Monday, November 2, 2009

Ojek Payung Cilik

by : Clara

Ketika musim hujan datang meramaikan perjalanan akhir tahun di negara Indonesia, pasti bukan sesuatu hal yang langka jika kita menjumpai anak-anak kecil berlarian ke sana ke sini membawa payung sambil berhujan-hujanan. Tidak hanya di Ibukota tapi hampir di seluruh wilayah yang ada di negara ini. Bahkan termasuk di pelosok kota Kediri, dekat tempat ziarah bernama Pohsarang.





Waktu itu saya sedang berbelanja di lapak-lapak yang ada di sepanjang jalan menuju tempat ziarah. Dan kebetulan pula saat itu sedang turun hujan yang cukup deras, sehingga beberapa pejalan kaki yang tidak berniat berbelanja pun terpaksa mampir untuk menghindari jalan becek dan hujan yang membasahi sepanjang jalan kecil di tengah lapak-lapak yang berjejer. Saat sedang memilih-milih kaos, saya melihat seorang anak kecil berkaos kuning tanpa alas kaki, berjalan sambil membawa payung warna-warni dan berdiri di depan lapak. Berharap akan ada satu dua orang menggunakan jasanya sebagai ojek payung. Tetapi orang-orang tidak peduli, meski anak itu tetap setia berdiri di depan lapak.





Kebetulan saat itu saya sudah selesai berbelanja dan ingin kembali ke mobil. Namun karena jaraknya yang agak jauh (dari lapak ke mobil butuh berjalan kaki beberapa ratus meter), akhirya saya memanggil anak itu dan memintanya mengantarkan ke mobil. Dengan sigap anak itu segera memindahkan payung yang ia pegang ke tangan saya. Sementara anak itu memilih berjalan di belakang, dibasuh hujan, tanpa peduli apa dia akan sakit keesokan harinya atau tidak. Yang ia pikirkan hanya bayaran yang akan ia terima sebagai imbalan dari pengorbanan besarnya itu. Saat saya ingin membayar dan menanyakan kira-kira ia mau berapa, anak itu hanya menjawab dengan lugunya, "Seiklasnya saja." Ya ampunnn... saya sampai terenyuh.





Yah, walaupun pekerjaan ini cukup berat juga, karena bertaruh dengan kesehatan, tapi paling tidak masih lebih mendinglah, dibanding sama pengemis-pengemis yang masih berkeliaran di jalan dan tidak terurus. Cuma, kadang saya nggak tega kalau liat anak kecil harus bekerja seperti itu. Kasihan, kan, harus basah-basahan terkena air hujan.

17 comments:

-Gek- said...

emangnya masih hujan ya Clara?
Eh.. udah mulai musim ya.. udah November, lupa! :)

Iya.. kasih yg banyak untuk ojek payung itu.. kasihan. Untuk biaya sekolah mereka..

mocca_chi said...

setidaknya mereka bekerja,drpada preman preman itu.tpi pengamen mah nyebelin >.<

Clara said...

@Gek: hihi, sebenernya sih kejadian itu udah tahun lalu, cuma inget tiba". tapi sekarang emang udah masuk musim ujan, kan, ya?

@mocca chi: iya, pengamen suka resek, udah kadang nggak nguntungin, minta duitnya suka maksa lagi, ckckck.

Unknown said...

bener bgt kata mocca..

sebel bgt sama pengamen pa lagi tukang parkir.huuuww..atm aja diparkirin.
mending ojek payung deh ada usahanya..

yans'dalamjeda' said...

Lagi-lagi inilah potret kemiskinan bangsa kita. Nasib juga yang memaksa anak-anak meninggalkan semangat belajarnya untuk melakukan apa yang semestinya belum saatnya untuk dilakukan. ya, tugas mereka seharusnya belajar dan bermain. hanya itu. Seringkali saya membayangkan nasib mereka sebagai penerus bangsa. Bukan persoalan yg mereka lakukan masih lebih baik ketimbang mengemis atau menjadi preman atau ngamen. Tp ini persoalan serius yang musti ditangani bersama terlebih oleh negara sesuai amanat UUD 1945!!!!

Cire said...

Wah, aku suka banget sama tampilan blognya cece...
^__^

menarik sekali...
dan juga cerita yang ditampilkan...
aku juga suka...

^__^

Sohra Rusdi said...

kapan yah negeri kita makmur dan sejahtera sehingga anak-anak tidak perlu bekerja lagi, mereka cima mikir tentang sekolah dan masa depan

Sohra Rusdi said...

nice posting mantapppp

Tisti Rabbani said...

anak2 indonesia yang mengharap pelangi jatuh dipangkuan mereka
saat musim hujan tiba..

dan, kitalah yg harusnya mewujudkan harapan bangsa itu...

*selalu menyentuh, bila membaca postingan ttg seorang pengojek payung anak2..*

Triunt said...

Aku, selalu bahagia saat hujan turun...

*salam kenalll*

Pohonku Sepi Sendiri said...

Yup, setujuuu..
Kita juga ikut bertanggung jawab akan nasib anak-anak bangsa itu. Harus dimulai dari diri kita sendiri, anak-anak kita dan semua yg ada di sekeliling kita..
met dini hari ya.. :)

Marjtha Nur Sanitha said...

keren2 nich cerpen nya..

Unknown said...

gw kasian bgt sm anak2 kecil yg kayak begini.. bukannya sekolah atau bermain ria..tpi sudah susah cari uang :(..hiks ..hiks

SeNjA said...

halooo.....

nama ruma kita hampir sama nih.
aku follow dan pasang link mu y sob...

Yanuar Catur said...

saya jadi keinget sama budi iwan fals nih
cuma bedanya dia jual koran..hehehe
sungguh, nasib mereka memang kurang beruntung spt kita,tp biasanya
hati mereka lebih kuat dibanding kita2, saya contohnya
hehehehe

Clara said...

@nana: bener banget, masa mau ke atm harus bayar sribu ya? males -__-"

@yans: hihi, serius sekali. aku aja nggak kepikir bawa" UUD pas nulis ini

@cire: makasih ya ^^ aku kunjung ke blogmu

@munir: kalo berharap sama kabinet yg sekarang, bisa tak ya? XD

@Tisti: iya, anak kecil ojek payung emang patut diperhatikan

@triunt: ya, kecuali hujan badai

@pohon: iyak, ayu semangat ! XD

@Ata; makasih ^^

@andy: betul, kecil" sudah harus mikir duit.

@senja: sip, aku juga pasang ya sob ^^

@yanuar: mungkin karna cobaan mereka lebih banyak kali ya

Ellious Grinsant said...

Bekasi PANAAAAAAASSSSSS....!