Saturday, December 3, 2011

GAP Antara Sekolah

Dalam rangka menyelesaikan urusan kode booking yang sempat hilang, saya mampir ke kantor teman saya yang adalah sebuah sekolah bertaraf internasional. Hal pertama yang menjadi reaksi saya cuma satu : tercengang! Berkali-kali rasanya saya menggumamkan, "Wow, sekolahnya keren banget." Gedungnya terdiri dari sepuluh buah, berdiri di tanah seluas lima hektar. Gedung itu mempunyai masing-masing tema, begitu juga dengan fungsinya. Bahkan ada gedung khusus olahraga, taman luas yang sangat cantik, kolam renang, taman bermain bahkan taman pasir!

Kebetulan, gedung yang pertama kali saya injak adalah bagian perpustakaan.

Luar biasa. Saya kembali dibuat tercengang dengan interior gedung yang dibuat dengan sangat nyaman. Guru-guru asing (bule) berkeliaran dalam balutan kaos polo dan celana jeans, atau tipe baju yang sangat santai. Koleksi bukunya, terdiri dari beberapa bahasa yang ditata dengan sangat apik.

"Lo tunggu sini, ya."
Kata teman saya. Saya pun mengiyakan dan duduk di salah satu sofa dengan deretan bantal yang empuk, yang kalau benda itu ada di perpustakaan SMA jaman saya, sudah bisa ditebak nasibnya, yaitu menampung cowok-cowok yang ingin tidur di atasnya.

Sambil bermain ponsel, saya pun duduk dan menunggu teman saya yang masih harus 'mencari peluang untuk misi besar kami'. Saat saya sedang anteng duduk, rupa-rupanya anak-anak seusia SD muncul dari ujung lorong. Anak-anak kecil dengan berbagai rupa fisik. Ada yang bule tulen, ada yang terlihat asia, bahkan keindia-indiaan (eh, ini asia juga ya, hehehe). Rupanya mereka sedang menikmati waktu istirahat (berhubung saat itu jam 12 siang).

Sekumpulan anak cowok, mengelilingi meja. Lalu seorang cowok lagi, datangm sambil membawa laptop. Dia berkata, "I bring my laptop." Ups. Sementara cowok-cowok di sana sibuk, ada seorang gadis kecil yang saya rasa keturunan Korea, duduk di sebelah saya sambil membuka laptop (ada gambar apel kegigitnya, loh). Saya perhatikan apa yang akan dilakukan gadis kecil itu dengan laptop secanggih itu (huhu, saya aja masih pake windows *untel-untel cacing*). Dari ekor mata saya, laptop yang tampak kebesaran dari ukuran pahanya itu, menampilkan sebuah browser. Dari sana, si gadis cilik itu membuka sebuah situs dan tau-tau muncul bilangan-bilangan dengan tanda penjumlahan. Saya masih memperhatikan. Tangan si gadis kecil bergerak-gerak. rupa-rupanya dia sedang berkejaran dengan waktu untuk menjawab semua soal berhitung yang disajikan website tersebut!

Saya cuma bisa ngurut dada. Menatap iri pada laptopnya, sambil memuji kelakuan si gadis cilik yang memanfaatkan internet dengan sangat baik di sela waktu istirahatnya.

Singkat cerita, saya selesai melakukan misi dengan teman saya. Tentu saja saya bermaksud untuk pulang. Tapi, kemudian teman saya itu menawarkan 'tur' keliling sekolah. Di sanalah saya baru tau dengan semua isi gedung. Bahwa sistem pelajaran di sana menganut 'moving class' sehingga begitu melihat ruang kelas yang ada, tak jarang saya menjumpai kelas kosong. Tapi, ternyata dengan sistem pelajaran di sana, tak mustahil membuat satu anak mendapat pelajaran private dari guru yang ada. Tak heran, ketika saya mengetahui biaya yang harus dikeluarkan untuk menyekolahkan anak di sana. Duh, mahalnya bener-bener mahal. Per tahunnya, biaya bisa mencapai ratusan juta.

Kemudian, beberapa hari yang lalu, saya menonton Kick Andy. Hari itu temanya tentang pengajar muda. Tentu teman-teman sudah tau apa itu pengajar muda, kan? Yang belum tau bisa cek ke http://indonesiamengajar.org/

Para pengajar muda ini dikirim dengan misi mencerdaskan anak bangsa. Tak tanggung-tanggung mereka dikirim ke pelosok negri yang memiliki sekolah dengan fasilitas amat kurang. Boro-boro sepuluh gedung, satu gedung saja itu pun sangat seadanya. Berlapiskan kayu-kayu. Boro-boro ada lapangan bermain dan olahraga yang terpisah, ada lahan kosong saja mungkin mereka sudah senang.

Menyaksikan kenyataan ini, rasanya miris sekali.

Kenapa GAP itu rasanya begitu jauh sekali?

Note : Saya nggak bisa memasang foto sekolah internasional itu karena saya bukan sedang mempromosikan sekolah tersebut, juga tidak sedang menghinadina. Saya cuma orang awam, yang kebetulan menyaksikan bahwa memang kesenjangan yang bagai langit dan bumi itu ternyata benar-benar ada. Dan, ternyata itu sangat menyesakkan.

11 comments:

catatan kecilku said...

Wow.. aku juga pasti akan sama tercengangnya jika masuk ke sekolah itu. Biaya per tahun ratusan juga? OMG... semahal itukah?

Memang ibarat bumi dg langit perbedaan antara sekolah internasional itu dg sekolah2 di pelosok2 negeri ini. Gak usah jauh2, dg fasilitas sekolah negeri di kota aja masih timpang kok ya?

Maaf ya, baru sempat mampir lagi gara2 hiatus yg kelamaan.. :) Apa kabar? Maaf kemarin gagal ikutan kontesnya. :(

tutus said...

iya yah.. tampak berbeda sekali. :) tapi saya jadi merasa "lebih berasa" saja kalau dengan segala keterbatasan bisa menggenggam kesukssesan.

Una said...

Wowww ratusan juta?
Buset dehhh...

Diskrepansinya jauh amat yaakkk...

Unknown said...

jauh-jauuuuhh lebih mahal dan lebih canggih dari tempat kuliahku sekalipun. ckckck
kalo aku sekolah di tempat seperti itu, hmm... jual sawah, rumah, tanah dulu kali. --"

Wuri SweetY said...

Kl Mall di Indonesia dan Mall di Singapura aku kira ga kalah jauh GAP-nya hampir imbang mngkn. Tp kl soal pendidikan koq bgtu timpang ya?
Aku juga melongo lho pertama liat anak2 sekolah disini. So amazing...
*jdkeliatanndeso*

Hayooo segera dikerjakan ya PR-nya!Ntr dijewer bu guru lho...

Aulawi Ahmad said...

mungkin begitulah hidup dimana akan selalu ada gap antara si miskin dan kaya

Andy said...

sebenarnya mau kuliah dimana pun,yang penting ilmu yang kita dapat berguna bagi orang2 membutuhkan itu intinya kita belajar selama ini

obat alternatif asam urat said...

di lingkungan pelajar kita banyak yang menganut premanismenya...
sekolah bukannya menimba ilmu, cuman untuk memperluas pergaulan yang tidak baik...!

Elsa said...

** menarik nafas panjang....

iya bener, emang faktanya menyesakan dada ya
kenapa gap nya begitu besar
jadi inget ada begitu banyak gedung sekolah yang hendak roboh...
sekolah sekolah yang kekurangan guru...

AstyNNS said...

Gap terjadi krn banyaknya korupsi di negara ini, terutama di institusi terkait yaitu Depdiknas. Dana yg dianggarkan Pemerintah utk membangun fasilitas sekolah malah digerogoti (banyak tuh dari kota sampai ke pelosok) akhirnya ya seperti begitulah keadaannya.

silvi silviani said...

maksih gan infonya