Sunday, May 8, 2011

Kisah Sangkala 9/10

Sekali lagi saya diberi kesempatan untuk menonton sebuah drama musical lain. Kali ini berjudul Sangkala 9/10. Sebuah kisah yang diangkat berdasar fakta dan realitas kehidupan masyarakat Tionghoa dan Betawi pada jaman VOC dahulu. Menceritakan bahwa kekejaman VOC yang ingin membumihanguskan kaum Tionghoa dengan membawa kaum Betawi untuk menjadi anak buah dalam menyerang kaum berkulit putih tersebut. Namun, dalam drama musical ini, tentunya sudah melalui proses yang namanya perkembangan sehingga ditambahkan unsure-unsur komedi dan percintaannya, supaya penonton tidak terlalu “berat” mengikuti kisah yang berlatar belakang sebuah sejarah Batavia.

Bertempat di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, drama musical Sangkala 9/10 dipentaskan sebanyak lima kali dalam waktu tiga hari berturut-turut. Produsernya adalah Maudy Koesnaidi dan pemainnya merupakan pemuda-pemudi dari Ikatan Abang None Jakarta. Jadi, secara inti, drama musical ini memang diangkat oleh perkumpulan tersebut.

Ah, ya, Sangkala 9/10 itu sendiri memiliki makna dimana pada masanya, kaum Tionghoa habis di tangan VOA ketika sang matahari senja sedang bergerak turun. Terjadi pada tanggal 9 bulan 10 di tahun 1740. Berkat itulah Betawi dan Tionghoa bersatu untuk menghancurkan VOC itu sendiri.

Drama musical ini memiliki beberapa nilai plus di mata saya.

1. Cerita yang diangkat merupakan kisah sejarah yang mungkin banyak dari kaum muda masa kini yang sudah lupa pada bagian kisah yang mengukir kehidupan sekarang.
2. Sangkala memiliki penataan panggung yang sangat indah. Setting tempat benar-benar dibuat dengan baik. Ditambah lagi beberapa settingan mengandalkan daya otomatis yang canggih.
3. Visual Efek yang disuguhkan mampu membuat saya berdecak kagum.
4. Sangkala menyajikan beberapa potongan kisah dari narasi melalui sebuah lukisan di atas pasir yang sangat membuat saya terpukau.
5. Wardrobe dan desain kostumnya sangat apik.
6. Beberapa kelucuannya cukup menghibur saya di kala itu.
7. Penataan musik dan harmonisasi yang baik, membuat saya terkesan ketika musik yang secara live itu dimainkan. Terdiri dari tiga jenis musik, betawi, cina dan belanda.
8. Lighting yang cantik dan tidak terlalu berlebihan sangat pas untuk mewarnai setiap scene yang ada.

Namun, sebagaimana keseimbangan, drama musical ini pun memiliki beberapa kekurang yang bagi saya cukup mengganggu.

1. Banyak dialog yang saya rasa tak terlalu penting. Atau dengan kata lain, jika dialog itu dihapus, tak akan banyak berpengaruh banyak pada cerita. Karena dialog ini maka saya merasa drama musical ini terlalu bertele-tele.
2. Ada cukup banyak dialog yang menggunakan bahasa lain, Belanda dan Mandarin, tapi tidak ada pengertian dari itu. Sehingga saya yang sedang menikmati cerita menjadi terganggu dengan tidak mengerti artinya.
3. Panggung di Teater Jakarta sangat luas. Sayang, para pemain nyaris tidak memanfaatkan itu. Kebanyakan adegan panjang justru menggunakan sisi pinggir panggung sehingga ketika menonton rasanya timpang.
4. Setting tempat yang apik rupanya tidak bisa dilakukan secara cekatan. Hal itu membuat penonton menunggu cukup lama untuk sebuah pergantian scene.
5. Untuk ukuran drama musical, Sangkala 9/10 cukup minim dalam hal musiknya. Dalam artian, tak banyak tari dan nyanyi yang mengisi di cerita Sangkala tersebut.


Secara keseluruhan saya rasa drama musical ini cukup baik. Dan, yang penting bisa menjadi jembatan bagi kaum muda yang tidak pernah tau tentang kisah kelam di masa penjajahan dulu. Setidaknya drama ini masih bisa mewakili dan mengangkat kejadian tersebut dalam bentuk yang jauh lebih sederhana ketimbang buku sejarah.

Itu menurut saya. Tapi, saya acungin jempol untuk para pemain yang sudah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menyajikan drama musical yang menghabiskan waktu nyaris tiga jam setengah! Hahaha~~

7 comments:

-Gek- said...

wiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii, lamanyaaaaaa....... Clar dirimu cocok bgt jd komentator, cuman kurang foto, hihihi

TS Frima said...

saya sih kurang suka drama musikal..

Ellious Grinsant said...

Hehehe setuju sama mbak gek, cuma kurang fotonya aja, hehehe...

seumur-umur belum pernah nonton pertunjukan drama di theater drama langsung, jadi penasaran...

W i e d e s i g n a r c h said...

boleh juga idenya untuk memasukkan gambar...
tapi previewnya asiikkk banget...
dan aku suka sekali musikal... ^_^

salam

Ninda Rahadi said...

awwwwww pengen nontonnn

sama kayak mbak gek, kurang fotonya mbak

joe said...

download-nya di mana ya? he he...

Elsa said...

fotonya mana? gak ada ya?

iya, sometimes memang aku pikir pekerjaan yang dipersiapkan berbulan bulan.. tapi perform cuma beberapa jam saja, gimana rasanya yaa...
kalo sukses, pasti bangganya luar biasa gitu