Monday, December 6, 2010

Rekoleksi Sekaligus Rekreasi (2)

Tidur hanya dua setengah jam ternyata tidak menjadi penghalang buat saya untuk tetap bugar beraktivitas di hari Minggu yang cerah. Nyatanya, setelah panitia membangunkan kami para peserta di jam setengah enam untuk memulai hari dengan olahraga dan games kecil, saya merasa sama sekali tidak mengantuk. Yah, kecuali pas lagi bengong-bengong sendirian, ngantuknya pun kadang kumat juga. Tapi, tak memakan waktu lama. Karena panitia acara seolah bekerja tiada henti, maka jadwal kegiatan pun seakan padat mengisi waktu. Seusai olahraga, mandi dan sarapan pagi, rombongan kami pun berfoto sebentar di depan Tower of Blessing sebelum meninggalkan tempat itu.

Dan, perjalanan pun berlanjut menuju Gereja Karmel Santa Theresia yang terkenal itu.

Bus yang kami tumpangi sudah siap. Kami semua pun bergegas naik supaya tidak terlambat untuk Misa mingguan di Gereja. Puji Tuhan, memang sudah direncanakan dengan matang, kami pun tidak terlambat tiba di Karmel. Hanya butuh beberapa menit, dan bus pun masuk ke pekarangan Karmel. Tiba di sana, panitia membriefing sejenak dan memberi tahu kami untuk tidak mampir kemana-mana dulu, karena meski Misa baru akan dimulai satu jam lagi, tapi kami tidak ingin sampai kehabisan tempat duduk. Jadi, rombongan pun digiring langsung menuju ke dalam gedung gereja.

Ada beberapa hal yang unik yang saya temui di Gereja Karmel ini.

1. Rata-rata biawaran/wati di sana mengenakan seragam berwarna cokelat tua. Entah kenapa mengingatkan saya pada biarawan/wati di Negara belahan Eropa sana.

2. Ada patung Tuhan Yesus yang mirip seperti Rio De Jeneiro, Brazil, dalam skala yang lebih kecil. Keren sekali~




3. Ruang gerejanya yang juga tak seperti kebanyakan gereja yang saya jumpai. Biasanya gereja memiliki bangku-bangku kayu yang berjejer dengan dudukan di bagian bawah untuk berlutut. Tapi, di Karmel, ruang gerejanya seperti aula setengah lingkaran. Tempat duduknya bertanjak seperti di stadion sepak bola. Lalu, di bagian paling depan terhampar bantal-bantal seperti tatami yang bisa digunakan untuk duduk ala lesehan, sementara di samping kirinya ditempatkan kursi biasa yang mungkin digunakan untuk para orang tua lanjut usia yang sulit duduk lesehan atau duduk di tingkatan.

4. Puji-pujiannya berbeda dari Misa kebanyakan yang saya ikuti. Saya pun terhanyut dan tak sadar menitikkan air mata. Tentu saja karena saya sedih. Betapa saya ingat dosa saya, padahal Tuhan Yesus sudah begitu luar biasa baiknya berdiri atas hidup saya. Tapi, sebagai manusia saya bukannya bersyukur dan cuma bisa mengeluh.
Lagu berjudul "S'mua Baik" yang kami kidungkan di Misa tersebut, yang paling membuat saya bergetar.
S'MUA BAIK, S'MUA BAIK
APA YANG T'LAH KAU PERBUAT DI DALAM HIDUPKU
S'MUA BAIK, SUNGGUH TERAMAT BAIK
KAU JADIKAN HIDUPKU BERARTI
Sebelum masuk ke gedung gerejanya, saya melihat ada meja besar yang seperti meja receptionist, yang dikerubuti banyak orang. Penasaran, saya pun melongokkan kepala. Rupa-rupanya, berjejer amplop untuk diisi dengan ujud doa atau permintaan kita. Ada yang untuk permasalahan keluarga, meminta kesembuhan penyakit, bahkan juga ada permohonan untuk menempuh kehidupan sehari-hari seperti dalam pekerjaan atau cita-cita.

Mulanya saya ragu karena takut-takut kalau ujud doa itu akan dibacakan saat Misa (karena biasanya begitu), tapi ketika kakaknya teman saya memberitahu bahwa tidak mungkin semua amplop itu dibacakan dalam Misa, saya pun langsung bergegas mengambil satu amplop dan menuliskan ujud doa saya. Katanya, sih, para biarawati di sana akan membantu mendoakan ujud-ujud doa yang masuk selama seminggu penuh. Dan, saya percaya kalau Tuhan Yesus memang sudah berkehendak, maka semua ujud doa itu akan terjadi. Tanpa keraguan.

Setelah selesai mengisi dan mengembalikan amplop itu pada tempatnya, dimana saya mengambil dari keranjang yang dikhususkan untuk kehidupan sehari-hari (pekerjaan dan cita-cita), saya dan teman saya pun masuk ke dalam gereja.

Masih ada sisa waktu sebelum Misa dimulai. Kami pun berbincang-bincang sejenak untuk membunuh waktu--> hal yang tidak boleh dicontoh. Seharusnya kami larut dalam suasana hening, tapi namanya juga anak muda, mana bisa diam :P

Misa pun dimulai. Seperti yang sudah saya katakan bahwa Misa di Karmel ternyata berbeda dengan Misa di gereja tempat saya, mulanya saya sedikit kagok. Apalagi di akhir Misa, ternyata masih dilanjutkan dengan doa untuk kesembuhan berbagai penyakit yang diderita oleh banyak umat di sana. Memang bukan rahasia lagi kalau gereja di Karmel itu terkenal dengan berbagai kesaksian tentang kesembuhan seseorang dari penyakitnya.

Dan, saya pun salah satu diantara mereka. Datang untuk memohon kesembuhan dari penyakit hati yang saya derita. Iri dengki, egois, amarah, emosi dan segala keserakahan.

Sama seperti yang lain, saya pun percaya penyakit hati saya akan hilang dengan jamahan Tuhan Yesus serta keinginan kuat dari dalam diri.

Yang jelas, sungguh sebuah hal yang luar biasa bisa hadir di sana. Apalagi Minggu itu ternyata merupakan Adven pertama, dimana kami umat Katolik akan mempersiapkan diri sebelum mencapai hari Puncak, yaitu Natal. Saya tau ini semua tak lepas dari rencana Tuhan Yesus. Dia yang membisikkan saya untuk hadir di acaraNya yang megah itu melalui perantara teman saya. Saya benar-benar bersyukur bisa menjadi saksi dari turunnya kuasa Tuhan Yesus. Di depan mata saya. Hati saya terasa hangat waktu itu. Dan, saya percaya saat itulah pasti Tuhan Yesus sedang menjamah saya.

Kegiatan di Karmel tak berakhir dengan Misa saja. Masih ada Gua Bunda Maria dan air suci yang mengalir jernih. Berdoa sebentar, sambil cuci-cuci muka di air suci, kami lakukan. Selesai bersapaan dengan Bunda Maria, rombongan kami pun berfoto di depan patung Yesus (ada di atas). Dan, acara rohani berakhir di sana. Karena begitu tiba di ujung jalan Karmel, kami pun langsung mendapat godaan berat. Banyak tukang makanan berjejer menjajakan makanan!!

Perut saya langsung meronta-ronta.
Ada sate kelinci, sate ayam, risol, lumpia, wahhhhh~ benar-benar nggak nahan.
Saya dan teman saya langsung memesan sate kelinci. Baunya harum sekali. Tapi, tak hanya itu. Maruk saya kambuh. Saya kalap. Masih bergerak ke sana ke mari mencari jajajanan lainnya yang bisa masuk ke dalam perut. Saya pun membeli lumpia. Lalu, mencicipi somay yang dibeli teman saya, mencomot sate ayam milik pacarnya kakak teman saya, dan menyiduk sedikit es cendol dari salah seorang yang lain. Haeuhhhh~ rasanya nikmat sekali ketika si perut sudah terisi setengah.

Tanpa berakhir di sana, kegiatan pun berlanjut. Kali ini rombongan pun harus bergegas meninggalkan Karmel dan bergerak menuju TKP lainnya, yaitu Taman Bunga Nasional.

Bersambung.

7 comments:

indrahuazu said...

jubah biarawan-wati cokelat itu ciri khas karmelit.. lebih kerasa lagi di biara OCSO di rawaseneng..

Irma Senja said...

wahhh,..clara sdg melakukan perjalanan religius ya :)

selamat pagi clara....^^

Elsa said...

what a great trip yaa
dan banyak manfaatnya.

selamat pagi juga Claraaaa
maaf baru bisa mampir sekarang.

waktu ke manado, aku juga bertemu patung Yesus besar lhoo... namanya patung Yesus memberkati.

gayuh said...

tempatnya indah...

catatan kecilku said...

Ganti template ya..? Kukira aku tadi salah masuk lho... hehehe

the others.... said...

Patungnya besar sekali...
Wah, senengnya bisa mengikuti wisata religi ya..?

windflowers said...

pastinya menyentuh ya cla..merinding dan pasti aja nangis deh..

ujud doa emang suka dibacain gitu cla...?hehehe..