Sunday, October 10, 2010

Dunia Kecil Dalam Amplop : Surat Untuk Sahabat


Buat apa, sih, menulis surat? Jaman sudah canggih begini! E-mail, SMS, BBM, chatting hingga ke social networking macam twitter atau facebook pun bisa dilakukan dalam kurun waktu hitungan menit saja.

Tapi, menulis surat itu berbeda, kawan.

Dulu, ketika saya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, saya mempunyai seorang pen-pal alias sahabat pena. Saya masih ingat benar meski namanya sudah terlupakan. Yang jelas, dia anak Sastra Jepang di UGM (Universitas Gajah Mada). Seorang yang pernah membuat saya berpikir untuk menimba ilmu di kampus yang sama dengan jurusan yang sama.

Apa spesialnya?
Tidak ada.
Hanya cerita-cerita tak penting yang kami bagi dalam tiap lembar kertas. Impian, harapan, kekesalan, cerita lucu. Apa pun. Kami berbagi rahasia. Paling tidak saat itu, di mata saya yang masih berusia belasan, orang itu terasa seperti seorang kakak bagi saya. Dia bahkan mengajari saya beberapa kosa kata dalam bahasa Jepang.

Ah, kawan..., sekarang entah dimana keberadaanmu dan bagaimana keadaannmu. Saya tidak pernah lagi mengetahui tiap detail kisahmu dalam sepotong dunia kecil di dalam amplop. Semuanya terhenti begitu saja, sejak saya mulai mengenakan seragam abu-abu. Entah apa alasannya, saya juga tidak begitu ingat. Yang saya sadari, tak ada lagi rangkaian tulisannya yang bercerita. Yang tertinggal kini, hanya sebuah kenangan.

Bahkan, saya sudah tak ingat lagi dimana semua potongan surat itu berada.

Tapi, kawan..., dimana pun kamu berada, saya senang pernah punya sahabat pena sepertimu. Terima kasih karena pernah mau berbagi pada saya. Terima kasih pernah mau mengajari sedikit tentang Jepang pada saya. Dan, terima kasih pernah memberi dunia tersendiri yang kini muncul kembali di ingatan saya kala melihat sebuah gambar mengenai sepucuk surat.

Suratmu mungkin hilang, tapi kenangan itu tidak akan pernah bisa saya buang dari lemari kepala saya.


Untuk seorang sahabat pena yang pernah saya kenal.
Genki dashite kudasai ^___^


Picture taken from : Pink Sherbet Photography

13 comments:

Unknown said...

Waaaa,,,,seru ya punya sahabat pena...
Tapi sayang ya,,Clara uda loss contact ma dia...
Smoga si sahabat pena itu ngebaca tulisan ini...

non inge said...

yang tertinggal mungkin hanya kenangan dimasing-masing pihak... coba kalo inget namanya mungkin juga dia ada di jejaring sosial yang ada sekarang ^^

walau hanya tertinggal kenangan tapi tetap manis diingat yah ^^

Aulawi Ahmad said...

wah dimanakah dia sekarang ya, jadi teringat lagu "suratku itu lukisan luka di hati" hihihi...aku terkahir surat2tan pas kul semester 1 hehe

misfah said...

aku juga punya banyak sahabat pena, surat-suratnya beberapa masih kusimpan beda aja dengan e-mail, bisa dibaca berkali-kali.

agoez said...

Hm.....jadi inget sahabat penaku di Aceh. Sejak SMU sampai dengan Ngetem di bangku kuliah, saya punya sahabat pena dari aceh.Sejak 26 Desember 2004 hingga saat saya tinggal di aceh, saya tidak menemukan sahabat pena itu. Menurut informasi, beliau menjadi korban Gelombang Ganas yang namanya Tsunami.

dwi wahyu arif nugroho said...

waah ak minta disuratin juga dun clara,,
^^

-Gek- said...

Aku masih senang surat2an... :)
I like this template!

Irma Senja said...

hemmm,....semoga saja bisa bertemu lg dgn sahabat penamu clara ^^

iya,saya pun mengalami masa berkirim surat....hemmm,sudah lama sekali tdk pernah lg menulis surat....

Jay said...

sahabat pena ya....

jadi inget lagu "Laura Dacosta"

Liriknya kayak gini :

Kutrima sepucuk surat darimu
Laura da costa sahabat penaku
Kau kabarkan tentang jalan hidupmu
Di dunia ini sebatang kara

Betapa malangnya nasib dirimu
Semenjak ditinggal ayah dan ibu
Bunga-bunga kini jatuh berguguran
Seakan turut merasakan hatimu yang lara

Reff :
Laura engkau Laura
Sahabat pena antar benua
Laura engkau Laura
Tabahkan hatimu Laura

Janganlah engkau bersedih hati
Semogalah Tuhan selalu bersamamu Laura

Reff :
Laura engkau Laura
Sahabat pena antar benua
Laura engkau Laura
Tabahkan hatimu Laura

Janganlah engkau bersedih hati
Semogalah Tuhan selalu bersamamu Laura

Laura engkau Laura
Tabahkan hatimu Laura
Sahabatku

Hapuslah air matamu
Jangan ditangisi kisah yang lalu
Cobalah berkaca di perigi tua
Disana nanti kau dapatkan
Jalan yang terang



Masih ada yang ingat gak???? Kisah 2 sahabat yang berhubungan hanya dengan beberapa pucuk surat.

Moh. Kholil Aziz SN said...

bagimanapun sesuatu yang besar pasti dibangun dari yang kecil, begitu pun juga dengan sesuatu yang canggih sebelumnya juga dibangun dari kesederhanaan.
BB, YM, FB semua inspirasinya bersumber dari secarik kertas ketika saling berbagi lewat sepenggal dua penggal tulisan lewat kertas-kertas usang itu...

windflowers said...

meski aku udah ga pernah lagi surat2an manual..tp aku jg pernah ngalami spt itu..rasanya seperti ada sesuatu yg spesial yg ga pernah bs dilupakan..

*aku yakin..dia baek2 aja cla..hehehe..semoga..:)

miwwa said...

pengen deh punya sahabat pena juga. dulu waktu kecil pernah coba-coba kirim ke alamat salah seorang anak yang tertera di majalah Bobo. Tapi ga pernah dapat balasan. :((

fanny said...

waktu SD saya juga sempet berkorespondensi dg teman2 yg dikenal via radio.