiri. Dia yang melanggar sendiri.
Dan, dia cuma memohon pada situasi. Dia ingin berdamai dengannya. Tolong, jangan desak dia.
picture taken from
Sunday, October 24, 2010
Jamur di Jakarta??
Lagi-lagi soal Jakarta. Kota yang katanya metropolitan itu memang selalu ada saja yang patut dibahas. Seolah tidak habis masa tenarnya. Kota tempat saya menghabiskan keseharian, yang kadang kala memang membuat saya harus mengelus dada untuk lebih bersabar lagi.
Macet, kendaraan yang semakin hari semakin berjubel, transportasi umum yang seenak jidatnya, orang-orang yang berlalu-lalang tanpa kenal trotoar, belum lagi banyak berdirinya bangunan-bangunan tinggi seperti sebuah trend legging yang masuk ke dunia fashion. Bangunan? Hmmm..., pembangunan apa? Dari apa yang saya lihat dan dengar belakangan, Jakarta sedang hot-hot-nya membangun mall atau apartemen. Yap, belum lama sebuah mall jadi dan diresmikan di daerah Gandaria. Tapi, di tempat lain, beberapa bangunan yang konon katanya akan menambah jumlah deretan mall pun sedang dalam proses. Tentu saja hal ini membuat saya menjuluki bahwa ada jamur di Jakarta yaitu : mall.
Saya pribadi bukan mahluk mall, meski dekat kantor saya ada tiga macam mall yang berdiri tegak (hehehe~ dari kantor ke mall tinggal buka pintu). Belum lagi jalan sedikit lagi, sudah ketemu lagi yang namanya mall. Pilihannya sih jadi banyak, tapi jadi pusing juga kalau melihat begitu banyak gedung tinggi yang kalau saya sendiri akan berpikir, buat apa?
Tujuan saya ke mall cuma terdiri atas : toko buku, bioskop atau food court. Tak lebih tak kurang. Tapi, kadang kala saya juga harus keluar masuk toko baju untuk menemani teman berbelanja. Saya sendiri? Cuci mata aja, deh. Duit saya nggak berjodoh dengan Top Shop, Debenhams atau pun Zara. Jangan ditanya harganya berapa. Yang jelas, satu kaos bisa seharga lima sampai delapan komik normal.
Mengerikan >_<
Sekarang, setiap kali berkeliling Jakarta, rasanya saya hanya berpapasan dengan gedung-gedung tinggi saja. Penuh, sesak, padat. Dan, saya mulai jengah dengan semuanya. Pusing. Saya mau lihat sawah. Saya mau lihat bebek satu genk berkeliaran. Saya mau main di sungai. Saya mau udara segar.
Saya..., kangen kampung eyang saya.
Bagaimana dengan teman-teman sendiri, apakah juga senang bergaul di mall? Atau justru memilih diam di rumah saja?
Macet, kendaraan yang semakin hari semakin berjubel, transportasi umum yang seenak jidatnya, orang-orang yang berlalu-lalang tanpa kenal trotoar, belum lagi banyak berdirinya bangunan-bangunan tinggi seperti sebuah trend legging yang masuk ke dunia fashion. Bangunan? Hmmm..., pembangunan apa? Dari apa yang saya lihat dan dengar belakangan, Jakarta sedang hot-hot-nya membangun mall atau apartemen. Yap, belum lama sebuah mall jadi dan diresmikan di daerah Gandaria. Tapi, di tempat lain, beberapa bangunan yang konon katanya akan menambah jumlah deretan mall pun sedang dalam proses. Tentu saja hal ini membuat saya menjuluki bahwa ada jamur di Jakarta yaitu : mall.
Saya pribadi bukan mahluk mall, meski dekat kantor saya ada tiga macam mall yang berdiri tegak (hehehe~ dari kantor ke mall tinggal buka pintu). Belum lagi jalan sedikit lagi, sudah ketemu lagi yang namanya mall. Pilihannya sih jadi banyak, tapi jadi pusing juga kalau melihat begitu banyak gedung tinggi yang kalau saya sendiri akan berpikir, buat apa?
Tujuan saya ke mall cuma terdiri atas : toko buku, bioskop atau food court. Tak lebih tak kurang. Tapi, kadang kala saya juga harus keluar masuk toko baju untuk menemani teman berbelanja. Saya sendiri? Cuci mata aja, deh. Duit saya nggak berjodoh dengan Top Shop, Debenhams atau pun Zara. Jangan ditanya harganya berapa. Yang jelas, satu kaos bisa seharga lima sampai delapan komik normal.
Mengerikan >_<
Sekarang, setiap kali berkeliling Jakarta, rasanya saya hanya berpapasan dengan gedung-gedung tinggi saja. Penuh, sesak, padat. Dan, saya mulai jengah dengan semuanya. Pusing. Saya mau lihat sawah. Saya mau lihat bebek satu genk berkeliaran. Saya mau main di sungai. Saya mau udara segar.
Saya..., kangen kampung eyang saya.
Bagaimana dengan teman-teman sendiri, apakah juga senang bergaul di mall? Atau justru memilih diam di rumah saja?
Saturday, October 2, 2010
Hati-hati : Modus Penipuan
Jakarta, oh, Jakarta.
Entah kenapa rasanya selalu saja ada terselip ketidakamanan ketika harus berkeliaran seorang diri di kota besar ini. Melirik tayangan televisi, setiap hari selalu saja disuguhkan pemberitaan yang tak jauh-jauh dari sekedar perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan per- pe- lainnya yang kalau mendengarnya pun bikin diri kita semakin was-was. Salah satu modus kejahatan yang juga bikin kita harus ekstra menambah tingkat kewaspadaan adalah penipuan!
Penipuan, berasal dari kata TIPU. Yang artinya membohongi atau memanipulasi sebuah fakta yang ada. Penipuan berarti telak merugikan kita sebagai pihak korban. Dan, semakin berkembangnya jaman, bukan saja teknologi yang semakin canggih tetapi juga orang-orangnya pun semakin kreatif dalam memainkan manipulasi kata.
Kemarin-kemarin saya mendapat broadcast message kalau modus penipuan yang lagi hits a.k.a trendy di jaman sekarang adalah penipuan berkedok SMS dari Mama. Pengirim sms akan mengirimi Anda sebuah pesan singkat yang isinya meminta dibelikan pulsa dan mencatumkan nama MAMA sebagai pengirimnya. Tapi, sampai sekarang saya belum pernah menjadi korbannya (amit-amit jabang baby). Hanya saja, selintingan kabar yang saya dengar dari teman-teman, rata-rata mereka tak menggubrisnya, atau sekedar membalas keisengan dengan me-reply sms tersebut dengan kata-kata (salah satunya) : "Ma, aku juga lagi nggak punya pulsa, nih. Baru mau minta Mama beliin." Tapi, ternyata ada juga yang terkena jebakan batman ini dan berinisiatif mengirimi pulsa.
Lalu, selain sms dari Mama, penipuan jaman sekarang juga bisa dibalut dengan satu akting paling mujarab kebanggan warga Indonesia : tampang memelas!
Saya sendiri juga tidak begitu pasti apakah saya memang menjadi korban atau orang itu benar-benar membutuhkan uang untuk bisa kembali ke rumahnya. Tapi, beberapa kali kejadian seperti ini terjadi pada saya. Dan, yang paling gress alias masih fresh from the oven adalah semalam. Ketika saya pulang kantor.
Saat itu sudah pukul setengah 12 malam. Saya yang agak ngantuk menyetir sendiri, akhirnya mampir dulu ke Circle K untuk sekedar membeli minum. Baru saja saya selesai memarkir mobil dan keluar dari sana, tiba-tiba seorang ibu-ibu tua sudah ada di sebelah saya (entah kapan datangnya, kok, bisa gesit banget kayak hantu). Dengan wajah dipasang memelas mungkin, dia berkata, "Dik, boleh minta uang? Ibu mau balik nggak ada ongkos. Nungguin orang yang mau jemput nggak dateng juga. Bingung udah malem."
Saya bingung juga. Makanya saya sempat ragu untuk mengeluarkan selembar uang dari dompet yang sudah ada di tangan saya. Kenapa dia minta ke saya? Sementara Circle K kan penuh dengan anak muda yang lagi pada nongkrong. Apa semua orang di sana udah dia mintain uang? Saya nggak bisa menemukan alasan yang tepat. Tapi, melihat ibu itu tampak kebingungan, saya pun lantas teringat dengan teman saya yang memang pernah kehilangan dompet di tengah jalan dan tidak punya ongkos untuk pulang. Dia bilang, kalau dia pun akhirnya terpaksa meminta bantuan orang-orang di sepanjang jalan yang sama sekali tidak dia kenal. Ketika otak saya memutar cerita dari teman saya, mendadak saya pun membuka dompet dan akhirnya melayangkan selembar uang saya ke Ibu itu.
Berikutnya saya segera masuk ke Circle K dan membeli minuman yang saya mau.
Tak lama kemudian, saya pun kembali ke mobil. Di dalam mobil saya memperhatikan melalui kaca spion kalau ibu tadi masih ada di sana. Dia berdiri, entah menunggu apa. Dan saat itu tengah malam. Apa yang dilakukannya di sana?
Seorang cewek melintas dan bergegas menuju taksi, di dalam pengamatan saya yang sok detektif itu. Tapi, belum sempat si cewek itu masuk ke dalam taksinya, saya melihat dia memberikan sejumlah uang pada si Ibu yang tadi juga menghampiri saya.
Hmmm..., semoga, sih, kecurigaan saya salah.
Tapi, dulu saya pernah berpapasan dengan ibu yang juga meminta uang untuk pulang. Ketika itu saya tidak memberikannya karena sedang tergesa-gesa menuju kampus dan dengan berusaha tetap bersikap sopan saya menghindari ibu itu. Yang ada saya malah mendapat makian kata-kata kasar.
Entahlah, apa pun motif di balik semua itu, hanya dia (si pelaku) dan Tuhan saja yang tahu. Tapi, tak ada salahnya juga jika kita selalu bersikap tetap waspada supaya tidak menjadi korban yang dirugikan terlalu banyak.
Entah kenapa rasanya selalu saja ada terselip ketidakamanan ketika harus berkeliaran seorang diri di kota besar ini. Melirik tayangan televisi, setiap hari selalu saja disuguhkan pemberitaan yang tak jauh-jauh dari sekedar perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan per- pe- lainnya yang kalau mendengarnya pun bikin diri kita semakin was-was. Salah satu modus kejahatan yang juga bikin kita harus ekstra menambah tingkat kewaspadaan adalah penipuan!
Penipuan, berasal dari kata TIPU. Yang artinya membohongi atau memanipulasi sebuah fakta yang ada. Penipuan berarti telak merugikan kita sebagai pihak korban. Dan, semakin berkembangnya jaman, bukan saja teknologi yang semakin canggih tetapi juga orang-orangnya pun semakin kreatif dalam memainkan manipulasi kata.
Kemarin-kemarin saya mendapat broadcast message kalau modus penipuan yang lagi hits a.k.a trendy di jaman sekarang adalah penipuan berkedok SMS dari Mama. Pengirim sms akan mengirimi Anda sebuah pesan singkat yang isinya meminta dibelikan pulsa dan mencatumkan nama MAMA sebagai pengirimnya. Tapi, sampai sekarang saya belum pernah menjadi korbannya (amit-amit jabang baby). Hanya saja, selintingan kabar yang saya dengar dari teman-teman, rata-rata mereka tak menggubrisnya, atau sekedar membalas keisengan dengan me-reply sms tersebut dengan kata-kata (salah satunya) : "Ma, aku juga lagi nggak punya pulsa, nih. Baru mau minta Mama beliin." Tapi, ternyata ada juga yang terkena jebakan batman ini dan berinisiatif mengirimi pulsa.
Lalu, selain sms dari Mama, penipuan jaman sekarang juga bisa dibalut dengan satu akting paling mujarab kebanggan warga Indonesia : tampang memelas!
Saya sendiri juga tidak begitu pasti apakah saya memang menjadi korban atau orang itu benar-benar membutuhkan uang untuk bisa kembali ke rumahnya. Tapi, beberapa kali kejadian seperti ini terjadi pada saya. Dan, yang paling gress alias masih fresh from the oven adalah semalam. Ketika saya pulang kantor.
Saat itu sudah pukul setengah 12 malam. Saya yang agak ngantuk menyetir sendiri, akhirnya mampir dulu ke Circle K untuk sekedar membeli minum. Baru saja saya selesai memarkir mobil dan keluar dari sana, tiba-tiba seorang ibu-ibu tua sudah ada di sebelah saya (entah kapan datangnya, kok, bisa gesit banget kayak hantu). Dengan wajah dipasang memelas mungkin, dia berkata, "Dik, boleh minta uang? Ibu mau balik nggak ada ongkos. Nungguin orang yang mau jemput nggak dateng juga. Bingung udah malem."
Saya bingung juga. Makanya saya sempat ragu untuk mengeluarkan selembar uang dari dompet yang sudah ada di tangan saya. Kenapa dia minta ke saya? Sementara Circle K kan penuh dengan anak muda yang lagi pada nongkrong. Apa semua orang di sana udah dia mintain uang? Saya nggak bisa menemukan alasan yang tepat. Tapi, melihat ibu itu tampak kebingungan, saya pun lantas teringat dengan teman saya yang memang pernah kehilangan dompet di tengah jalan dan tidak punya ongkos untuk pulang. Dia bilang, kalau dia pun akhirnya terpaksa meminta bantuan orang-orang di sepanjang jalan yang sama sekali tidak dia kenal. Ketika otak saya memutar cerita dari teman saya, mendadak saya pun membuka dompet dan akhirnya melayangkan selembar uang saya ke Ibu itu.
Berikutnya saya segera masuk ke Circle K dan membeli minuman yang saya mau.
Tak lama kemudian, saya pun kembali ke mobil. Di dalam mobil saya memperhatikan melalui kaca spion kalau ibu tadi masih ada di sana. Dia berdiri, entah menunggu apa. Dan saat itu tengah malam. Apa yang dilakukannya di sana?
Seorang cewek melintas dan bergegas menuju taksi, di dalam pengamatan saya yang sok detektif itu. Tapi, belum sempat si cewek itu masuk ke dalam taksinya, saya melihat dia memberikan sejumlah uang pada si Ibu yang tadi juga menghampiri saya.
Hmmm..., semoga, sih, kecurigaan saya salah.
Tapi, dulu saya pernah berpapasan dengan ibu yang juga meminta uang untuk pulang. Ketika itu saya tidak memberikannya karena sedang tergesa-gesa menuju kampus dan dengan berusaha tetap bersikap sopan saya menghindari ibu itu. Yang ada saya malah mendapat makian kata-kata kasar.
Entahlah, apa pun motif di balik semua itu, hanya dia (si pelaku) dan Tuhan saja yang tahu. Tapi, tak ada salahnya juga jika kita selalu bersikap tetap waspada supaya tidak menjadi korban yang dirugikan terlalu banyak.
Sunday, June 27, 2010
Tukang Jahit Versus Tukang Politik
"Kalau saya terpilih jadi walikota, saya akan membuka lapangan kerja yang luas sehingga tidak ada satu pun pengangguran di Jakarta."
Penggalan kalimat penuh kata-kata manis yang menjilat itu mungkin hanya salah satu kalimat yang dikeluarkan oleh orang-orang politik di negri kita supaya mereka bisa menduduki posisi tertentu. Selanjutnya, setelah terpilih, masalah kata-kata itu terealisasi atau tidak bukan urusannya lagi. Dan, berikutnya kata-kata itu hanya tinggal janji si manis jembatan ancol yang menghilang begitu saja di balik kepulan asap.
Sebenernya, kata-kata manis bukan saja milik petinggi-petinggi politik. Orang-orang bawahnya pun juga seringkali begitu, mengumbar janji tanpa bisa memegangnya dengan pasti. Yang penting bicara dulu, urusan dipenuhi atau tidak, lihat saja nanti~ tergantung mood.
Hal ini baru saja saya alami. Dan, jujur saya bisa marah sekali.
Waktu itu hari jumat saya mendatangi sebuah tempat jahit di kawasan rumah saya. Tujuannya tentu saja bukan mencari masalah atau menagih hutang, tapi untuk mempermak seragam kerja saya yang agak-agak kegombrongan kalau dipakai. Maklum anak cewek, maunya yang agak ngepas badan meski tau badan saya kerempeng. Jadilah saya melakukan negosiasi untuk mencapai mufakat atas dua helai seragam yang mau saya kecilin ukurannya itu. Hasil negosiasi adalah harga permak yang 35 ribu plus bisa diselesaikan pada hari Minggu pagi, jam setengah 10. Beberapa kali saya mewanti-wanti si tukang jahit supaya mampu menyelesaikan tepat waktu karena hari Senin seragam itu harus dipakai. Si tukang jahit pun mengiyakan pesanan saya sambil tersenyum. Saya pun meninggalkan tempat tukang jahit dengan perasaan riang menuju kantor.
Hari Minggu-nya...,
Sesuai janji, pukul setengah 10 pun saya datangi tempat tukang jahit itu. Dan, tahukah apa yang terjadi? Tokonya masih TUTUP! Argggghhh...betapa kesalnya saya saat itu. Tapi, kemudian saya pikir, mungkin dia buka agak siangan kali. Toh, kan hari Minggu memang waktu untuk bermalas-malasan. Meski saya sudah mulai keki karena kata-kata si tukang jahit sudah tidak bisa diandalkan, saya mencoba menerimanya dan kembali lagi ke toko pada sore hari.
Tapi, ternyata tokonya masih juga TUTUP! @#$%^&*&^$##$% (sensor mode on).
Kesel setengah mati. Mana saya nggak punya nomor teleponnya lagi!
Besok Senin kan seragam itu mau saya pakai, kalau memang nggak bisa diselesaikan tepat waktu, kenapa nggak ngomong sih?
Saya bukannya mendoakan atau menyumpah serapah, tapi gimana usaha mereka mau berkembang dan laris kalau janji saja nggak bisa dipenuhi. Pantesan aja, cuma jadi tukang jahit! (sori, tak ada maksud merendahkan para tukang jahit yang lain karena saya percaya pasti masih ada banyak tukang jahit yang jauh lebih hebat) Oh ya, untuk sekedar memberi warning kalau ada yang tahu tukang jahit ini, nama tokonya AIRO, SEBAIKNYA CARI TUKANG JAHIT LAIN KETIMBANG PERGI KE TUKANG JAHIT AIRO!
Jadi, sebaiknya jika teman-teman mau mempermak pakaian atau apa pun, lebih baik cari tukang jahit yang sudah dikenal atau telah mendapat rekomen dari kerabat. Jangan sampai kejadian seperti ini terjadi pada teman-teman sekalian. Bete totallllll~
Penggalan kalimat penuh kata-kata manis yang menjilat itu mungkin hanya salah satu kalimat yang dikeluarkan oleh orang-orang politik di negri kita supaya mereka bisa menduduki posisi tertentu. Selanjutnya, setelah terpilih, masalah kata-kata itu terealisasi atau tidak bukan urusannya lagi. Dan, berikutnya kata-kata itu hanya tinggal janji si manis jembatan ancol yang menghilang begitu saja di balik kepulan asap.
Sebenernya, kata-kata manis bukan saja milik petinggi-petinggi politik. Orang-orang bawahnya pun juga seringkali begitu, mengumbar janji tanpa bisa memegangnya dengan pasti. Yang penting bicara dulu, urusan dipenuhi atau tidak, lihat saja nanti~ tergantung mood.
Hal ini baru saja saya alami. Dan, jujur saya bisa marah sekali.
Waktu itu hari jumat saya mendatangi sebuah tempat jahit di kawasan rumah saya. Tujuannya tentu saja bukan mencari masalah atau menagih hutang, tapi untuk mempermak seragam kerja saya yang agak-agak kegombrongan kalau dipakai. Maklum anak cewek, maunya yang agak ngepas badan meski tau badan saya kerempeng. Jadilah saya melakukan negosiasi untuk mencapai mufakat atas dua helai seragam yang mau saya kecilin ukurannya itu. Hasil negosiasi adalah harga permak yang 35 ribu plus bisa diselesaikan pada hari Minggu pagi, jam setengah 10. Beberapa kali saya mewanti-wanti si tukang jahit supaya mampu menyelesaikan tepat waktu karena hari Senin seragam itu harus dipakai. Si tukang jahit pun mengiyakan pesanan saya sambil tersenyum. Saya pun meninggalkan tempat tukang jahit dengan perasaan riang menuju kantor.
Hari Minggu-nya...,
Sesuai janji, pukul setengah 10 pun saya datangi tempat tukang jahit itu. Dan, tahukah apa yang terjadi? Tokonya masih TUTUP! Argggghhh...betapa kesalnya saya saat itu. Tapi, kemudian saya pikir, mungkin dia buka agak siangan kali. Toh, kan hari Minggu memang waktu untuk bermalas-malasan. Meski saya sudah mulai keki karena kata-kata si tukang jahit sudah tidak bisa diandalkan, saya mencoba menerimanya dan kembali lagi ke toko pada sore hari.
Tapi, ternyata tokonya masih juga TUTUP! @#$%^&*&^$##$% (sensor mode on).
Kesel setengah mati. Mana saya nggak punya nomor teleponnya lagi!
Besok Senin kan seragam itu mau saya pakai, kalau memang nggak bisa diselesaikan tepat waktu, kenapa nggak ngomong sih?
Saya bukannya mendoakan atau menyumpah serapah, tapi gimana usaha mereka mau berkembang dan laris kalau janji saja nggak bisa dipenuhi. Pantesan aja, cuma jadi tukang jahit! (sori, tak ada maksud merendahkan para tukang jahit yang lain karena saya percaya pasti masih ada banyak tukang jahit yang jauh lebih hebat) Oh ya, untuk sekedar memberi warning kalau ada yang tahu tukang jahit ini, nama tokonya AIRO, SEBAIKNYA CARI TUKANG JAHIT LAIN KETIMBANG PERGI KE TUKANG JAHIT AIRO!
Jadi, sebaiknya jika teman-teman mau mempermak pakaian atau apa pun, lebih baik cari tukang jahit yang sudah dikenal atau telah mendapat rekomen dari kerabat. Jangan sampai kejadian seperti ini terjadi pada teman-teman sekalian. Bete totallllll~
Sunday, April 11, 2010
Kalau Saja Bukan 24 Jam
Dalam setiap harinya, kita memiliki waktu yang cukup panjang, yaitu 24 jam. Kenapa, sih, harus 24 jam? Kenapa nggak 25 jam atau kalau perlu 36 jam sekalian? Bukan apa-apa. Setiap kali saya sedang berhadapan dengan sesuatu yang membutuhkan kesibukan dan konsentrasi yang menyita, rasanya waktu 24 jam itu terlalu sedikit dan cepat sekali terlewati. Entah kenapa, roda waktu berputar begitu cepat kala kegiatan menumpuk. Ataukah, sekarang ini perputaran waktu memang bergerak lebih cepat dari biasanya sehingga rasanya 1 hari saja bisa dengan cepat terlewati?! Tapi, hal yang sebaliknya juga terjadi. Ketika tidak ada kegiatan sama sekali, maka waktu akan berjalan begitu lambat.
Namun, bukan itu permasalahannya. Nyatanya, kali ini sudah 24 jam untuk yang kesekian kali. Dan, meski tidak melakukan apa-apa, entah kenapa waktu rasanya cepat berputar.
Kepada : Mr. Waktu.
kenapa rasanya kok kamu terbang begitu cepat?
Lantas, saya pernah berpikir, apa saja yang sudah saya lakukan selama ini? Kemana waktu-waktu saya yang mendadak hilang tanpa meninggalkan bukti apa-apa? Rupanya, sang hati menjawab kepada otak, bahwa si pemilik raga telah menyia-nyiakan kawannya--waktu.
24 jam yang lain telah terlewati. Datar. Sendiri. Kosong. Padahal masih saja 24 jam.
Masih tidak ada bukti tertinggal. Bahwa saya hidup di hari itu. Di waktu itu.
Jadi, bagaimana kalau bukan 24 jam?
Namun, bukan itu permasalahannya. Nyatanya, kali ini sudah 24 jam untuk yang kesekian kali. Dan, meski tidak melakukan apa-apa, entah kenapa waktu rasanya cepat berputar.
Kepada : Mr. Waktu.
kenapa rasanya kok kamu terbang begitu cepat?
Lantas, saya pernah berpikir, apa saja yang sudah saya lakukan selama ini? Kemana waktu-waktu saya yang mendadak hilang tanpa meninggalkan bukti apa-apa? Rupanya, sang hati menjawab kepada otak, bahwa si pemilik raga telah menyia-nyiakan kawannya--waktu.
24 jam yang lain telah terlewati. Datar. Sendiri. Kosong. Padahal masih saja 24 jam.
Masih tidak ada bukti tertinggal. Bahwa saya hidup di hari itu. Di waktu itu.
Jadi, bagaimana kalau bukan 24 jam?
Sunday, February 21, 2010
Reportase Sparkling Asia
by : Clara
Sebelumnya saya minta maaf dulu buat teman-teman kemaren sudah dua hari saya nggak kunjungan, soalnya lagi banyak kegiatan (mulai dari latihan nari bareng kakak tercinta, Boa, latihan menyanyi bareng Kyuhyun, konser alias karaoke, gathering, dll --- sok sibuk mode ON). Tapi diatas semua itu sih, soalnya kemaren Orizuka nginep di tempat saya, jadinya nggak enak ninggalin dia untuk bewe. Hehehe...ketauan juga, deh.
Kenapa dia nginep di tempat saya?
Jadi, kami sudah punya rencana sejak tahun lalu untuk mengikuti sebuah acara bernama Sparkling Asia. Acara bertemunya tiga pilar Asia -Jepang, Cina dan Korea- yang banyak menampilkan lomba serta performance para fans akan idolanya, baik menyanyi atau pun dance. Acara ini bertempat di Hotel Borobudur Lapangan Banteng. Dimulai dari jam 12 siang sampai 6 sore. Dan untuk menikmati semua itu, kita membayar 135 ribu rupiah.
Saya dan Orizuka sudah membayar uang pendaftaran sejak sebulanan lalu. Iming-iming mendaftar dikarenakan acaranya yang tampak meriah, dapet goodie bag dan makan siang kenyang. Hingga akhirnya kami tiba di tempat (jangan ditanya bagaimana kami tiba di tujuan, yang jelas perlu bersusah payah karena sempet nyasar!).
Satu kata dari saya sebagai penonton atas acara itu : MENGECEWAKAN.
Oke. Iming-imingan di atas ternyata jauh dari angan. Saya pribadi hanya ingin memberi masukan bagi para panitianya tanpa pernah bermaksud untuk menjudge hasil kerja keras mereka yang mungkin saja merelakan waktu sekolah dan tidurnya.
Pertama.
No Ticketing! Meski datang terlambat 1 jam, ketika tiba di lantai 3 function hall Borobudur Hotel, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lokasi acara kecuali spanduk kecil. Di depan ruangan nggak ada satu pun panitia yang jaga seperti kebanyakan acara musik lainnya. Kemana panitia yang bertugas ticketing? Kami sebagai pendatang membayar MAHAL dengan 135 ribu untuk menonton acara ini tapi ternyata struk transfer biaya yang katanya akan ditukar dengan tiket, tidak bisa ditukar karena panitianya nggak ada yang jaga! Kami harus mencari-cari mana panitianya untuk menanyakan masalah tiket ini. Untunglah akhirnya ada satu panitia yang sepertinya mau meladeni dan kemudian membantu menukarkan tiket dengan goodie bag.
Tapi, apa yang terjadi dengan makanannya? Nggak kebagian. Soalnya makanannya prasmanan, jadi siapa cepat dia dapat.
Menurut saya sebaiknya, disediakan penjaga tiket dan makanan jangan prasmanan. Dengan kejadian di atas, seharusnya saya BISA menyelundupkan orang yang tidak melakukan pembayaran pendaftaran ke dalam acara. Kalo soal makanan, ya sudahlah. Meski kalau dipikir-pikir akan lebih baik menggunakan kotak/bungkus jadi setiap anak yang MENDAFTAR akan kebagian tanpa jatah berlebihan.
---Well, selalu ada kejadian tak terduga yang membuat orang datang terlambat, kan?
Kedua.
Saya tanya sama Orizuka, ini acara apa sih? Orizuka bilang : Sparkling Asia. Tapi, yang terjadi adalah perform yang ada didominasi oleh Korea. Saya nggak ngerti bagaimana pengaturan di setiap forumnya, tapi rasanya kasihan sekali bagi penggemar Jepang dan Mandarin karena sepertinya mereka hanya sebagai pelengkap saja. Dari yang saya lihat, saya hanya menemukan 2 performance tentang Jepang dan satu orang tentang Mandarin (*mikir* keknya nggak salah inget ini).
Ketiga.
Kalo yang ketiga sepertinya bukan ditujukan pada panitia, tapi pada pengelola hotel karena di dalam hotel yang rasanya sangat berkelas itu ternyata toiletnya nggak berbeda jauh dengan toilet umum yang ada di toko-toko biasa. Kotor. Tissue nggak ada. Bahkan nggak bisa di-flush. Bukan maksud membandingkan tapi toilet di Senayan City masih jauh lebih bersih dan nyaman. Keren malah.
*melirik ke atas*
Aduh >_< saya bener-bener cuma menyampaikan uneg-uneg sebagai salah satu penonton (member forum yang nggak aktip) yang datang dan berkomentar soal keseluruhan acara yang rasanya nggak pantes dihargai 135ribu. Sekali lagi maaf, kalau ada panitia yang membaca postingan ini. Saya bener-bener kecewa karena awal keputusan untuk ikut acara ini adalah mendapatkan sebuah acara yang meriah dan keren. Tapi, memang nggak ada yang sempurna, maka itu kritikan dibutuhkan.
Dan semoga panitia yang membaca postingan ini bisa menerima kritikan dari saya supaya ke depannya Sparkling Asia bisa lebih baik lagi.
Taebak! Gambatte! Errr...bahasa mandarinnya semangat apa sih? *garuk-garuk*
Sebelumnya saya minta maaf dulu buat teman-teman kemaren sudah dua hari saya nggak kunjungan, soalnya lagi banyak kegiatan (mulai dari latihan nari bareng kakak tercinta, Boa, latihan menyanyi bareng Kyuhyun, konser alias karaoke, gathering, dll --- sok sibuk mode ON). Tapi diatas semua itu sih, soalnya kemaren Orizuka nginep di tempat saya, jadinya nggak enak ninggalin dia untuk bewe. Hehehe...ketauan juga, deh.
Kenapa dia nginep di tempat saya?
Jadi, kami sudah punya rencana sejak tahun lalu untuk mengikuti sebuah acara bernama Sparkling Asia. Acara bertemunya tiga pilar Asia -Jepang, Cina dan Korea- yang banyak menampilkan lomba serta performance para fans akan idolanya, baik menyanyi atau pun dance. Acara ini bertempat di Hotel Borobudur Lapangan Banteng. Dimulai dari jam 12 siang sampai 6 sore. Dan untuk menikmati semua itu, kita membayar 135 ribu rupiah.
Saya dan Orizuka sudah membayar uang pendaftaran sejak sebulanan lalu. Iming-iming mendaftar dikarenakan acaranya yang tampak meriah, dapet goodie bag dan makan siang kenyang. Hingga akhirnya kami tiba di tempat (jangan ditanya bagaimana kami tiba di tujuan, yang jelas perlu bersusah payah karena sempet nyasar!).
Satu kata dari saya sebagai penonton atas acara itu : MENGECEWAKAN.
Oke. Iming-imingan di atas ternyata jauh dari angan. Saya pribadi hanya ingin memberi masukan bagi para panitianya tanpa pernah bermaksud untuk menjudge hasil kerja keras mereka yang mungkin saja merelakan waktu sekolah dan tidurnya.
Pertama.
No Ticketing! Meski datang terlambat 1 jam, ketika tiba di lantai 3 function hall Borobudur Hotel, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lokasi acara kecuali spanduk kecil. Di depan ruangan nggak ada satu pun panitia yang jaga seperti kebanyakan acara musik lainnya. Kemana panitia yang bertugas ticketing? Kami sebagai pendatang membayar MAHAL dengan 135 ribu untuk menonton acara ini tapi ternyata struk transfer biaya yang katanya akan ditukar dengan tiket, tidak bisa ditukar karena panitianya nggak ada yang jaga! Kami harus mencari-cari mana panitianya untuk menanyakan masalah tiket ini. Untunglah akhirnya ada satu panitia yang sepertinya mau meladeni dan kemudian membantu menukarkan tiket dengan goodie bag.
Tapi, apa yang terjadi dengan makanannya? Nggak kebagian. Soalnya makanannya prasmanan, jadi siapa cepat dia dapat.
Menurut saya sebaiknya, disediakan penjaga tiket dan makanan jangan prasmanan. Dengan kejadian di atas, seharusnya saya BISA menyelundupkan orang yang tidak melakukan pembayaran pendaftaran ke dalam acara. Kalo soal makanan, ya sudahlah. Meski kalau dipikir-pikir akan lebih baik menggunakan kotak/bungkus jadi setiap anak yang MENDAFTAR akan kebagian tanpa jatah berlebihan.
---Well, selalu ada kejadian tak terduga yang membuat orang datang terlambat, kan?
Kedua.
Saya tanya sama Orizuka, ini acara apa sih? Orizuka bilang : Sparkling Asia. Tapi, yang terjadi adalah perform yang ada didominasi oleh Korea. Saya nggak ngerti bagaimana pengaturan di setiap forumnya, tapi rasanya kasihan sekali bagi penggemar Jepang dan Mandarin karena sepertinya mereka hanya sebagai pelengkap saja. Dari yang saya lihat, saya hanya menemukan 2 performance tentang Jepang dan satu orang tentang Mandarin (*mikir* keknya nggak salah inget ini).
Ketiga.
Kalo yang ketiga sepertinya bukan ditujukan pada panitia, tapi pada pengelola hotel karena di dalam hotel yang rasanya sangat berkelas itu ternyata toiletnya nggak berbeda jauh dengan toilet umum yang ada di toko-toko biasa. Kotor. Tissue nggak ada. Bahkan nggak bisa di-flush. Bukan maksud membandingkan tapi toilet di Senayan City masih jauh lebih bersih dan nyaman. Keren malah.
*melirik ke atas*
Aduh >_< saya bener-bener cuma menyampaikan uneg-uneg sebagai salah satu penonton (member forum yang nggak aktip) yang datang dan berkomentar soal keseluruhan acara yang rasanya nggak pantes dihargai 135ribu. Sekali lagi maaf, kalau ada panitia yang membaca postingan ini. Saya bener-bener kecewa karena awal keputusan untuk ikut acara ini adalah mendapatkan sebuah acara yang meriah dan keren. Tapi, memang nggak ada yang sempurna, maka itu kritikan dibutuhkan.
Dan semoga panitia yang membaca postingan ini bisa menerima kritikan dari saya supaya ke depannya Sparkling Asia bisa lebih baik lagi.
Taebak! Gambatte! Errr...bahasa mandarinnya semangat apa sih? *garuk-garuk*
Thursday, February 18, 2010
Untuk Sebuah Etika
by : Clara
Untuk Anda. Iya, Anda yang mengaku sebagai tukang parkir, tetapi menyeleweng dari tugas dan tanggung jawab Anda. Hanya sebuah jabatan yang Anda pilih, tapi Anda telah kabur bersama keengganan Anda untuk menyikapi apa yang dikerjakan sebagai sarana mencari sedikit uang.
Kenapa Anda memutuskan menjadi tukang parkir?
Ah, ya tentu saja ini pertanyaan bodoh. Siapa pun tidak mungkin pernah berpikir untuk menjawab pertanyaan, "apa cita-citamu?" dengan sebuah kalimat, "saya ingin menjadi tukang parkir yang hebat dan terkenal!" Ini bukan pilihan, tetapi tuntutan dalam hidup untuk bisa tetap bertahan di tengah bengis dan cabikan Kota.
Untuk apa pun yang bukan Anda pilih, Anda melakukannya. Dengan kesadaran penuh akan sebuah kewajiban untuk bisa menata setiap kendaraan agar pada tempatnya. Dan Anda dibayar untuk itu! Jadi, kenapa tidak kerjakan dengan sepenuh hati?! Kenapa memilih mengabaikan, namun berharap uluran selembar uang seribu atau bisa memintanya lebih dengan memasang wajah kasihan. Ya. Kalau begitu apa bedanya dengan pengemis yang lunta-lunta di jalan?
Tidak ada yang enak di dunia. Jadi, ketika Anda tidak mau melakukannya, jangan lakukan. Memaksakan diri hanya untuk kata 'mau bagaimana lagi' dan berujung pada ketidakiklasan Anda mengais sekedar rejeki.
Untuk Anda. Iya, Anda yang mengaku sebagai tukang parkir, tetapi menyeleweng dari tugas dan tanggung jawab Anda. Hanya sebuah jabatan yang Anda pilih, tapi Anda telah kabur bersama keengganan Anda untuk menyikapi apa yang dikerjakan sebagai sarana mencari sedikit uang.
Kenapa Anda memutuskan menjadi tukang parkir?
Ah, ya tentu saja ini pertanyaan bodoh. Siapa pun tidak mungkin pernah berpikir untuk menjawab pertanyaan, "apa cita-citamu?" dengan sebuah kalimat, "saya ingin menjadi tukang parkir yang hebat dan terkenal!" Ini bukan pilihan, tetapi tuntutan dalam hidup untuk bisa tetap bertahan di tengah bengis dan cabikan Kota.
Untuk apa pun yang bukan Anda pilih, Anda melakukannya. Dengan kesadaran penuh akan sebuah kewajiban untuk bisa menata setiap kendaraan agar pada tempatnya. Dan Anda dibayar untuk itu! Jadi, kenapa tidak kerjakan dengan sepenuh hati?! Kenapa memilih mengabaikan, namun berharap uluran selembar uang seribu atau bisa memintanya lebih dengan memasang wajah kasihan. Ya. Kalau begitu apa bedanya dengan pengemis yang lunta-lunta di jalan?
Tidak ada yang enak di dunia. Jadi, ketika Anda tidak mau melakukannya, jangan lakukan. Memaksakan diri hanya untuk kata 'mau bagaimana lagi' dan berujung pada ketidakiklasan Anda mengais sekedar rejeki.
Sekedar ditulis untuk para tukang parkir yang tidak bekerja dengan baik dan hanya mengharap sodoran uang. Apa bedanya dengan korupsi?
Dimana saya tinggal, ditulis 18 Februari 2010
Dimana saya tinggal, ditulis 18 Februari 2010
Wednesday, February 17, 2010
Yang Penting dan Nggak Penting
by : Clara
Kali ini mau posting yang agak santai dulu (kapan sih pernah serius, clar?) soalnya kepala lagi mumet dan nggak nahan pengen buang uneg-uneg kegembiraan. Eh, sekedar pengumuman nggak penting, saat postingan ini dibuat, saya baru makan sekali doang selama satu hari ~laparrrrr~ tapi, laparnya segera hilang begitu saya lihat acara Star Dance Battle. Jadi, ditayangkan untuk melengkapi hari valentine kemaren, stasiun Korea MBC menayangkan sebuah acara berjudul Star Dance Battle. Sebuah acara (kayaknya) tahunan yang mengumpulkan para artis yang sedang bersinar dengan single yang nge-hits untuk berlomba-lomba menunjukkan bakat dance mereka. Yah, sebenernya sih nggak usah diraguin lagi, orang Korea itu banyak banget yang bisa dance.
Diantara sekian banyak artis yang ikut, ada beberapa yang saya suka turut serta memeriahkan acara ini. Sebut saja MBLAQ (LeeJoon liat foto di atas yang paling kanan), Super Junior (Kyuhyun liat foto kedua dari kiri), Tiara, After School dan SNSD.
Disela-sela lomba dance yang memanas, ditayangkan sebuah games. FYI, rasanya games di Korea banyak yang nggak penting sebenernya, tapi entah kenapa jadi terasa penting karena lucu.
Sebut aja games di acara Star Dance Battle tahun ini: Satu artis dipakein kayak baju yang biasa dipake boneka, tapi ini model seperti kayu yang terbelah. Dia harus berbaring tengkurap dengan baju itu. Sementara artis lainnya harus berusaha membalikkan posisi tubuh si artis yang terngkurap. Yang berhasil membuat lawan terlentang adalah yang menang. Tuh, kan? Nggak penting banget, sih? XD
Tapi saya salut. Bukankah kegiatan yang nggak penting tapi jadi penting dan menarik karena kemampuan kreatifitas mereka yang tinggi? Hmmm~ *mikir* Yang jelas, dari semua yang saya lihat, saya bisa mengambil kesimpulan, kalau orang Korea sama sekali nggak malu untuk berekspresi secara bebas. Benar-benar ekspresif sekali.
Dan hasil ekspresif lainnya juga tampak pada saat Super Junior turun dance melawan 2PM. Mereka mengkombinasikan antara musik lembut ala balerina dan musik hip hop yang kontras. Tapi hasilnya? Jangan ditanya....super duper keren (apalagi karena ada Kyuhyun yang nyempil). Hehehehe...

Selain kedua jenis musik itu, Super Junior juga menambahkan sedikit teater hiburan di tengah koreo dance mereka. Lihat, muka Shin Dong yang chubby itu terlihat begitu ekspresif.

Makanya nggak heran kalo Super Junior keluar sebagai juara. Dan satu hal lagi yang nggak penting, mereka menang hanya untuk memperebutkansaya daging sapi!
Saya salut sama Korea, kapan ya negara kita juga bisa membuat sebuah acara yang nggak penting menjadi penting tapi menghibur dan kreatif? Setidaknya nggak usah membuat acara tentang dance kalo si pemilik acara sendiri nggak bisa dance. Ups~ *celingukan mencari siapa yang tersindir*
Kali ini mau posting yang agak santai dulu (kapan sih pernah serius, clar?) soalnya kepala lagi mumet dan nggak nahan pengen buang uneg-uneg kegembiraan. Eh, sekedar pengumuman nggak penting, saat postingan ini dibuat, saya baru makan sekali doang selama satu hari ~laparrrrr~ tapi, laparnya segera hilang begitu saya lihat acara Star Dance Battle. Jadi, ditayangkan untuk melengkapi hari valentine kemaren, stasiun Korea MBC menayangkan sebuah acara berjudul Star Dance Battle. Sebuah acara (kayaknya) tahunan yang mengumpulkan para artis yang sedang bersinar dengan single yang nge-hits untuk berlomba-lomba menunjukkan bakat dance mereka. Yah, sebenernya sih nggak usah diraguin lagi, orang Korea itu banyak banget yang bisa dance.
Diantara sekian banyak artis yang ikut, ada beberapa yang saya suka turut serta memeriahkan acara ini. Sebut saja MBLAQ (LeeJoon liat foto di atas yang paling kanan), Super Junior (Kyuhyun liat foto kedua dari kiri), Tiara, After School dan SNSD.
Disela-sela lomba dance yang memanas, ditayangkan sebuah games. FYI, rasanya games di Korea banyak yang nggak penting sebenernya, tapi entah kenapa jadi terasa penting karena lucu.
Sebut aja games di acara Star Dance Battle tahun ini: Satu artis dipakein kayak baju yang biasa dipake boneka, tapi ini model seperti kayu yang terbelah. Dia harus berbaring tengkurap dengan baju itu. Sementara artis lainnya harus berusaha membalikkan posisi tubuh si artis yang terngkurap. Yang berhasil membuat lawan terlentang adalah yang menang. Tuh, kan? Nggak penting banget, sih? XD
Tapi saya salut. Bukankah kegiatan yang nggak penting tapi jadi penting dan menarik karena kemampuan kreatifitas mereka yang tinggi? Hmmm~ *mikir* Yang jelas, dari semua yang saya lihat, saya bisa mengambil kesimpulan, kalau orang Korea sama sekali nggak malu untuk berekspresi secara bebas. Benar-benar ekspresif sekali.
Dan hasil ekspresif lainnya juga tampak pada saat Super Junior turun dance melawan 2PM. Mereka mengkombinasikan antara musik lembut ala balerina dan musik hip hop yang kontras. Tapi hasilnya? Jangan ditanya....super duper keren (apalagi karena ada Kyuhyun yang nyempil). Hehehehe...

Selain kedua jenis musik itu, Super Junior juga menambahkan sedikit teater hiburan di tengah koreo dance mereka. Lihat, muka Shin Dong yang chubby itu terlihat begitu ekspresif.

Makanya nggak heran kalo Super Junior keluar sebagai juara. Dan satu hal lagi yang nggak penting, mereka menang hanya untuk memperebutkan
Saya salut sama Korea, kapan ya negara kita juga bisa membuat sebuah acara yang nggak penting menjadi penting tapi menghibur dan kreatif? Setidaknya nggak usah membuat acara tentang dance kalo si pemilik acara sendiri nggak bisa dance. Ups~ *celingukan mencari siapa yang tersindir*
Tuesday, February 9, 2010
Hari Pers Nasional
by : Clara
Informasi merupakan hal penting yang bisa kita lahap setiap harinya layaknya sarapan untuk bisa mengenyangkan dahaga wawasan yang mungkin bisa menjerumuskan kita ke dalam lubang kebodohan. Setiap harinya berbagai informasi disajikan dalam bentuk yang berbeda-beda, baik lisan maupun tulisan. Setiap hari pula kita bisa mengetahui perkembangan kasus yang terjadi di sekitar kita dengan berbagai macam media yang ada. Tapi, siapa yang menyajikan semua itu? Ibaratnya sebuah restoran, ada pelayan yang menghidangkan makanan pesanan kita, tapi siapa yang menjadikannya santapan yang lezat untuk mengisi perut kita?
Semua informasi yang kita terima, baik informasi yang bergulat dalam masalah politik hingga pembahasan ringan seperti artis siapa yang bercerai, semuanya tidak pernah luput dari buah-buah pena para jurnalis di tanah air. Mereka bekerja dengan sungguh giat hanya untuk menyajikan kita berita yang paling komplit dan paling bermutu. Tanpa hasil jerih payah para jurnalis, mungkin saja wawasan kita masih kosong. Karena itulah, jurnalis identik dengan pencari berita. Sungguh, pekerjaan yang sangat berat.
Dan hari ini, tanggal 9 Februari, adalah hari yang telah ditetapkan sebagai hari peringatan Pers Nasional. Untuk menyambut hari ini, salah satu stasiun televisi pun akan membuat acara semacam seminar yang diadakan keesokan harinya di sebuah universitas di Bandung. Pembicaraan yang menjadi topik tidak jauh dari hal yang berbau jurnalistik. Presiden SBY pun akan berangkat ke Palembang untuk meresmikan sekolah Jurnalistik di sana sekaligus menjadi pengajar perdana di Universitas tersebut (sumber: inilah.com)
Oleh sebab itu, saya hanya bisa mengucapkan selamat Hari Pers Nasional. Semoga para jurnalis di Indonesia bisa membawakan berita dengan semakin matang (entah yang kayak gimana, saya juga nggak ngerti...hehehe). Apapun tanggapan orang-orang mengenai profesi yang satu ini, saya rasa itu hanya sebuah opini dari masing-masing individu.
Informasi merupakan hal penting yang bisa kita lahap setiap harinya layaknya sarapan untuk bisa mengenyangkan dahaga wawasan yang mungkin bisa menjerumuskan kita ke dalam lubang kebodohan. Setiap harinya berbagai informasi disajikan dalam bentuk yang berbeda-beda, baik lisan maupun tulisan. Setiap hari pula kita bisa mengetahui perkembangan kasus yang terjadi di sekitar kita dengan berbagai macam media yang ada. Tapi, siapa yang menyajikan semua itu? Ibaratnya sebuah restoran, ada pelayan yang menghidangkan makanan pesanan kita, tapi siapa yang menjadikannya santapan yang lezat untuk mengisi perut kita?
Semua informasi yang kita terima, baik informasi yang bergulat dalam masalah politik hingga pembahasan ringan seperti artis siapa yang bercerai, semuanya tidak pernah luput dari buah-buah pena para jurnalis di tanah air. Mereka bekerja dengan sungguh giat hanya untuk menyajikan kita berita yang paling komplit dan paling bermutu. Tanpa hasil jerih payah para jurnalis, mungkin saja wawasan kita masih kosong. Karena itulah, jurnalis identik dengan pencari berita. Sungguh, pekerjaan yang sangat berat.
Dan hari ini, tanggal 9 Februari, adalah hari yang telah ditetapkan sebagai hari peringatan Pers Nasional. Untuk menyambut hari ini, salah satu stasiun televisi pun akan membuat acara semacam seminar yang diadakan keesokan harinya di sebuah universitas di Bandung. Pembicaraan yang menjadi topik tidak jauh dari hal yang berbau jurnalistik. Presiden SBY pun akan berangkat ke Palembang untuk meresmikan sekolah Jurnalistik di sana sekaligus menjadi pengajar perdana di Universitas tersebut (sumber: inilah.com)
Oleh sebab itu, saya hanya bisa mengucapkan selamat Hari Pers Nasional. Semoga para jurnalis di Indonesia bisa membawakan berita dengan semakin matang (entah yang kayak gimana, saya juga nggak ngerti...hehehe). Apapun tanggapan orang-orang mengenai profesi yang satu ini, saya rasa itu hanya sebuah opini dari masing-masing individu.
Clara dan si Laptie Hitam nan Seksi melaporkan dari atas tempat tidur.
Salam.
(>.^)v
Salam.
(>.^)v
Thursday, December 17, 2009
Traffic Lights VS Traffic Jam
by : Clara
Keberadaan lampu lalu lintas di sepanjang persimpangan jalan adalah hal yang penting untuk bisa tetap membuat keadaan jalan tetap lancar, atau paling nggak, nggak semrawut. Melihat kehadirannya yang berperan begitu penting, seharusnya lampu-lampu ini dijaga dengan sangat baik. Bukan setiap saat harus di lap atau di kebutin debunya (sukur-sukur kalau ada yang mau ngerjain), tapi paling nggak warnanya tetap dipertahankan dalam artian harus senantiasa menyala.
Waktu lagi maraknya pemadaman listrik bergilir, bisa dimaklumi kenapa lampu lalu lintas terpaksa harus dimatikan. Tapi kalau PLN udah bener, kenapa masih ada aja lampu lalu lintas yang padam? Seperti beberapa hari yang lalu, saya dengar di daerah Pluit, lampu lalu lintas ini sudah padam hampir seminggu. Alhasil jalanan di sekitar sana pasti macetnya nggak bisa ditolerir lagi, dong. Kemana itu petugas yang harusnya memperbaiki lampu?
Wajar memang kalau yang namanya alat elektronik (traffic lights termasuk alat elektronik bukan sih?) itu bisa rusak sewaktu-waktu. Tapi apa iya harus didiamkan sampai segitu lamanya? Kan efeknya jadi ke macet yang berlebih. Kalau memang rusak, ya bergerak gesitlah diperbaiki. Buat apa bayar mahal untuk pasang lampu seperti itu, kalau rusak, lalu dianggurkan seolah benda itu nggak akan bisa diperbaiki. Tanpa masalah lampu lalu lintas yang rusak aja, Jakarta tuh udah macet banget. Jadi alangkah baiknya jika orang-orang yang sudah mendapat tugas untuk mengurus rambu-rambu di jalanan, bisa bergerak cepat untuk membereskan masalah lampu lalu lintas yang rusak ini. Kalau lampu lalu lintas kembali nyala, paling nggak kesemrawutan masih bisa teratasi.

Waktu lagi maraknya pemadaman listrik bergilir, bisa dimaklumi kenapa lampu lalu lintas terpaksa harus dimatikan. Tapi kalau PLN udah bener, kenapa masih ada aja lampu lalu lintas yang padam? Seperti beberapa hari yang lalu, saya dengar di daerah Pluit, lampu lalu lintas ini sudah padam hampir seminggu. Alhasil jalanan di sekitar sana pasti macetnya nggak bisa ditolerir lagi, dong. Kemana itu petugas yang harusnya memperbaiki lampu?
Wajar memang kalau yang namanya alat elektronik (traffic lights termasuk alat elektronik bukan sih?) itu bisa rusak sewaktu-waktu. Tapi apa iya harus didiamkan sampai segitu lamanya? Kan efeknya jadi ke macet yang berlebih. Kalau memang rusak, ya bergerak gesitlah diperbaiki. Buat apa bayar mahal untuk pasang lampu seperti itu, kalau rusak, lalu dianggurkan seolah benda itu nggak akan bisa diperbaiki. Tanpa masalah lampu lalu lintas yang rusak aja, Jakarta tuh udah macet banget. Jadi alangkah baiknya jika orang-orang yang sudah mendapat tugas untuk mengurus rambu-rambu di jalanan, bisa bergerak cepat untuk membereskan masalah lampu lalu lintas yang rusak ini. Kalau lampu lalu lintas kembali nyala, paling nggak kesemrawutan masih bisa teratasi.
Subscribe to:
Posts (Atom)