Thursday, October 22, 2009

Interview Oh Interview

by : Clara

Bekerja di sebuah media, adalah impian saya. Mau media cetak atau eletronik sampai media televisi, apapun itu, selama nggak membuat wajah saya nongol di muka umum, saya ingin sekali bisa bekerja di sana.

Nah, kemarin, saya mendapat panggilan wawancara dengan pihak sebuah majalah. Sebut saja majalah life style yang lebih mengarah pada golongan girl teenager (SMP, SMA bahkan kuliah). Tahu dong gimana isi majalah life style seperti itu? Kalau bukan tiap halaman yang dipenuhi dengan foto-foto fashion yang sedang in bisa juga berisi tentang produk-produk kecantikan unggulan dan semua itu memiliki label harga yang kalau saya lihat, mending saya simpan duitnya untuk membeli buku atau CD original BoA. Bukan saya nggak menyukai produk-produk kecantikan. Namanya wanita, rasanya harus saja merawat diri, tapi bukan berarti harus pakai barang mahal keluaran merk tertentu, kan? Selama cocok, krim pelembab yang hanya 5 ribu pun akan saya beli. Tapi nyatanya saya sendiri belum pernah lihat krim pelembab dengan harga segitu, sih. Memang ada?



Back to topic, saya pun berangkat ke kantor itu dengan harap-harap cemas, bingung, tapi juga sedikit nggak nyaman. Saya terpaksa menggunakan taksi karena jujur saya nggak tahu tempatnya. Agak dibelakang sehingga nggak terlalu terjangkau kalau menggunakan bus way. Sementara kalau menggunakan mobil pribadi, saya nggak tahu jalan tembusan untuk menghindari 3 in 1 itu. PIlihan terakhir memang pada jasa angkutan taksi.

Saya tiba di tempat pukul sepuluh kurang. Lalu saya melapor pada mbak receptionist dan mbak itu langsung menyuruh saya mengisi formulir. Sebenarnya saya agak malas mengisi formulir semacam itu, selain harus membungkuk karena tidak ada meja, pertanyaannya pun ada banyak yang sudah tercantum dalam CV. Tapi karena prosedurnya seperti itu, mau tak mau ya saya turuti. Namanya juga pelamar baru.

Setelah selesai mengisi formulir itu, saya disuruh menunggu sampai orang yang akan menginterview saya datang. Hmm, saya nggak tahu pasti berapa lama saya menunggu, yang jelas cukup lama lah. Tadinya saya mau mengajak bicara orang di sebelah saya, tapi karena dia juga masih sibuk dengan formulirnya, jadi saya putuskan untuk nggak menganggu. Karena nggak tahu mau ngapain, sementara menunggu ya saya hanya bengong-bengong saja sambil mengamati orang-orang yang bekerja di sana lalu lalang, sibuk sekali. Beberapa orang keluar masuk dengan menenteng busana-busana yang ditutup kain plastik dan kelihatannya ber-merk, sementara tangan lainnya sibuk menenteng kantong-kantong yang mungkin juga berisi baju-baju trendy. Pokoknya seperti orang habis belanja besar-besaran, deh. Dalam hati sih saya pikir kerja seperti itu sepertinya enak juga ya.

Tapi....Tapi yang membuat saya agak shock adalah cara berpakaian mereka. Bukan, bukan terbuka, tapi terlaluuuuu....fashinable! Saya seperti berada di tempat syuting film dan mereka adalah artis-artisnya. Intinya sih satu, saya nggak bisa seperti mereka. Saya bukan orang yang mengerti fashion sehingga sangat jauh dari anggapan bahwa saya fashionable. Ditambah lagi dandanan mereka yang bikin saya minder. Dengan pakaian saya (kemeja garis-garis biasa plus rok bahan lipit dan sepatu teplek) saat itu membuat saya seperti orang nerd yang berada di tengah anak gaul.



*Minder mode on*

Saya nggak kebayang saya harus berpakaian apa kalau diterima di tempat seperti itu. Meskipun saya lihat ada juga yang tidak terlalu heboh dandannya. Masih biasa dan terlihat santai. Intinya juga, kerja di tempat seperti itu tidak tampak seperti tempat kerja buat saya. Malah seperti terlihat berada di antara anak kampus, hanya saja anak kampus yang gaul...XP

fiuhhh...

Akhirnya giliran saya dipanggil. Saya pun masuk ke dalam sebuah ruangan yang nyaman dengan sofa-sofa empuk. Sekali lagi, suasana kantor itu sangat tidak kantor sekali. Alias santai. Jadi ketegangan saya pun sedikit berkurang.

Inilah masa-masa saya menyadari bahwa saya tak cukup pantas kerja di sana. Kenapa? Karena melalui wawancara itu, saya tahu banyak ketidakcocokan minat saya dengan mereka. Jadi ketika Mbak yang mewawancarai saya bertanya soal hobby nonton saya, dia tanya apa yang biasa saya tonton. Saya jawab dengan sangat jujur , "Drama Korea atau Jepang-lah." Dan pada akhirnya dia hanya bilang pada saya, kalau majalahnya adalah majalah dengan konsumen pembaca remaja, jadi dia berharap pada saya kalau saya juga menyaksikan sinteron remaja bangsa gossip girl, bla bla bla...saya nggak tahu dia nyebutin apa karena saya SAMA SEKALI tidak pernah SEKALI PUN menonton acara-acara tersebut. Paling banter, film yang berisikan artis-artis hollywood yang saya tonton adalah film bioskop dan itu pun kebanyakan action! Entah kenapa saya kurang begitu menyukai drama asing seperti itu. Tapi bukan berati saya BENCI. Nggak, kok. Tapi minatnya memang agak kurang karena feelnya *halah pake sok punya feel segala* rasanya nggak klik dengan film bule. Saya lebih klik dengan film asia. Dan saya memang lebih cinta asia.



Akhirnya, tanpa perlu menunggu kabar yang konon katanya akan datang dalam dua minggu berikutnya setelah wawancara, saya pun sudah kehilangan harapan. Tapi jika dipaksakan pula, saya pasti jadi orang aneh di sana, yang mungkin bakal nggak tahu apa-apa mengenai lagu inggris apa yang lagi trend, atau artis bule siapa yang terkena gosip apa. Kecuali tiba-tiba ada yang bertanya pada saya "EH, lagu BoA yang baru apa?" pasti saya langsung jawab "Mamoritai. Keren loh, udah lama BoA nggak nyanyi yang seperti itu." Dibanding ketika ditanya "Lagu baru Rihana apa, sih?" saya pasti menjawab, "Yang saya inget sih, Payung. Umbrella, ella, ella itu."

Aduh, kalau begini, sih, saya berharap di kantor lain deh.
Tapi kapan ya, kok nggak ada panggilan lagi.
Padahal saya sudah siap dipanggil nih...

3 comments:

mocca_chi said...

pernah nonton the devil wears prada kan, nah itulah kamu tar kalau keterima disana. wkwkwk....

Clara said...

@Mocca chi: tapi bukan majalah fashion yang aku rasa cocok buatku. itu film kan ttg fashion abis

none said...

nah..senasib sama henny.
minggu lalu henny juga ikutan interview di sebuah perusahaan pembiayaan multinasional. kebetulan hari itu hari sabtu. ternyata para pegawainya boleh pake pakaian bebas. wuih..ngalah-ngalahin lagi di mall deh pokoknya. jadi minder :(